Lalu, kandidat potensial dari kelompok pimpinan partai politik adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto; eks Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Sandiaga Uno; Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto; Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono; eks Ketua Fraksi PDI-P Puan Maharani; dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Selain itu, kandidat potensial dari kelompok pejabat pemerintah adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani; Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan; Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian; dan eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Rully menambahkan, masih ada sosok yang bisa menjadi kuda hitam yang belum masuk radar LSI.
Ia mencontohkan melesatnya popularitas Joko Widodo sejak menjadi Wali Kota Solo lalu menjadi Gubernur DKI Jakarta hingga akhirnya mencalonkan diri sebagai presiden pada Pemilu 2014.
"Bisa jadi ada the next Jokowi yang kita masih belum tahu sebagai faktor kejutan namanya. Bisa jadi nanti ada Mr atau Mrs X yang menjadi Capres potensial di 2024," ujar Rully.
Keras! Rocky Gerung Sebut Pertemuan Jokowi & Prabowo Bukan Leader tapi Dealer
Peneliti Perhimpunan Pendidikan Demokrasi, Rocky Gerung mengomentari Pidato Jokowi yang resmi dinyatakan sebagai presiden terpilih.
Hal tersebut terjadi di acara Mata Najwa yang diunggah di akun Youtube Najwa Shihab dengan judul Gerbong Jokowi-Prabowo - Rocky Gerung: Bukan Pertemuan Leader tapi Dealer, Rabu (18/7/19).
Rocky Gerung menilai bahwa pertemuan Jokowi dan Prabowo tidak ada apa-apa.
Baca: Mata Najwa Tadi Malam, Rocky Gerung Sebut Visi Misi Jokowi Tak Tajam, Debatan Adian Napitupulu
Rocky Gerung lantas menganggap bahwa politik Indonesia saat ini sering memalsukan realitas.
"Memang itu tradisi baru politik Indonesia, yaitu memalsukan realitas, kalau dalam seni lukisan disebut surealisme, jadi politik seharusnya representasi dari realitas, karena dibikin surealis maka poltik itu jadi dipaksa untuk menafsirkan, " ujar Rocky Gerung.
Lantas, pertemuan Jokowi dan Prabowo itu tidak bisa ditafsirkan apa-apa.
Namun, menurutnya ada sebuah gambaran yang menarik dari simbol wayang yang ada di belakang Jokowi dan Prabowo saat di warung sate.
"Penafisran itu setelah dicari-cari nggak ada, kemudian ketemu di warung sate itu, di belakangnya ada tokoh wayang yakni togok dan semar, itu yang jadi surealisme, orang nggak tau maknanya," ujarnya.
"Maka sekarang kita nggak punya referensi tentang politik, ke pancasila, Jokowi terus bilang ke pancasila, pancasila sekarang sudah tafsir negara bukan tafsir publik, kalau publik bikin tafsir sendiri diomelin," ujarnya.