Tips Redakan Nyeri Lutut Akibat Osteoartritis

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Nyeri lutut menjadi keluhan umum, terutama pada lansia. 

Salah satu penyebabnya adalah osteoartritis (OA), yaitu peradangan sendi kronis membuat lutut terasa nyeri, kaku, dan sulit digerakkan.

Gangguan ini berkembang seiring bertambahnya usia, namun bisa muncul sejak usia 40-an. 

Di Indonesia, data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit sendi sebesar 7,3 persen.

OA mendominasi kasus, bahkan mulai ditemukan pada usia 15 tahun ke atas.

Penggunaan obat anti nyeri dalam jangka panjang memang bisa membantu, tetapi memiliki efek samping, terutama pada ginjal, hati, dan saluran pencernaan. 

Karena itu, banyak dokter mulai menyarankan pendekatan non-obat.

Baca juga: Waspada Bahaya Vape, Wachyudi Muchsin: Gaya Hidup Korbankan Kesehatan

Salah satu metode dapat membantu meredakan nyeri lutut tanpa obat adalah Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS). 

Terapi ini mengirimkan stimulasi listrik ringan ke saraf di permukaan kulit untuk menghambat sinyal nyeri, melancarkan aliran darah, dan merelaksasi otot.

TENS telah terbukti efektif melalui berbagai studi medis. 

Penelitian tahun 2019 di Archives of Physical Medicine and Rehabilitation menunjukkan terapi ini dapat mengurangi nyeri lutut serta meningkatkan kemampuan berjalan penderita OA ringan.

Kelebihannya, terapi ini bisa dilakukan mandiri di rumah tanpa bantuan medis. 

Beberapa alat terapi TENS sudah dirancang praktis dan dapat disesuaikan dengan tingkat kenyamanan pengguna.

Selain terapi TENS, pola hidup sehat sangat penting untuk mengurangi gejala osteoartritis. 

Beberapa langkah yang disarankan:

Menjaga berat badan ideal untuk meringankan beban lutut

Rutin olahraga ringan, seperti jalan kaki, berenang, atau bersepeda

Mengompres lutut dengan air hangat saat terasa nyeri

Menghindari posisi duduk terlalu lama

Mengatur postur tubuh saat beraktivitas

Menurut Direktur OMRON Healthcare Indonesia, Tomoaki Watanabe, pendekatan non-obat penting untuk menjaga kualitas hidup penderita nyeri sendi.

“Kami percaya setiap orang berhak menjalani hidup tanpa hambatan akibat nyeri kronis. Terapi non-obat yang aman dan mandiri bisa menjadi solusi,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (31/7/2025).

Dengan deteksi dini dan penanganan tepat, penderita OA tetap bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan nyaman. 

Jika nyeri berlanjut, sebaiknya konsultasi ke dokter untuk mendapat saran penanganan sesuai kondisi masing-masing. (*)