Namun kini, Dg Nompo tak lagi berpunya dan mengaku diusir sama anak-anaknya sendiri.
Kepada Tribun, Dg Nompo mengaku kecewa dengan yang dilakukan oleh anak-anaknya.
Apalagi tak satupun dari 14 orang itu mau menerimanya, dengan kondisi yang sudah tua renta.
Dg Nompo menyebutkan jika sejak kecil, ia telah tulus merawat dan membesarkan anak-anaknya, tapi kini di usia renta tak lagi diperhatikan.
Tidak Dendam
Meskipun kini hidup sebatang kara di Selayar, Dg Nompo sama sekali tidak menaruh dendam terhadap anak-anaknya.
"Untuk apa menaruh dendam, hanya bikin sakit kepala," ujarnya.
Namun, sebagai orang yang pernah menjadi kepala keluarga, ia mengaku rindu dengan anak-anaknya.
Baca: Pengumuman SNMPTN 2019 Pada Jumat (22/3): Cek Namamu di Link Snmptn.ac.id
Baca: TRIBUNWIKI: Menjadi Salah Satu Aktris Terkaya di Indonesia, Berikut Profil Nagita Slavina
"Hati ini sudah sakit oleh ulah anak-anak. Meski kadang saya rindu pada mereka tapi apa daya, saya hanya bisa sabar," katanya.
Walaupun sudah lanjut usia tapi masih juga bekerja keras mengumpulkan kardus bekas, dengan keliling Kota Benteng, Ibu Kota Kabupaten Selayar.
Dari hasil penjualan mengumpulkan kardus bekas, Dg Nompo mengaku jumlahnya tidak seberapa.
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :
Namun itu bisa digunakan untuk bertahan hidup.
"Harga kardus yang saya jual Rp 200 per kardus. Sehari biasanya hanya mengumpulkan sekitar 23 kardus. Jadi hanya dapat uang Rp 4.600 per hari," ujarnya.
Meski tidak banyak, kakek berusia sekitar 65 tahunan ini tetap mencari kardus, karena tidak ada pekerjaan lain.