Opini
Amanah Religius dan Visi Indonesia Emas, Setahun Taruna Ikrar Kepala BPOM
19 Agustus 2025 menjadi penanda satu tahun kepemimpinan Prof Dr Taruna Ikrar MBiomed PhD di BPOM
dr Wachyudi Muchsin SH MKes
Staf Khusus Kepala BPOM
TANGGAL 19 Agustus 2025 menjadi penanda satu tahun kepemimpinan Prof Dr Taruna Ikrar MBiomed PhD di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI).
Meski baru setahun, kiprahnya telah meninggalkan jejak yang tak sekadar administratif, melainkan bernilai moral, bahkan religius.
Bagi Taruna Ikrar, memimpin BPOM bukan sekadar mengurus izin edar atau menertibkan produk ilegal.
Ia memandang jabatan ini sebagai amanah, bahkan jalan ibadah.
Memimpin BPOM adalah jalan pengabdian.
Saya percaya, setiap butir kerja yang kita persembahkan akan bernilai ibadah jika diniatkan untuk melindungi rakyat.
Dari Senyap ke Nyata
Satu tahun terakhir, BPOM di bawah kendali Taruna Ikrar berubah menjadi lembaga yang lebih dekat dengan rakyat, akademisi, dan dunia usaha.
Ia tak segan turun langsung ke lapangan—menyapa pedagang kecil, meninjau laboratorium, bahkan berdialog dengan mahasiswa peneliti muda.
Kehadirannya seakan menggeser paradigma: pengawasan obat dan makanan bukan hanya urusan teknis regulasi, tetapi juga bagian dari upaya menjaga harapan hidup jutaan keluarga Indonesia.
Langkah inovatif yang cukup menonjol adalah percepatan proses perizinan.
Melalui digitalisasi dan integrasi lintas sektor, BPOM kini memangkas waktu layanan tanpa mengorbankan mutu.
Regulasi sebagai Jembatan
Regulasi tidak boleh menjadi penghambat, tetapi harus menjadi jembatan agar rakyat segera menikmati produk yang sehat, halal, dan berkualitas.
Pandangan ini merefleksikan upaya menyeimbangkan kepentingan bisnis dan kepentingan publik dalam satu tarikan napas.
Perang Melawan Mafia
Namun, kepemimpinan Taruna Ikrar tak hanya soal efisiensi birokrasi. Ia juga tegas menancapkan garis merah dalam melawan mafia farmasi, kosmetik, dan pangan.
Tidak boleh ada ruang bagi mafia obat, kosmetik, dan pangan. Perlindungan rakyat adalah garis merah yang tidak bisa ditawar.
Pernyataan ini bukan sekadar slogan.
Operasi intelijen diperkuat, jejaring pengawasan diperluas, dan kerja sama dengan aparat hukum diperketat.
Dengan itu, BPOM bertransformasi dari sekadar regulator menjadi garda terdepan melawan kejahatan kesehatan.
Konsep ABG
Satu terobosan yang patut dicatat adalah revitalisasi konsep ABG (Academic, Business, Government).
Dalam pandangannya, kesehatan bangsa tidak bisa dijaga oleh satu sektor saja.
Akademisi memperkuat riset, pelaku usaha menciptakan produk aman dan berkualitas, sementara pemerintah memastikan regulasi berpihak pada rakyat.
Sektor-sektor yang diawasi BPOM sendiri memiliki perputaran ekonomi lebih dari Rp6.000 triliun per tahun.
Namun, Taruna Ikrar mengingatkan bahwa di balik angka itu ada wajah petani, teknisi laboratorium, buruh pabrik, hingga sopir pengantar barang.
Dengan kata lain, pengawasan obat dan makanan sejatinya adalah pengawasan atas kehidupan jutaan pekerja dan keluarganya.
UMKM: Denyut Nadi yang Dijaga
Khusus UMKM, Taruna Ikrar menegaskan keberpihakan BPOM. Ribuan UMKM di sektor pangan, kosmetik, hingga obat bahan alami telah terdaftar.
Mereka bukan sekadar statistik, melainkan denyut nadi ekonomi rakyat.
“Ketika UMKM tumbuh, rakyat berdaya. Dan ketika rakyat sehat, bangsa ini kuat,” kata Taruna Ikrar.
Pandangan ini meneguhkan posisi BPOM bukan hanya sebagai pengawas, tetapi juga penggerak ekonomi kerakyatan.
Visi 2045
Visi “Menjulang, Membumi, Mengakar” menjadi kompas yang ia tawarkan.
Menjulang ke panggung dunia, membumi dalam kebutuhan rakyat, dan mengakar pada fondasi ilmu serta profesionalisme.
Bagi Taruna Ikrar, kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan untuk sehat: terbebas dari obat palsu, makanan berbahaya, dan zat beracun.
“Setiap langkah pengawasan adalah doa kolektif. Ada doa ibu yang ingin anaknya tumbuh sehat, ada harapan ayah yang ingin keluarganya selamat,” tuturnya.
Ikhtiar dan Doa
Satu tahun kepemimpinan ini bisa dibaca sebagai kaleidoskop doa dan ikhtiar.
Taruna Ikrar tidak sedang membangun citra pribadi, melainkan menanamkan gagasan bahwa pengawasan obat dan makanan adalah laku spiritual sekaligus perjuangan kebangsaan.
Maka, ketika kita menyebut BPOM, sejatinya kita tidak hanya bicara soal izin edar dan regulasi, tetapi juga soal menjaga nyawa, melindungi masa depan generasi, dan menghidupi UMKM.
Sebuah amanah religius yang kini dijalankan dalam kerangka Indonesia Emas 2045.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.