TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Namanya Damai Al Awaliyah. Lahir di Muaro Sijunjung, Padang Pariaman, Sumatera Barat tahun 1962, Damai kini mengaku betah bermukim di Makassar.
"Ayah saya sudah dimakamkan di sini, artinya saya sudah asli Bugis," kata Damai, dengan logat Minangkabau yang masih amat kental, Rabu (22/7/2015) di kedai kopi Pasar Boetoeng, Malimongan Tua, Makassar.
Damai sudah empat tahun bermukim di Kota Daeng. Bersama istrinya, seorang wanita Banjar, Damai kini sudah membeli rumah di Villa Mutiara, Gombara, Biringkanaya, tenggara Makassar.
Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya di kota ini, Damai berjualan sepatu di pelataran gerbang selatan Pasar Boetoeng di Jl Butung, utara Makassar.
"Kalau butuh sepatu murah saya tempatnya, barangnya impor Hongkong, saya kulakan dari (pasar) Tenabang (Jakarta), setengah dari harga di mall," ujar Damai.
Damai memperkanalkan diri sebagai cucu dari salah seorang tokoh penyebar Islam modern di Indonesia, KH Abdul Karim Amrullah alias Hamka.
"Saya cucu dari istri Kiai Hamkah di Sijunjung," ujar Damai tentang muasal dirinya.
Dalam percakapan sekitar seperempat jam dengan Tribun, Rabu siang, setidaknya empat kali dia mengucapkan Muktamar Muhammadiyah yang akan digelar di Makassar, 3 - 7 Agustus 2015 mendatang.
"Saya akan buka lods batu mutiara di arena Muktamar, banyak saudara saya dari Minang dan Jakarta yang kesini nanti," ujarnya.
Damai lalu mengeluarkan bongkahan batu permata warna hijau muda. "Ini bongkahan bacan palamea, saya mau lepas kalau ada yang mau bayar Rp 40 juta," katanya. (*)