TRIBUN-TIMUR.COM - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berkomitmen untuk mendukung berbagai terobosan penyediaan benih jagung sehingga Indonesia semakin berdaulat dalam memenuhi kebutuhan benih. Kementan mencetak penangkar benih jagung hibrida yang handal, seperti halnya di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Direktur Perbenihan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Takdir Mulyadi menjelaskan Kementan mempunyai program Pengembangan Kawasan (Perbenihan) Jagung Berbasis Korporasi Petani. Sesuai Kepmentan No.473/2018, Mihahasa termasuk dalam wilayah kawasan jagung.
"Pelaksanaan kegiatan ini akan dilaksanakan tiga tahap selama lima tahun," demikian jelas Takdir di Jakarta, Minggu (15/9/2019).
Lebih lanjut Takdir menguraikan pada tahun I dan II difokuskan pada penguatan kelembagaan petani. Pada tahap ini kelompoktani melakukan kerjasama dengan produsen benih, yakni PT TWIN yang mengopkup calon benih jagung hibrida yang dihasilkan oleh kelompoktani penangkar.
"Kerjasama ini dilaksanakan karena kelompok tani secara permodalan belum mampu melaksanakan pemasarannya secara mandiri," bebernya.
Akan tetapi, sambung Takdir, secara bertahap kelompok tani akan terus dibina sehingga pada akhirnya dapat membentuk suatu kelembagaan ekonomi (Koperasi tani) yang berbadan hukum. Kepemilikan sahamnya sebagaian besar dimiliki oleh kelompoktani.
"Sedangkan pada tahun ketiga dan keempat difokuskan pada pengembangan kelembagaan ekonomi petani dan tahun kelima pemantapan korporasi petani," imbuhnya.
Takdir menambahkan melalui program ini petani ditingkatkan kapasitasnya, yakni bagaimana mengelola bisnis usaha penangkaran benih jagung hibrida mulai hulu sampai hilir. Tujuannya adalah meningkatkan pendapatan petani.
"Petani diajarkan bagaimana membuat benih jagung hibrida mulai dari teknik budidaya produksi benih sampai penguatan kelembagaan korporasi tani," tuturnya.
Oleh karena itu, sebut Takdir, ada nilai tambah pendapatan petani jika menjual berupa benih dibandingkan dengan konsumsi. Selisih keuntungan yang didapat sekitar Rp 10 juta per ha jika menjual berupa benih dibanding menjual.
Harapan ke depan, lanjutnya, penangkar benih di Sulawesi Utara mampu memenuhi ketersediaan benih jagung hibrida secara berkesinambungan untuk menopang wilayah Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua yang dikelola dalam bentuk kelembagaan korporasi petani.
"Mengingat kebutuhan benih jagung hibrida umum 3 Litbang di wilayah tersebut setiap tahun meningkat terutama memasok pakan ternak," ujarnya.
Takdir juga mengevaluasi hasil produksi dari bantuan benih hibrida umum 2. Hasilnya menunjukkan tidak berbeda secara signifikan. Untuk hibrida, meskipun keunggulan genetiknya bagus jika tidak didampingi oleh teknik budidaya yang optimal, maka tidak menghasilkan sesuai harapan.
"Kami minta nantinya, kegiatan ini dikawal dan didampingi oleh Balai Penelitian Tanaman Sereal Maros dan pendampingan teknologi dari BPTP Provinsi, Pengawas Benih Tanaman, POPT, Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten, Petugas Penyuluh Lapang," katanya.
"Peran Pengawas Benih Tanaman dan POPT mempunyai andil yang strategis dalam mengawasi proses sertifikasi benih dan serangan hama penyakit tanaman," sambung Takdir.