Tribun Makassar

'Jalan Tikus' di Belakang Sekolah Disoal, Kepsek SD Inpres Rappokalling Serahkan ke Disdik Makassar

Penulis: Saldy Irawan
Editor: Ansar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PINTU PAGAR - Murid dan pedagang kaki lima (PKL) beraktivitas di dekat bukaan pintu lama di pagar belakang SD Inpres I Rappokalling melalui Lr Kami, Jl Rappokalling Raya, Kecamatan Tallo, Makassar, Senin (18/11/2019). Pintu lama itu rencananya ditutup dan dipindahkan ke depan rumah warga yang justru selama ini menolak keberadaan 'jalan tikus' tersebut. HANDOVER

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kepala Sekolah Dasar (SD) Inpres Rappokalling I Dalwiah Dahlan mengatakan sudah berkoordinasi Dinas Pendidikan (Disdik) Makassar.

Terkait penolakan warga atas pembukaan pintu baru di antara sekolah yang dipimpinnya dan SD 67 Rappokalling.

"Nanti selanjutnya kami serahkan ke disdik untuk memutuskan. Kami hanya menerima bantuan rehabilitasi pagar tersebut. Urusan kami hanya di dalam sekolah dan di luar pagar terkait lurah dan RW," jelas Dalwiah.

Diapun meminta warga yang merasa berkeberatan membuat surat pernyataan tertulis yang nantinya disampaikan lagi ke Disdik Makassar.

Menurut Dalwiah awalnya pihaknya ingin menutup pintu kecil di belakang pagar dan membelakukan sistem satu pintu sebagai akses keluar masuk murid melalui gerbang utama Jl Rappokalling Raya yang sudah ada selama ini.

Hal tersebut karena keberadaan pintu kecil itu mengganggu aktivitas sekolah dan murid.

Pemberlakuan satu pintu laiknya sekolah lainnya untuk keamanan, ketertiban, termasuk memudahkan pengawasan murid.

Selain itu, sekolah mau membangun WC di balik pintu lama yang akan ditutup.

Di sisi lain beberapa warga juga selama ini ikut terganggu dengan aktivitas pintu lama tersebut gegara PKL, parkir, dan lainnya.

Tapi rencana penutupan pintu kecil itu mendapat penolakan tiga Kepala Keluarga (KK) yang membuka kios tepat di belakang pintu lama bersama beberapa PKL yang berjualan di atas badan jalan lorong.

Pihak sekolah lalu mengundang Pelaksana Tugas (Plt) Lurah Rappokalling Laode Ita, Ketua RW 002 Udin, perwakilan babinsa, RW, termasuk pedagang yang keberatan dengan penutupan pintu lama itu.

Rapat berlangsung alot. Sekolah bersikukuh tutup pintu pagar lama, tapi pedagang menolak dengan alasan pintu kecil itu juga jadi akses keluar masuk murid melalui pagar belakang.

Lalu Laode Ida mengambil jalan 'pintas' mengusulkan dan menyetujui pemindahan dan pembukaan pintu baru tersebut.

Persoalan baru muncul gegara keputusan sepihak pada rapat itu yang dilakukan tanpa mengundang warga terdampak pembukaan pintu baru itu termasuk Ketua RT di wilayah tersebut.

Ada warga mendesak pintu sekolah di depan rumahnya tapi justru mau ditutup pihak sekolah, dan dibuka pintu baru yang justru di depan rumah warga yang tidak mau karena selama ini sudah terganggu dengan aktivitas pintu lama.

"Padahal awalnya rapat penutupan pintu lama kok jadinya persetujuan membuka pintu baru.

Kami dan beberapa warga di depan pintu baru justru tidak mau ada pintu di dekat rumah karena pintu yang lama saja sudah sangat mengganggu apalagi jika ada langsung di depan rumah," jelas Fitri warga RT 009 lainnya.

Warga Menolak

Warga menolak rencana pembukaan 'lubang tikus' melalui pagar belakang Kompleks Sekolah Dasar (SD) Rappokalling, Lorong Kami, Kelurahan Rappokalling, Kecamatan Tallo, Makassar.

Berbeda dari sekolah kebanyakan, kompleks SD tersebut selama ini memiliki dua akses pintu masuk.

Dari gerbang utama depan melalui poros utama Jl Rappokalling Raya dan pintu kecil berukuran 1x2 meter di pagar belakang SDN Inpres Rappokalling I melalui pemukiman warga di Lr Kami.

Pihak sekolah berencana menutup pintu kecil lama itu dan membuka pintu baru melalui pagar belakang SDN Inp Rappokalling I dan SDN 67 Rappokalling yang berada persis di depan rumah sejumlah warga yang kini menolak.

"Keberadaan pintu kecil lama saja sudah mengganggu. Akses keluar masuk warga terhambat aktivitas PKL (pedagang kaki lima) dan parkir.

Belum lagi masalah lain yang sudah menimbulkan konflik warga," kata Rasyidin yang memiliki rumah persis di depan bukaan pintu baru tersebut, Senin (18/11/2019).

Keberadaan 'lubang tikus' tersebut juga membuat murid kerap berkeliaran di luar sekolah justru pada jam-jam sekolah.

Dia berharap petinggi Disdik Makassar bahkan Wali Kota Makassar Muh Iqbal Suhaeb bisa turun tangan membantu menyelesaikan polemik tersebut.

"Kami sangat terganggu. Tolong Pak Wali bantu kami menyelesaikan persoalan yang justru bukan kami yang buat. Ini sama saja menghukum penjahat tapi orang tak bersalah yang justru divonis," ujarnya.

Keberatan serupa disampaikan Ketua RT 009 Andi Iwan.

"Warga keberatan. Apalagi mereka (sekolah) menggelar rapat dengan perwakilan warga yang justru tidak terdampak dengan pembuatan pintu baru tersebut," jelasnya.(*)

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur:

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

Berita Terkini