OPINI

OPINI - STQH 2019 dan Kerukunan di Tana Toraja

Editor: Aldy
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Makassar

Semangat ini lahir dari filosopi orang Toraja dalam menyambut dan menerima tamu.

Menurut budayawan muda Toraja yang juga adalah Imam Katolik yang bertugas sebagai Pastor Rekan Paroki Makale, Tana Toraja, Pastor Yans Sulo Paganna mengatakan bahwa:..."Orang Toraja senantiasa menghormati setiap tamu yang datang ke rumah mereka, karena bagi mereka tamu itu adalah berkat (dalle').

Maka menerima dan menjamu tamu dengan baik sama dengan membuka diri pada berkat itu sendiri.

Lagipula orang Toraja tidak memandang orang luar dan yang berbeda dengan mereka sebagai yang lain, tetapi sebagai bagian dari dirinya.

Maka disebutlah semua orang lain itu dengan "solata" artinya sesama atau bagian dari diri kita".

Filosofi ini telah terbukti dengan berlangsungnya perhelatan STQH di Tana Toraja dengan baik, lancar, aman dan damai serta penuh keakraban dan persaudaraan sampai pada hari penutupan.

Pastor Paroki Makale, Pastor Albert Antonius Arina, yang menjadi salah satu tuan rumah pelaksanaan STQH bersama umat Katolik Paroki Hati Tak Bernoda St. Perawan Maria Makale menyambut dengan gembira semua peserta dan para tamu yang datang di sekitar Aula dan pelataran Gereja.

Para peserta yang menanti giliran untuk melantunkan Qur'an dan Hadits atau peserta yang sudah mengikuti lomba dengan santai disuguhi makan dan minuman khas Toraja duduk di atas beberapa lumbung yang ada di halaman gereja paroki.

Baca: Survei Ombudsman, Sulsel Masuk Kategori Maladministrasi Terendah

Masyarakat dan umat baik Kristen maupun Katolik memberikan pelayanan maksimal dengan penuh persaudaraan.

Menurut Pastor Albert, kegiatan STQH adalah terobosan baru bagi pewartaan Gereja.

Kita membuka selebar lebarnya bagi dialog demi toleransi dan perdamaian, Untuk itu Gereja khususnya di Tana Toraja juga turut ambil bagian dalam kegiatan ini untuk mempromosikan tentang budaya, toleransi yang sejati dan perdamaian.

Kita berharap mereka yang datang ke Tana Toraja kembali ke daerah masing-masing dan bercerita tentang budaya, kearifan lokal, toleransi dan perdamaian.

Toleransi adalah cara merajuk Indonesia. Tanpa toleransi tidak ada Indonesia.

Maka kalau kita mau Toraja, Sulawesi Selatan dan Indonesia lebih maju dan berkembang tidak ada jalan lain kecuali toleransi.

Kesediaan mendukung kegiatan STQH dengan sarana prasarana pendukung bagi peserta, Pastor Albert mengatakan bahwa Gereja hadir bukan untik dirinya sendiri tetapi untuk masyarakat, pemerintah dan semua lapisan dan golongan.

Halaman
1234

Berita Terkini