Sementara itu, saya tiba di Bandara John F Kennedy (JFK) di New York yang jaraknya hampir 1.250 kilometer.
Ini menunjukkan betapa naifnya saya.
Analis keuangan
Saya berumur 24 tahun kala itu dan tidak tahu dunia apa yang saya masuki ini.
Usai lulus universitas di bidang keuangan, saya bekerja pada sebuah bank internasional di Indonesia sebagai seorang analis keuangan dan perdagangan.
Pada tahun 1998, Indonesia dilanda krisis keuangan yang menerjang Asia, dan tahun berikutnya Indonesia jatuh ke dalam kekacauan politik.
Lalu, saya pun kehilangan pekerjaan.
Saya mulai mencari pekerjaan di luar negeri untuk menghidupi putri saya yang berusia tiga tahun.
Waktu itu, saya melihat sebuah iklan di sebuah surat kabar yang mencari peminat untuk bekerja di industri perhotelan di hotel-hotel besar di AS, Jepang, Hongkong, dan Singapura.
Saya memilih tujuan AS, dan melamar. Persyaratan yang harus saya penuhi adalah bisa berbicara sedikit bahasa Inggris dan membayar biaya sebesar Rp 30 juta (tahun 2001). Proses perekrutan begitu panjang dengan banyak wawancara.
Sebagai persyaratan lain, mereka juga meminta saya untuk menunjukkan cara berjalan, naik turun tangga, dan tersenyum.
"Layanan pelanggan adalah kunci untuk pekerjaan ini," demikian yang diberitahukan kepada saya saat itu.
Saya menjalani semua tes dan lulus, lalu saya mengambil pekerjaan itu.
Rencananya, ibu dan kakak saya yang akan merawat gadis kecil saya saat saya bekerja di luar negeri selama enam bulan, dengan penghasilan 5.000 dollar AS per bulan (atau sekitar Rp 66 juta).
Setelahnya, saya akan pulang untuk membesarkan putri saya.