Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun RT RW

Sosok Rahmat Lodjong, 18 Tahun Jadi Ketua RT di 'Kampung' Narkoba Makassar

Meski masa jabatannya dibekukan, warga dan Pjs Ketua RT tetap melibatkan Rahmat untuk memberikan saran maupun pertimbangan.

|
Penulis: Risma Syam | Editor: Saldy Irawan
ISTIMEWA
Abdul Rahmat Lodjong 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Ketua RT 3 RW 5 Kelurahan Suwangga, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Abdul Rahmat Lodjong (57) dikenal warga sebagai sosok yang tetap dibutuhkan, meski masa jabatannya sebagai RT telah dibekukan sejak 1 Maret 2025.

Meski masa jabatannya dibekukan, warga dan Pjs Ketua RT tetap melibatkan Rahmat untuk memberikan saran maupun pertimbangan.

"Saya pribadi tetap bersedia. Mungkin karena sudah 18 tahun mengabdi, jadi ada rasa tanggung jawab yang tidak bisa begitu saja saya lepas. Selama masih bisa bantu, saya pasti bantu," kata Rahmat, Selasa (29/7/31).

Pria kelahiran Makassar, 6 Mei 1968 itu telah menjabat sebagai Ketua RT sejak tahun 2007.

Selama 18 tahun, ia mendampingi warga di wilayah yang dikenal rawan konflik, khususnya terkait penyalahgunaan narkoba.

“Di sini dikenal sebagai daerah konflik. Bahkan sampai sekarang masih terjadi transaksi narkoba setiap hari. Sangat memprihatinkan juga karena semua warga terkena imbas dari konflik ini seperti kasus pelemparan, busur, dan kejahatan lainnya yang masih terus terjadi,” ujarnya. 

Rahmat mengungkapkan, peredaran narkoba di wilayahnya berlangsung nyaris tanpa henti dan transaksi terjadi tak kenal waktu. 

“Pemakai bukan hanya remaja, tapi juga anak-anak sampai orangtua. Mayoritas pembelinya bukan warga kami sendiri, tapi warga dari luar. Dan yang paling rawan itu di RT 4. Transaksinya bisa dari pagi ketemu pagi lagi,” jelasnya.

Rahmat enggan mencampuri terlalu dalam soal peredaran narkoba.

Menurutnya, itu sudah menjadi ranah aparat berwenang.

“Kami serba salah. Kalau ikut campur terlalu jauh ke ranahnya bisa sangat berbahaya untuk kami," kata Rahmat. 

"Orang-orang seperti ini tidak pandang siapa kita. Yang penting bagi mereka, siapa yang mengganggu, ya akan diganggu balik,” tambahnya.

Situasi semakin berat hingga akhirnya Rahmat pernah mendatangkan tim khusus dari Jakarta Pusat untuk mengedukasi warga tentang bahaya narkoba.

Namun dampaknya hanya sesaat.

“Saat penyuluhan, mereka cuma sadar hari itu saja. Tapi besoknya kembali lagi seperti awal. Sebenarnya ini tidak lepas dari kesadaran diri sendiri,” ujarnya. 

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved