Siapa Budayawan Ishak Ngeljaratan?

Penulis: Thamzil Thahir
Editor: Suryana Anas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Thamzil Thahir dan Ishak Ngeljaratan (kanan)

Sekretariat Negara, sebagaimana rilis dan berita media massa saat itu,  menyebut budayawan yang diundang adalah wakil pejuang budaya dan kemanusiaan dari seluruh Indonesia.

Namun, faktanya, dari 30 nama undangan hanya Ishak Ngeljaratan-lah, budayawan yang mewakili timur Indonesia. 

Sekitar 87% budayawan yang hadir dari pulau Jawa. Sisanya dari Bali, Sumatera, dan Kalimantan.

Bukan ‘mewakili’ tanah kelahirannya, di Tanimbar, Kepulauan Timur Laut Provinsi Maluku, Ishak malah diklaim negara, “mewakili” budayawan Makassar.

Di media sosial di Jawa, banyak suara protes kenapa budayawan versi mereka tak diundang. 

Namun di Makassar sebaliknya. ia Justru banyak diapresiasi.

Ishak memang kerap lebih “Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja” dari mereka yang lahir dan besar di selatan pulau Sulawesi.

Prof Dr M Qasim Mathar (73), Cendekiawan Muslim yang juga kolega dialog Ishak, menyebut sahabatnya dikenal banyak orang.

"Kalau tak pernah berjumpa dengannya, nama Ishak Ngeljaratan dijumpai pembaca pada tulisan dan wawancaranya di media cetak dan elektronik," ujar Qasim yang juga berlatar belakang ilmu filsafat, seperti Ishak.

Qasim menyebut Ishak sebagai seorang Katholik yang selalu mengapresiasi  yang bermartabat kepada agama-agama lainnya. 

"Dia," tambah Qasim, "dengan fasih bisa menjelaskan ajaran "rahmatan lil alamin" dalam Islam sefasih dia menerangkan ajaran kasih Kristus dalam teologi Kristen."

Di mata Qasim, Ishak selalu melihat Manusia berbeda dengan makhluk lainnya, karena hanya pada manusia ada kekuatan kemanusiaan. Dengan kemanusiaan itu pula manusia sanggup menghargai segenap makhluk selain dirinya. Ruh kemanusiaan itulah yang membuat Ishak Ngeljaratan tetap hadir di tengah-tengah kita," ujar Qasim kepada Tribun, Jumat (11/5/2018).

***

Menetap di Makassar sejak dekade akhir 1950-an, Ishak banyak melihat, merasakan dan berinteraksi dengan pelaku dan akademisi budaya di Sulsel.

“Pak Ishak itu angkatan dosen pertama Fakultas sastra Unhas. Beliau dosen seangkatan dengan Prof Mattulada dan Prof Mister Zainal Abidin Farid MS,” ujar Dahlan Abubakar MA, kandidat doktor ilmu sastra dan budaya dari Unhas, Senin (14/5/2018).

Halaman
1234

Berita Terkini