Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Daftar Lima Jenderal Bintang Empat Asal Sulsel, Ada Pernah Jabat Kapolri

Yunus Yosfiah dan Sjafrie Sjamsoeddin baru dikukuhkan oleh Prabowo Subianto menjadi jenderal bintang empat.

|
Editor: Sudirman
Ist
JENDERAL - Sjafrie Sjamsoeddin, Yunus Yosfiah, M Jusuf, George Toisutta, Chairuddin Ismail. Lima putra Sulsel jenderal bintang 4. 

Ia juga merupakan salah satu keturunan bangsawan dari suku Bugis.

Hal ini dapat dilihat dengan gelar Andi pada namanya.

Ia melepaskan gelar kebangsawanannya itu pada tahun 1957 dan tidak pernah menggunakannya lagi.

Dalam posisi pemerintahan ia pernah menjabat sebagai Panglima ABRI merangkap Menteri Pertahanan Keamanan pada periode 1978–1983.

Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian pada periode 1964–1974 dan juga Ketua Badan Pemeriksa Keuangan periode 1983–1993.

M Jusuf meninggal pada tanggal 8 September 2004 usia 76 tahun.

Ia dimakamkan di Pemakaman Umum Panaikang, Makassar, Sulawesi Selatan.

George Toisutta

Lahir di Makassar pada 1 Juni 1953. Jenderal TNI George Toisutta adalah seorang purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Darat.

Ia merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1976.

George memegang jabatan Panglima Kostrad TNI pada tahun 2007 - 2029.

Ia menggantikan Erwin Sudjono. 

Karirnya makin cemerlang saat era Susilo Bambang Yudhoyono.

George ditunjuk menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat sejak 29 November 2009 hingga 30 Juni 2011.

George Toisutta pun pernah menjadi Ketua Umum Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) tahun 2011.

Dia terpilih dalam Musyawarah Nasional ke-17 PJSI yang digelar di Komando Pendidikan Bela Negara Rindam V Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

George juga pernah mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI tahun 2011.

Kala itu, dia bersaing dengan Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie.

Namun dia gugur dan posisi Ketum PSSI diraih Nurdin.

Chairuddin Ismail

Chairuddin Ismail lahir  di Wajo 27 Desember 1947.

Ia menjabat sebagai Kapolri pada 20 Juli 2001 hingga 3 Agustus 2001.

Jabatan yang diembannya selama dua pekan itu menjadikannya Kapolri tersingkat kedua.

Kala itu, Jenderal Chairuddin Ismail menjadi pelaksana tugas menggantikan Jenderal Suroyo Bimantoro.

Adapun pada masa kepemimpinan Suroyo Bimantoro terjadi polemik di tubuh Polri.

Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur meminta Bimantoro mengundurkan diri. Namun, ia menolak.

Pada 2 Juni 2001, Gus Dur melantik Chairuddin Ismail sebagai Wakil Kapolri.

Padahal kala itu jabatan ini telah dihapuskan.

Kasus ini memantik dualisme dalam tubuh kepolisian dan memperuncing perseteruan Presiden Gus Dur dengan parlemen.

Pengangkatan Chairuddin mendapat penolakan 102 jenderal polisi yang tak menghendaki adanya politisasi di tubuh Polri.

Bertepatan dengan peringatan Hari Bhayangkara, 1 Juli, Presiden mengumumkan pemberhentian Bimantoro dan akan menugasi mantan Asisten Operasi Mabes Polri itu sebagai Duta Besar RI di Malaysia.

Beberapa jam kemudian, lagi-lagi Bimantoro menolak.

Situasi Mabes Polri semakin panas, apalagi muncul pernyataan sikap para perwira menengah Polri, meminta Bimantoro ikhlas mundur, ditambah lagi berita akan ditangkapnya Bimantoro karena dianggap telah membangkang terhadap perintah Presiden.

Bimantoro tidak goyah, dan memaksa Presiden melakukan langkah lebih dramatis.

Pada tanggal 20 Juli 2001, Gus Dur melantik Chairuddin Ismail resmi sebagai Pejabat Sementara Kapolri.

Setelah Presiden Megawati Soekarnoputri dilantik, Chairuddin dicopot dari jabatannya.

Chairuddin juga pernah menjadi tim sukses pasangan capres Jusuf Kalla-Wiranto.

 

 

 

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved