TRIBUN-TIMUR.COM - Program Kontainer Masuk Desa, salah satu perwujudan program Tol Laut dan Nawacita Presiden Jokowi sampai di Pelabuhan Tahuna di Kecamatan Essang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), 26 April 2019.
Sebagai penerimaan atas Program Kontainer Masuk Desa tersebut, dilakukan Upacara Adat masyarakat Talaud menyambut minikontainer berisi 3 ton beras tersebut di atas Kapal Motor (KM) Sabuk Nusantara 95.
Logistik beras itu diangkut dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya 10 April 2019 lalu, berikutnya singgah di Pelabuhan Bitung Sulawesi Utara, dan ke Pelabuhan Tahuna, Kabupaten Talaud.
Baca: Semakin Kompak, NA ke Tanah Suci Sudirman Mutasi, Ini 109 Nama Pejabat Diantaranya
Baca: Kapan Penerimaan Peserta Didik Baru di Sulsel? PPDB 2019 Usai Lebaran, Begini Aturan Disdik Sulsel
"Lewat program ini kami mengabdi untuk negeri kita Indonesia," ujar Direktur Marin Nusantara Makbul Muhammad dalam rilis ke tribun-timur.com, Senin (29/4/2019).
"Di sinilah perwujudan Tol Laut dan Nawacita Pak Jokowi yang hasilnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat, oleh saudara-saudara kita di pelosok. Program ini ialah sebagai wujud bakti untuk negeri,” jelasnya.
Kedatangan minikontainer (minikon) disambut dengan upacara adat Talaud oleh Ketua adat kecamatan Essang/Ratu Tampa dan Ratu Rr’uangan Maarrupa.
Direktur Marin Nusantara Makbul Muhammad melakukan pengguntingan pita itu seusai menjalankan rangkaian upacara adat dan penyambutan dari tokoh setempat.
“Saya menyebut upacara ini adalah sambutan mewah dengan penyambutan adat Talaud oleh Ketua adat kecamatan Essang atau Ratu Tampa dan Ratu Rr'uangan Maarrupa,” ujar Makbul.
Sinergi Kementrian-BUMN
Program kontainer masuk desa ini terlaksana berkat sinergi antara Ditjen Perhubungan Laut melalui Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut selaku Regulator dengan berbagai institusi.
Program ini juga adanya kerja sama yang baik lintas BUMN. PT Pelni selaku Operator Kapal Tol Laut. Lalu PT Pelindo Marine Service selaku Pemilik Minikontainer.
Baca: Ibu Kota Negara Bakal Dipindahkan ke Makassar? Ternyata Selama Ini Waktu Dibutuhkan, Tak Bisa Cepat
Baca: Live MNC TV PSM vs Home United - Belajar dari Pertemuan Pertama, Ini Akan dilakukan Darije Kalezic
Kemudian Perum Bulog selaku Penyedia Beras dan Badan Usaha Masyarakat Desa (Bumdes) setempat selaku distributor.
Dan dipercaya Supervisor Program Kontainer Masuk Desa adalah Maritim Research Institute Nusantara (Marin).
Program Kontainer Masuk Desa ini menggunakan kontainer mini yang mulai diuji coba dengan tujuan pengiriman barang hingga desa-desa di Kecamatan Essang, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara.
Uji coba minikontainer berdimensi 6 feet atau kaki --kurang dari sepertiga peti kemas 20 feet-- dilakukan dengan mengirimkan 3 ton beras yang diangkut kapal tol laut, KM Logistik Nusantara II.
Dikutip dari Bisnis Indonesia, pengapalan dilakukan dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Rabu (10/4/2019). Kapal itu menuju Pelabuhan Bitung, Sulawasi Utara.
Minikontainer Dinilai Efisien
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Wisnu Handoko dalam siaran pers, Rabu (10/4/2019) lalu, program ini dinilai efisien.
"Mini container juga dapat dilipat jika dalam kondisi kosong sehingga sangat efisien dan efektif. Dari Surabaya ke Pelabuhan Bitung, minicon diteruskan dengan KM Kendhaga Nusantara I sebagai kapal feeder menuju Pelabuhan Melonguane," kata Wisnu.
Baca: Lihat, Kapal Baru Program Tol Laut Pemerintahan Jokowi, Diluncurkan PT IKI Makassar Hari Ini
Baca: KM Kendhaga Nusantara 11 Buatan PT IKI Makassar Jalani Sea Trial, Ini Hasilnya?
Setelah tiba di Pelabuhan Melonguane, minicon dikeluarkan dari kontainer 20 feet dan dinaikkan ke kapal perintis KM Sabuk Nusantara 95 menuju Pelabuhan Tahuna di Essang dan selanjutnya diteruskan ke gudang desa.
Wisnu menjelaskan, kontainer mini berguna untuk menjangkau wilayah yang memiliki keterbatasan akses alat bongkar muat di pelabuhan dan akses jalan raya.
Kontainer masuk desa juga akan mendukung program tol laut dengan skema end to end, yang menjamin ketersediaan bahan pokok dan penting di desa.
Sebaliknya, program ini bakal mempermudah akses pemasaran hasil komoditas desa ke berbagai wilayah, baik dalam maupun luar negeri yang selama ini menjadi kendala banyak desa di Indonesia.
"Dan dengan program ini, kehadiran negara akan semakin dirasakan oleh masyarakat di daerah T3P (tertinggal, terdepan, terpencil, dan pedalaman0 serta dapat menurunkan disparitas harga antara barat dan timur," ujarnya. (*)