Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Bau Sampah Makassar

Bau Busuk TPA Tamangapa Bisa Sebabkan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, masih menjadi masalah serius.

|
Penulis: Siti Aminah | Editor: Muh Hasim Arfah
koran tribun timur
BAU SAMPAH- Laporan khusus koran Tribun Timur soal bau sampah di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (3/8/2025). Bau sampah ini bisa berakibat masalah kesehatan untuk jangka panjang.  

Laporan Wartawan Tribun Timur, Siti Aminah, Renaldi Cahyadi, dan Kaswadi Anwar

TRIBUN-TIMUR.COM- Bau busuk dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, masih menjadi masalah serius.

Warga di sekitar TPA, bahkan yang tinggal cukup jauh, terpaksa menghirup aroma tak sedap yang berasal dari tumpukan berjuta ton sampah.

Syarhrul Marzuki, warga Kompleks Universitas Hasanuddin Antang, mengeluhkan bau menyengat tersebut. Hampir setiap hari ia dan warga sekitarnya mencium aroma tidak sedap yang mengganggu aktivitas dan kenyamanan di rumah. 

“Sampai malam pun masih terasa baunya. Kami sudah terbiasa, tapi tetap saja tidak nyaman,” ujarnya, Kamis (1/8/2025).

Ia mengaku bau tersebut selalu tercium karena jarak rumahnya sangat dekat dengan TPA Antang.

Terlebih lagi, saat hujan turun atau angin bertiup ke arah permukiman, bau sampah semakin menyengat. 

“Kami minta perhatian pemerintah. Sudah lama mi kaya begini. Masa tidak ada solusi,” keluhnya.

Baca juga: Bau Sampah TPA Antang Ganggu Warga, Pakar Unhas Ingatkan Bahaya ISPA

Keluhan serupa juga datang dari warga kawasan Minasaupa, Kecamatan Rappocini.

Wahyu Wardiman, salah satu warga, mengaku masih sering mencium bau sampah dari TPA Antang, meskipun jaraknya cukup jauh. 

“Padahal di sini sama itu (TPA) Antang jauh, tapi masih kentara baunya,” katanya, Jumat (1/8/2025).

Menurut Wahyu, fenomena bau menyengat ini sudah terjadi dari tahun ke tahun.

Namun hingga kini, belum ada solusi konkret yang benar-benar mampu menghilangkan sumber bau tersebut. 

Lebih dari sekadar mengganggu, bau sampah ini juga dinilai mengancam kesehatan warga.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Makassar terus berupaya mencari solusi efektif untuk mengatasi bau busuk tersebut.

Salah satu penanganan yang dilakukan adalah dengan menggunakan cairan Eco-Enzim, yang merupakan hasil fermentasi limbah organik seperti sisa buah dan sayuran, gula, dan air.

Eco-Enzim dihasilkan melalui proses fermentasi selama sekitar tiga bulan, menghasilkan cairan berwarna coklat dengan aroma asam-manis, kaya enzim, asam organik, dan garam mineral.

Cairan ini digunakan untuk menetralisir udara dan mengurangi bau tidak sedap, dengan cara disiram ke kolam lindi dan disemprotkan ke gunungan sampah serta rumah-rumah pemulung.

Penyemprotan Eco-Enzim ini dilakukan dengan bantuan Dinas Pemadam Kebakaran agar dapat menjangkau seluruh area TPA.

Biasanya, 10 liter Eco-Enzim dicampur ke dalam tangki Damkar berkapasitas empat hingga enam kubik. Namun demikian, hasilnya belum maksimal.

Bau busuk masih tercium tergantung arah angin.

Masalah lainnya adalah proses pembuatan Eco-Enzim yang memakan waktu lama dan hanya dapat diproduksi oleh komunitas masyarakat sekitar TPA.

Oleh karena itu, DLH kini mencari solusi baru yang lebih cepat dan efektif.

Kepala Bidang Persampahan dan Limbah B3 DLH Kota Makassar, Bau Asseng, menyebutkan bahwa Eco-Lindi tengah dikembangkan sebagai alternatif.

