Asrul Sani
ASN BRSPDF Wirajaya Makassar
Melaporkan dari Tanjung Bayang, Makassar
Sebanyak 70 penyandang disabilitas (difabel) menikmati widya wisata di Tanjung Bayang, Kota Makassar, Jumat (3/5/2019).
Kegiatan ini merupakan bagian dari program terapi psikososial yang diberikan bagi difabel yang dibina di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik (BRSPDF) Wirajaya Makassar.
Selain para penyandang disabilitas dapat menikmati panorama pantai, para peserta juga diberikan beberapa games yang disiapkan oleh panitia.
Games atau permainan ini sengaja dilakukan untuk melatih konsentrasi dan juga melatih kekompakan dan kerja sama tim dari para penyandang disabilitas itu sendiri.
Ada beberapa jenis permainan dipersiapkan panitia.
Di antaranya permainan yang dapat melatih konsentrasi anak seperti permainan tebak gaya.
“Juga ada permainan yang bisa mengukur kekompakan tim dari anak-anak penyandang disabilitas seperti permainan tiup bola di gelas dan goyang balon”, kata koordinator kegiatan M Dawam.
Kepala BRSDF Wirajaya Makassar Syaiful Samad menyambut baik kegiatan ini.
Syaiful bahkan melihat jika kegiatan ini merupakan ajang untuk merefresh psikis anak-anak penyandang disabilitas.
Sekaligus wadah ini menjadi momentum yang baik bagi para penyandang disabilitas untuk belajar berbaur dan berinteraksi langsung dengan masyarakat.
Persib Resmi Datangkan Robert Rene Alberts, ini Postingan Perpisahan Miljan Radovic & Reaksi Bobotoh
Ini Harapan Masika ICMI Sulsel di Hardiknas 2019
“Ke depan, kegiatan serupa harus lebih mantap dengan berbagai jenis permainan yang bisa memunculkan keceriaan, semangat hidup agar bisa lebih survive serta menimbulkan rasa percaya diri bagi para penyandang disabilitas,” harap Syaiful.
Syaiful menambahkan, salah satu hal penting yang perlu disentuh bagi anak-anak penyandang disabilitas adalah bagaimana upaya kita untuk membangkitkan semangat dan rasa percaya dirinya.
Karena itu Syaiful menganggap jika kegiatan widya wisata ini sangat penting.
“Sebanyak apapun pelatihan keterampilan hidup yang diberikan bagi penyandang disabilitas, namun ia tidak punya rasa percaya diri, maka kesemua itu akan menjadi sia-sia,” kata Syaiful. (*)