Mengenal Idjon Djanbi, Komandan Kopassus Pertama yang Ahli Perang dan Berkelahi Tanpa Senjata

Editor: Ardy Muchlis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mochammad Idjon Djanbi

Pada 13 Maret 1946, Letnan de Koning dan Letnan van Beek dipanggil dari Sri Lanka untuk membuka School Opleiding Parachutisten (Sekolah Penerjun Payung) pada 15 Maret 1946.

Keluarga Idjon Djanbi ()

Agar tidak tercium pihak Republik, kamp pelatihan ditempatkan di Papua Barat.

Bulan April, lokasi pelatihan dipindah ke Hollandia (Jayapura) dari Biak.

Sekolah  parasutis menempati sebuah bangunan rumah sakit milik Amerika yang telah ditinggalkan pasukan Jenderal Douglas MacArthur.

Ternyata Visser menyukai hidup di Indonesia. Meskipun kondisinya sangat berbeda dengan kehidupan di Eropa.

Ia sempat pulang ke Inggris menemui keluarganya dan meminta istrinya, perempuan Inggris yang dinikahinya semasa PD II serta keempat anaknya, untuk ikut ke Indonesia bersamanya.

Karena sang istri menolak, Visser memilih untuk bercerai.

Tahun 1947, Visser kembali ke Indonesia.

Ternyata sekolah yang dipimpinnya sudah pindah ke Batujajar, Cimahi, Bandung.

Tidak lama, Visser dipromosikan menjadi kapten dengan jabatan Pelatih Kepala.

Dalam kurun 1947-1949, sekolah yang dipimpinnya terus mencetak peterjun militer.

Tahun 1949, Visser memutuskan keluar dari dunia militer dan memilih menetap di Indonesia sebagai warga sipil.

Meskipun keputusan ini mengandung risiko tinggi karena saat itu sikap kebencian serta anti-Belanda tertanam kuat dalam setiap diri orang Indonesia.

Meskipun Visser berbaret merah, tetap saja tidak ada yang bisa menjamin keamanan mantan perwira penjajah di negeri bekas jajahannya ini.

Namun ia tak gentar. Ia memilih menetap di sebuah lahan pertanian di daerah Lembang, Bandung.

Halaman
1234

Berita Terkini