Lipsus Tren Haji Muda
Mirna Asal Bone Sulsel Simpan Nomor Porsi Haji Sejak SMA, Berangkat di Usia 31 Tahun
Mirna Baharuddin mendaftar haji di usia 16 tahun. Kini, di usia 31, ia akhirnya menunaikan rukun Islam kelima bersama Kloter 9 Bone.
Penulis: Muhammad Nur Alqadri Sirajuddin | Editor: Sukmawati Ibrahim
Setelah menanti selama 14 tahun melalui jalur reguler, namanya akhirnya masuk dalam daftar keberangkatan tahun ini.
Campur Aduk saat Keberangkatan
Gugup, haru, dan tidak percaya jadi tiga rasa yang mengiringi hari-hari menjelang keberangkatan.
Namun, begitu menjejakkan kaki di Makkah, perasaan itu segera berganti menjadi ketenangan dan rasa syukur.
“Awalnya campur aduk antara gugup dan haru. Tapi saat sudah di sana, lebih tenang dan penuh rasa syukur,” ungkap Irma.
Ibadah haji, baginya, bukan sekadar menunaikan kewajiban sebagai muslim, tapi juga perjalanan spiritual yang mengubah cara pandangnya terhadap hidup.
“Pulang itu rasanya beda. Ada semangat baru, hati lebih damai. Seperti diberi bekal untuk memperbaiki diri ke depannya,” ucap perempuan yang sehari-hari berdagang kosmetik ini.
Haji Tak Harus Tua
Irma tak pernah memusingkan pandangan orang terhadap usianya yang masih muda saat berangkat haji.
Ia justru ingin menjadi contoh bahwa berhaji tak harus menunggu usia senja.
“Keluarga sangat bangga. Teman-teman juga kagum, banyak yang jadi termotivasi. Dan alhamdulillah, tidak pernah ada penilaian negatif,” ujarnya.
Di sela pelaksanaan ibadah, Irma membagikan beberapa momen berharganya di media sosial.
Ia sadar, ada banyak mata yang memperhatikan.
Tapi lebih dari itu, ia ingin membagikan semangat positif dan rasa syukur.
“Teman-teman banyak kasih doa dan semangat. Mereka ikut bahagia, bahkan ada yang bilang jadi ikut termotivasi juga,” tutur lulusan SMAN 1 Galesong Utara itu.
Boleh Dipanggil Haji
Soal gelar ‘haji’ yang biasanya disematkan kepada jemaah sepulang dari Tanah Suci, Irma tak terlalu ambil pusing.
Dipanggil ‘haji’ atau tidak, yang penting adalah bagaimana kualitas hidupnya setelah berhaji.
“Boleh saja kalau dipanggil ‘haji’. Tapi saya lebih fokus pada perubahan diri setelah berhaji. Itu yang lebih penting,” katanya.
Tahun ini, Embarkasi Makassar mencatat ada 15.856 jemaah haji dari 41 kloter.
Sebagian di antaranya adalah generasi muda yang belum genap 25 tahun.
Menurut Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Sulsel, Ikbal Ismail, fenomena ini lahir dari kesadaran kolektif masyarakat akan panjangnya antrean haji.
Dengan masa tunggu yang bisa mencapai 30 tahun, banyak orang tua mendaftarkan anak-anak mereka sejak usia dini.
Data dari satudata.kemenag.go.id mencatat, jemaah calon haji (JCH) Sulsel berusia di bawah 20 tahun mencapai 5.145 orang.
Meskipun secara umum jemaah masih didominasi oleh mereka yang berusia 40 tahun ke atas, kehadiran para jemaah muda menjadi angin segar bagi pelaksanaan ibadah haji di masa mendatang.
Tren ini juga membawa harapan baru.
Generasi muda yang religius, tangguh secara fisik, dan memiliki semangat ibadah tinggi akan menjadi tulang punggung regenerasi spiritual bangsa.
Namun, sebagaimana diingatkan Ikbal, mereka juga harus menjaga niat, menjadikan ibadah sebagai tujuan utama, bukan sekadar perjalanan eksotis penuh foto dan oleh-oleh.
Di balik sorban putih dan gamis yang mereka kenakan, tersimpan harapan besar.
Harapan dari keluarga sabar menunggu, dari mimpi yang tak lekang waktu, dan dari generasi kini menapaki jejak Nabi dengan langkah-langkah penuh kesadaran. (*)
Azhar Gazali: Calon Haji Muda Mulai Dilirik Perbankan Syariah di Sulsel |
![]() |
---|
2 Bersaudara dari Luwu Fiko dan Sultan Berhaji di Usia 20-an, Tak Mesti Dipanggil 'Haji" |
![]() |
---|
Haji Khusus Makin Diminati Anak Muda Sulsel, Ini Alasannya |
![]() |
---|
Haji Muda Jadi Gaya Hidup Baru di Sulsel |
![]() |
---|
Daftar di Usia 14, Irma Penjual Kosmetik Takalar Sulsel Wujudkan Impian Naik Haji Sebelum 30 Tahun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.