Berbeda dari Eco-Enzim, Eco-Lindi dibuat dari air lindi (cairan sisa sampah organik) yang dicampur dengan asam sulfat, molase, dan EM4.

Cairan ini diformulasikan untuk menetralkan bau dan juga berfungsi sebagai pupuk cair.

“Sekarang kami coba cari terobosan baru dengan membuat Eco-Lindi. Kita sedang diskusikan apakah akan mengambil dari Surabaya atau memproduksi sendiri,” pungkas Bau Asseng.


Infeksi Saluran Pernafasan

Masalah bau sampah ini mendapat sorotan dari Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) Prof Aminuddin Syam.

Dia menyebut, masalah bau sampah menyengat TPA Antang bukan terjadi sekarang, tapi sejak dulu.

Bagi warga sekitar, sudah terbiasa dengan bau tak sedap.

Sebab, banyak warga yang mencari penghidupan di TPA Antang.

Mereka sudah resisten dengan kondisi yang ada.

Namun, warga lain yang jauh dari lokasi tersebut merasa bau tak sedap sesuatu yang sangat berbahaya.

Prof Aminuddin mengungkapkan, bau menyengat dari TPA Antang berpotensi menimbulkan berbagai penyakit.

Seperti, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Tingginya kandungan nitrogen dan banyaknya zat kimia menjadi racun bagi tubuh.

Kemudian mengakibatkan penyakit kulit, dermatitis serta penyakit mata.

“Sudah segunung itu (sampah). Jadi secara kesehatan memang berdampak sebenarnya. kalau kita pakai indikator normal. Di mana saja tempat sampah, itu menjadi problem,” sebutnya saat dihubungi Tribun-Timur.com, Kamis (31/7/2025).

Dosen berusia 58 tahun ini mengungkapkan, penyakit tersebut sebenarnya bisa dihindari.

Asalkan pengelolaan sampah bisa dilaksanakan dengan baik.

Apalagi, ia mendengar kabar Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin bakal bekerja sama dengan pihak luar dalam pengelolaan sampah.

Menurutnya dalam mengelola sampah dibutuhkan fokus.

Sebab, sampah merupakan masalah mendasar.

Mulai bayi sampai orang meninggal pasti menghasilkan sampah.

Makanya, pemerintah perlu serius. Paling tidak dengan memodali saja. Apalagi, berkaca dari negara lain, masalah sampah bisa diselesaikan.

“Kita bisa diselesaikan sepanjang fokus mau menangani secara serius, secara baik, secara benar,” ungkapnya.

Prof Aminuddin berujar, pos APBD bisa digeser. Biaya untuk kebutuhan orang tertentu dialihkan membeli peralatan pengolahan sampah yang canggih.

Apabila, kalau dikelola dengan baik, sampah menjadi sumber keuangan.

Hasil olahan sampah menjadi energi, pupuk, serta sampah plastik bisa didaur ulang.

“Poinnya adalah Wali Kota bisa tuntaskan masalah sampah di periodenya. Ini akan menjadi amal jariyah,” ujar pria kelahiran Wajo ini.

Sambungnya, Pemkot Makassar juga perlu turun mendampingi dan menyadarkan warga sekitar TPA Antang untuk memakai alat pelindung diri, seperti masker.

Harus pula dibuatkan posko kesehatan untuk mengontrol penyakit warga setempat.

“Perlu dibuat posko kesehatan, sehingga ada masalah tidak lagi ke Puskesmas. Meminimalisir juga penyebaran penyakit,” katanya.

Tak berhenti di situ, Prof Aminuddin juga menyarankan pengolahan sampah di mulai dari rumah warga.

Pemkot Makassar menyediakan tempat pemilahan sampah, organik, anorganik dan residu.

Dengan begitu, petugas sampah lebih mudah memilah sampah.

“Jadi tak ada penumpukan sampah, karena sudah terpisah dari rumah,” katanya.(siti aminah/renaldi cahyadi/kaswadi anwar)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved