Opini
Dr Aswar Hasan: 'Sang Penjaga' Etika Komunikasi yang Mencerdaskan Masyarakat
Dunia komunikasi dan media Indonesia, khususnya di Makassar dan Sulawesi Selatan, baru saja kehilangan salah satu sosok terbaiknya: Aswar Hasan
Achmad Firdaus Hasrullah SIP MIR
Alumnus Unhas, Pegawai Unhas, dan Mahasiswa Doktor di People Friendship of Unviersity Moskow, Rusia
DUNIA komunikasi dan media Indonesia, khususnya di Makassar dan Sulawesi Selatan, baru saja kehilangan salah satu sosok terbaiknya: Dr Aswar Hasan MSi.
Beliau bukan hanya akademisi di balik tembok kampus Universitas Hasanuddin (Unhas), melainkan juga praktisi media, peneliti, dan intelektual publik yang karya-karyanya menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
Sebagai seorang yang akrab dengan dunia jurnalistik dan penyiaran, almarhum memahami betul bahwa komunikasi bukan sekadar teori, tapi alat transformasi sosial.
Kiprahnya di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) membuktikan komitmennya pada media yang sehat dan berkualitas.
Di era di mana “hoax” dan sensasi merajalela, sosok seperti Dr. Aswar mengingatkan kita bahwa media harus menjadi pencerah, bukan perusak nalar publik.
Sebagai dosen, ia tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga membentuk karakter mahasiswa untuk kritis dan bertanggung jawab dalam menyampaikan informasi.
Banyak dari muridnya yang kini menjadi praktisi media, peneliti, atau birokrasi, membawa warisan pemikirannya: bahwa komunikasi harus bermanfaat, edukatif, dan beretika.
Karya-karya penelitiannya tidak hanya memenuhi rak perpustakaan kampus, tetapi juga menjadi rujukan dalam merumuskan kebijakan komunikasi di Sulawesi Selatan.
Ia adalah contoh langka akademisi yang tidak terjebak dalam menara gading, melainkan turun langsung melihat problematika masyarakat mulai dari literasi media, dinamika komunikasi lokal, hingga tantangan digitalisasi informasi di Indonesia Timur.
Baca juga: Mengenang Dr. Aswar Hasan
Kepergian Dr Aswar Hasan meninggalkan luka, tapi juga warisan abadi tulisan-tulisannya di harian Kompas, Tribun Timur, dan media lain yang tetap relevan dibaca generasi sekarang. Kontribusi kebijakan di KPI yang menjaga marwah penyiaran Indonesia.
Inspirasi bagi akademisi untuk tidak hanya menulis di jurnal, tetapi juga aktif menjawab tantangan masyarakat.
Selamat jalan, Dr Aswar Hasan.
Surga adalah tempat terbaik untuk para pejuang ilmu.
Karya-karyamu akan terus hidup, membimbing kami yang ditinggalkan.
Untuk Makassar, Sulsel, dan Indonesia: mari teruskan perjuangannya menjaga komunikasi yang mencerdaskan, bukan menyesatkan.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.