Sosiolog: Hadapi Teror Kampus Jangan Sekadar Imbauan
Sosiolog UIT desak kampus dan pemerintah bertindak tegas usai lima kampus di Makassar diteror OTK bersenjata tajam saat perkuliahan berlangsung..
Penulis: Siti Aminah | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Sosiolog Universitas Indonesia Timur (UIT), Anshar Aminullah, menanggapi teror kampus orang tak dikenal (OTK) beberapa waktu lalu.
Lima kampus di Makassar diserang OTK bersenjata tajam pada Kamis (25/7/2025).
Kelimanya yakni Universitas Dipa Makassar, Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Islam Makassar (UIM), dan Universitas Muslim Indonesia (UMI).
Menurut Anshar, aksi dengan membawa senjata tajam menyampaikan pesan simbolik berupa teror, dominasi, dan supremasi.
"Ironisnya, teror dilakukan saat proses belajar-mengajar berlangsung. Ini mencederai lingkungan sosial kampus," kata Anshar, Minggu (27/7/2025).
Ia menilai, tindakan kriminal ini harus ditangani serius oleh kepolisian.
Di sisi lain, kampus juga tak boleh lemah dalam menyikapinya.
"Peristiwa ini bisa menandakan kampus gagal jadi ruang aman dan rasional," katanya.
Ia mengingatkan, jika tidak ditanggapi serius, kejadian ini bisa jadi preseden buruk bagi pimpinan kampus bertanggung jawab atas terciptanya lingkungan kondusif.
"Mereka akan dianggap kurang sigap dan tegas atas kejadian ini," tegas Anshar.
Menurutnya, kejadian ini tak cukup disikapi dengan imbauan "jangan terprovokasi".
Sebab ini menyangkut wibawa dan marwah kampus sebagai ruang akademik.
"Marwah kampus tak boleh dicoreng pola kekerasan seperti gank jalanan vulgar dilakukan di siang hari."
Ia berharap kampus, kepolisian, dan Pemerintah Kota Makassar dapat menjadi inisiator kembali menggalakkan kultur dialog dan rekonsiliasi antar kelompok.
"Perlu bicara dari hati ke hati untuk mencari solusi bersama," tambahnya.
Diteror OTK Bersenjata
Universitas Dipa Makassar (Undipa) menjadi salah satu kampus disisir OTK, Kamis (24/7/2025).
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Undipa, Aprizal, mengatakan kelompok OTK datang sekitar pukul 14.30 Wita sedang rapat.
Mereka menyisir seluruh area kampus hingga ke sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sambil membawa senjata tajam.
"Tak sampai lima menit, tapi suasana kampus sempat tegang. Sebelum pergi, mereka sempat meledakkan sesuatu," kata Aprizal.
Ia sempat mengira ini hanya konflik internal antarmahasiswa Undipa.
Namun, setelah ditelusuri, penyerangan diduga dipicu penikaman seorang aktivis di Makassar.
"Dugaan itu diperkuat dengan penyerangan serupa di kampus lain, termasuk Unismuh tempat istri saya mengajar," katanya.
Ia mengakui, penyerangan tersebut memicu kekhawatiran seluruh sivitas akademika, baik mahasiswa maupun dosen.
"Mahasiswa kami diminta berhati-hati, terutama yang berasal dari Palopo. Karena informasi menyebut mereka yang disasar," katanya.
"Kampus kami memang masih libur, tapi ada kuliah semester pendek. Walau tak terlalu ramai, dosen juga tetap waswas," tambahnya.
Aprizal berharap pemerintah turun tangan, sebab masalah ini menyentuh isu antardaerah.
"Kampus tidak punya cukup kekuatan menghadapi hal seperti ini. Pemerintah harus turun," tegasnya.
Ia menekankan, pentingnya memastikan keamanan agar aktivitas kampus dan warga sekitar tidak terganggu.
"Kami imbau mahasiswa dan masyarakat tidak terprovokasi. Serahkan penanganan ke pihak berwenang, yakni kepolisian," tutupnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.