Soeharto Diincar Sniper, Gini Cara Pengawal Mengatasinya. Benny Moerdani Tak Bisa Berbuat Banyak

Editor: Rasni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Soeharto Diincar Sniper, Gini Cara Pengawal Mengatasinya. Benny Moerdani Tak Bisa Berbuat Banyak

"Presiden saja berani, mengapa kami harus gelisah?" tulis Sjafrie.

Selanjutnya, Soeharto dijemput pasukan PBB yang sudah menyiapkan VAB, Panser buatan Prancis.

Begitu kendaraan itu berjalan, Soeharto pun menanyakan sesuatu.

"Sekarang ini kita berada di mana?" tanya Soeharto ke Atase Pertahanan.

Pihak Atase Pertahanan kemudian menjawab mereka sedang berada di Sniper Valley.

 

Baca: Ini Komisioner Bawaslu se-Sulsel Lolos Seleksi Akhir

Baca: Niat dan Doa Buka Puasa Dzulhijjah, Keutamannya: Doa Dikabulkan Hingga Pintu Neraka Dikunci

Baca: Alumni Unhas Salurkan Bantuan Rp 117 Juta untuk Korban Bencana Gempa Lombok

Benny Moerdani tak bisa berbuat banyak saat di Belanda

Sebagai tokoh intelijen yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) dan Panglima TNI, Benny Moerdani dikenal sebagai pengawal pribadi Presiden Soeharto yang sangat loyal.

Selain sebagai pengawal, ia bahkan dikenal sebagai agen rahasia yang siap menyerahkan nyawanya demi keselamatan Pak Harto.

Dilansir dari Intisari, suatu kali pada akhir Agustus tahun1970-an, Presiden Soeharto berkunjung ke Belanda dan akan menuju Istana Huis Ten Bosch, Den Haag, tempat keluarga Kerajaan Belanda menetap.

Kunjungan Pak Harto itu sebenarnya merupakan 'lawatan yang kaku' karena pemerintah Kerajaan Belanda pada tahun 1970-an belum mengakui tanggal kemerdekaan RI yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Pemerintah Belanda bahkan baru mengakui kemerdekaan RI pada 16 Agustus 2005 menjelang Indonesia merayakan peringatan kemerdekaan yang ke-60 tahun.

Kunjungan Pak Harto saat itu bahkan tidak disukai oleh Kerajaan Belanda mengingat di era Perang Kemerdekaan, Pak Harto sebenarnya merupakan musuh bebuyutan militer Belanda.

Aparat keamanan Belanda yang secara psikologis terpengaruh oleh sikap Kerajaan Belanda bahkan hanya menyiapkan sistem pengamanan yang tidak maksimal sehingga bisa membahayakan keselamatan Pak Harto.

Menurut Benny, kunjungan Presiden Soeharto itu memang berisiko tinggi karena di Belanda masih banyak anggota simpatisan Republik Maluku Selatan (RMS) yang bisa membahayakan keselamatan Pak Harto.

Untuk memastikan keamanan Pak Harto, Benny kemudian memeriksa rute yang akan dilalui menuju Istana Huis Ten Bosch.

Halaman
1234

Berita Terkini