Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Konsolidasi KAHMI Sulawesi Ajang Kritik Pemerintah Pusat, Ni’matullah: Apakah Perlu Memberontak?

Seruan tersebut disampaikan Ni’matullah kala pembukaan Silaturahmi Regional KAHMI se-Sulawesi.

Penulis: Erlan Saputra | Editor: Alfian
Tribun-Timur.com
KONSOLIDASI KAHMI - Koordinator Presidium MW KAHMI Sulsel, Ni’matullah, saat menyampaikan sambutan di pembukaan Konsolidasi KAHMI Se-Sulawesi yang berlangsung di Hotel Aryaduta Makassar, Jumat (10/10/2025). Ketua Demokrat Sulsel ini menyerukan perlu kritikan terhadap kebijakan pemerintah pusat yang dianggap melemahkan otonomi daerah. 


TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Keluarga Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) diminta menggugat kebijakan pemerintah pusat yang dinilai melemahkan kewenangan daerah.

Hal itu disampaikan Koordinator Presidium Majelis Wilayah (MW) KAHMI Sulsel Ni’matullah Erbe.

Seruan tersebut disampaikan Ni’matullah kala pembukaan Silaturahmi Regional KAHMI se-Sulawesi di Hotel Aryaduta Makassar, Jumat (10/10/2025).

Ajang konsolidasi itu dihadiri enam provinsi dan lebih 60 majelis daerah tingkat kabupaten dan kota.

Baca juga: Wali Kota Makassar Munafri Tantang KAHMI Gelar Ajang Nasional di Kota Daeng

SILATURAHMI KAHMI - Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin hadiri konsolidasi KAHMI se-Sulawesi di Hotel Aryaduta Makassar, Jumat (10/10/2025).
SILATURAHMI KAHMI - Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin hadiri konsolidasi KAHMI se-Sulawesi di Hotel Aryaduta Makassar, Jumat (10/10/2025). (Tribun Timur)

Enam MW KAHMI yang hadir masing-masing berasal dari Provinsu Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulsel, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo.

Ni’matullah menegaskan, forum besar KAHMI Sulawesi tidak boleh berhenti sebagai ajang temu kangen.

Namun melainkan harus menjadi ruang lahirnya gagasan-gagasan besar bagi bangsa.

“Ada hal substansial yang tidak boleh kita lupakan. KAHMI ini adalah organisasi intelektual. Sangat naif kalau KAHMI tidak melahirkan pikiran-pikiran besar. Kalau forum sebesar ini hanya jadi ajang temu kangen, itu mubazir,” ujar Ni’matullah.

Ia menyoroti kondisi pemerintah pusat yang menurutnya semakin sentralistik.

Di mana hampir seluruh kewenangan daerah kembali dikendalikan pemerintah pusat. 

Ni’matullah menyebutkan sistem tersebut sebagai bentuk rezim yang menggerus semangat otonomi daerah.

“Kita sedang menghadapi sistem pemerintahan yang menarik kembali hampir seluruh kewenangan yang dulu disebut otonom," kata Ni’Matullah. 

"Anggaran transfer bisa dengan gampang dipotong, mengatur kebijakan dan sebagainya. Seolah-olah kita ini hanya penumpang di republik ini,” tegasnya.

Dalam orasinya, Ni’matullah turut menyinggung soal ketidakadilan otonomi di Indonesia.

Ia menyebut tiga daerah, yakni Aceh, Yogyakarta, dan Papua, telah menikmati status otonomi khusus.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved