Jika biasanya omzet Rahmawati mencapai Rp 1,5 juta, sekarang hanya Rp 500 ribu.
"Kadang juga tidak cukup Rp 500 ribu omzetnya," ujar Rahmawati.
Dia berharap, kebijakan kenaikan harga tiket dipertimbangkan oleh pemerintah.
Pasalnya, jika harga tetap naik, maka pedagang terancam gulung tikar.
Alasannya, sejumlah pedagang di Bandara juga membayar sewa tempat. Jika penjualan tidak stabil, maka sangat berdampak pada pedagang.
"Kami harap, ada kebijakan atau pertimbangan pengurangan harga tiket, khususnya bagasi. Kami juga harus bayar tempat," katanya.
Selain sewa tempat, Rahmawati juga harus membayar tagihan listrik dan gaji karyawan.
Kenaikan harga tiket pesawat domestik dan penerapan bagasi berbayar, oleh hampir semua maskapai di Indonesia, menyebabkan jumlah penumpang di Bandara Sultan Hasanuddin, sepi.
Pasca-kenaikan harga tiket pesawat dua bulan terakhir, jumlah pengguna jasa maskapai berkurang hingga 17 persen, dibanding sebelumnya.
Hanya saja, General Manajer Angkasa Pura I, Wahyudi tidak mengetahui selisih angka jumlah penumpang, sebelum dan kenaikan harga tiket pesawat, Jumat (8/2/2019).
Baca: UAS Dibaiat Tarekat Naqsabandiyah oleh Habib Luthfi, Sekarang Disapa Syekh Abdul Somad Ciri Khas NU
Baca: Apa Solusinya? Ratusan Jenderal dan Kolonel TNI Tanpa Jabatan Cuma Ikut Apel & Reaksi Jubir TNI
Baca: Jadwal Liga Inggris Malam Ini, Manchester United & Liverpool Lawan Mudah? Big Match City vs Chelsea
"Berdampak (kenaikan harga tiket). Terjadi penurunan jumlah penumpang sekitar 17 persen. Kalau selisih (sebelum dan sesudah), angkanya saya belum cek," kata Wahyudi.
Hasil penelusuran TribunMaros.com, rata-rata jumlah penumpang setiap bulan, sebelum terjadi kenaikan tiket pesawat, mencapai 1,1 juta per bulan.
Hunian Hotel
Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulsel, Anggiat Sinaga, menuturkan, hunian hotel sejak Januari 2018 turun dratis.
"Rarata occupancy Januari 2019 hanya 37 persen, sementara Januari 2018 masih bisa tembus 48 persen. Penyebabnya, yang bisa kami lihat akibat harga tiket yang melambung tinggi," jelas GM Claro Hotel itu via pesan WahstApp, kemarin.
Dia berjanji menyuarakan kegelisahan itu dalam Rapimnas PHRI di Jakarta, yang dimulai Sabtu (9/2/2019) ini.
"Ada tiga isu utama yang akan dibahas besok (Sabtu, 9/2/2019) di Rapimnas PHRI yakni, harga tiket pesawat, bagasi berbayar, dan larangan kemendagri rapat di hotel akibat meeting Pemprov Papua di Jakarta," jelas Anggiat.
Menghadapi Februari, PHRI Sulsel tidak tinggal diam. Seminggu sudah, Makassar Kemilau digelar. Namun ia mengakui belum memberi efek.
"Karena mungkin promosinya belum masif, tapi memang kami sadari belum memberi efek untuk tahun ini. Mudah-mudahan tahun depan bisa lebih baik persiapannya dan bila perlu dilaunching di Kementerian Pariwisata bersama Pemerintah Makassar," ujarnya.
Tetapi paling tidak, kata dia, ini daya upaya dari stakeholder perhotelan untuk bisa lebih baik.
Senada dengan itu, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Sulsel, Didi Leonardo Manaba sangat terdampak dengan kenaikan tarif angkutan udara.
"Banyak yang cancel gara-gara tiket masih mahal. Jumlahnya banyak, mulai rombongan sampai individu," katanya.
Efek dari banyaknya pengguna jasa travel agent yang membatalkan booking berwisata ke Sulsel sangat dirasakan anggota ASITA lainnya.
"Meski kami tidak hitung statistiknya. Namun, secara tahunan terjadi penurunan sekitar 80 persen. Ini dibandingkan dari Januari 2018 dan 2019," katanya.
Ia tetap mendesak maskapai dan pemerintah. Serta tetap berpromosi dan semangat mengarungi awal tahun 2019. "Secara nasional ini akan dibahas di Munaslub Jakarta," katanya.
Garuda dan Sriwijaya Normal
Meski libur panjang natal dan tahun baru telah lama usai, tarif pesawat masih tetap tinggi.
Saking mahalnya, perjalanan udara dari Kualalumpur ke Jakarta lebih murah ketimbang dari Padang-Jakarta, Aceh-Jakarta.
Bahkan perjalan udara dari Jakata ke Bangkok-Thailanda lebih murah dibanding dari Makassar ke Surabaya.
Beberapa maskapai penerbangan membatalkan penerbangan dari Medan ke beberapa tujuan, terutama Jakarta, karena pesawat kosong tak ada penumpang.
Mahalnya harga tiket ditambah lagi dengan kebijakan maskapai menerapkan tarif bagasi yang dulunya gratis.
Namun hal ini mempengaruhi traffic penumpang Garuda Indonesia Makassar. Seperti yang diungkapkan Sales & Service Manager Garuda Indonesia Makassar, Ade nurman.
"Dalam kondisi seperti sekarang ini, traffic penumpang kami tetap stabil dan tidak ada penurunan," kata Ade.
Sementara Spv Sales Representative Sriwijaya Makassar, Mories Satudi, mengatakan harga tidak mempengarungi traffic penumpang.
"Kita malah naik yah traffic penumpangnya, dibandingkan Januari 2018 Vs Januari 2019 naik 14,5 persen. Intinya, saat ini masih normal, hanya beberpa flight kami cancel untuk maksimalkan revenue," jelas Ade.(*)
(Kompas.com/Tribun Timur/Ansar/Fahrizal Syam/Muhammad Fadly Ali)
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :
Follow juga akun instagram tribun-timur.com: