Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Inflasi Juni Dipicu Harga Beras Naik, Disperindag Makassar Turun Tangan

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, harga beras meningkat pada Juni 2025 di semua tingkat distribusi, mulai dari penggilingan, grosir

Penulis: Renaldi Cahyadi | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM
BERAS NAIK - Kepala Dinas Perindag Sulsel, Ahmadi Akil. Disperinag akan cek harga beras di lapangan. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulawesi Selatan akan melakukan pengecekan lapangan menyusul laporan kenaikan harga beras di sejumlah daerah.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, harga beras meningkat pada Juni 2025 di semua tingkat distribusi, mulai dari penggilingan, grosir, hingga eceran.

Rata-rata harga beras premium di penggilingan tercatat naik 2,05 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) menjadi Rp13.268 per kilogram dan naik 2,84 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Sementara harga beras medium di penggilingan naik 2,33 persen (mtm) dan 4,51 persen (yoy) ke level Rp12.869 per kilogram.

Di tingkat grosir, harga naik 1,78 persen (mtm) dan 4,16 persen (yoy) menjadi Rp13.979.

Sedangkan di tingkat eceran, harga naik 1 persen (mtm) dan 3,38 persen (yoy) menjadi Rp14.967 per kilogram.

Kepala Disperindag Sulsel, Ahmadi Akil, mengatakan pihaknya belum menerima laporan signifikan mengenai kenaikan harga, namun akan tetap melakukan pemantauan dan tindak lanjut.

"Kalau ada info kenaikan, pasti akan kami tindak lanjuti. Insyaallah besok kami akan panggil seluruh anggota untuk melihat secara langsung kondisi di lapangan," ujarnya, Senin (21/7/2025).

Ahmadi menyebut, laporan harian dari petugas pemantau menunjukkan harga masih tergolong stabil.

Namun, jika kenaikan berlangsung terus-menerus tanpa sebab yang jelas, maka akan dianggap tidak wajar.

Sementara itu, Pemimpin Wilayah Bulog Sulselbar, Fahrurozi, menyatakan inflasi pada Juni 2025 turut dipengaruhi oleh kenaikan harga beras dan emas.

Menurutnya, beras menjadi komoditas penyumbang inflasi kedua setelah emas.

Ia menambahkan, kenaikan harga beras justru memberi dampak positif terhadap petani karena meningkatkan Nilai Tukar Petani (NTP), yang mencerminkan kesejahteraan mereka.

Fahrurozi juga menjelaskan bahwa kenaikan harga beras disebabkan oleh masa jeda panen yang terjadi setelah musim panen rendeng berakhir pada bulan Juni.

Selain itu, pasokan beras dari Bulog belum dilepas ke pasar karena masih menunggu perintah dari pemerintah.

“Di bulan Juni dan Juli ini, fokus kami adalah menyalurkan bantuan pangan 10 kilogram untuk keluarga penerima manfaat. Penyaluran beras ke pasar umum tetap menunggu instruksi dari pemerintah,” jelasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved