Lipsus Tren Haji Muda
Mirna Asal Bone Sulsel Simpan Nomor Porsi Haji Sejak SMA, Berangkat di Usia 31 Tahun
Mirna Baharuddin mendaftar haji di usia 16 tahun. Kini, di usia 31, ia akhirnya menunaikan rukun Islam kelima bersama Kloter 9 Bone.
Penulis: Muhammad Nur Alqadri Sirajuddin | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Sebagian besar remaja usia 16 tahun mungkin sedang sibuk dengan sekolah, persahabatan, dan cita-cita masa depan.
Namun tidak dengan Mirna Baharuddin.
Di usia tersebut, ia sudah mendaftarkan diri sebagai calon jemaah haji (CJH).
Lima belas tahun berselang, tepat di usia 31 tahun, Mirna akhirnya bisa menapakkan kaki di Tanah Suci.
Ia berangkat bersama rombongan Kloter 9 asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, pada musim haji 2025 ini.
“Saya mendaftar haji reguler tahun 2010. Saat itu saya bersama orang tua. Saya masuk kategori jemaah haji pendamping,” ujar Mirna saat ditemui di Aula Arafah Asrama Haji Makassar, Kamis (17/6/2025) malam.
Ia menuturkan, selama masa tunggu belasan tahun itu, ia terus menanti dengan sabar.
Persiapan keberangkatan pun berjalan tanpa kendala berarti. Begitu pula saat menjalankan rangkaian ibadah di Tanah Suci.
Baca juga: Azhar Gazali: Calon Haji Muda Mulai Dilirik Perbankan Syariah di Sulsel
“Alhamdulillah, semua lancar walau memang sedikit menguras tenaga,” katanya tersenyum.
Selama di Mekkah, Mirna juga sempat mengabadikan beberapa momen berhajinya melalui media sosial.
Ia tidak menyangka respons dari teman-temannya begitu hangat.
“Banyak yang beri ucapan selamat. Mereka juga tidak menyangka saya bisa berhaji di usia muda,” ucapnya.
Mirna mengaku sangat bersyukur bisa menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji.
Ia pun terharu ketika kembali menginjakkan kaki di kampung halaman.
“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur bisa pulang ke Tanah Air. Terharu dan bahagia,” tutur Mirna.
Ia berharap suatu hari nanti bisa kembali menunaikan ibadah ke Tanah Suci.
“Insyaallah, semoga kalau ada rezeki,” harapnya.
Data dari situs resmi satudata.kemenag.go.id tahun 2022 mencatat, total kuota haji asal Sulsel sebanyak 247.025 orang.
Dari jumlah itu, JCH berusia di bawah 20 tahun mencapai 5.145 orang.
Sementara yang berusia 20–39 tahun sebanyak 57.127 orang.
Pembiayaan Haji Sasar Anak Muda
Ketua Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), Azhar Gazali, menyebut para pendaftar ini mulai mengambil porsi kuota haji khusus dengan masa tunggu 5 hingga 7 tahun ke depan.
“Kalau yang mendaftar sekarang rata-rata usia mapan. Mereka pekerjaannya sudah stabil dan baru mulai mengambil porsi haji khusus. Umurnya kisaran 35 sampai 45 tahun,” ujarnya kepada Tribun, Jumat (5/7/2025)
Menurut Azhar, secara kuantitas, kelompok usia ini belum mendominasi pasar haji.
Namun tren ke depan menunjukkan arah positif, terutama dengan keterlibatan produk perbankan syariah mulai menyasar segmen usia muda. Termasuk di Sulsel.
“Jumlahnya memang belum banyak. Tapi perbankan syariah sekarang mulai mendukung gerakan berhaji di usia muda. Mereka mulai intens masuk ke pasar anak muda, termasuk melalui kampus dan promosi digital,” katanya.
Azhar juga mengungkapkan, gagasan mendorong perbankan syariah untuk mendukung haji muda pernah ia usulkan beberapa tahun lalu.
Saat ini, ia menilai inisiatif tersebut mulai berbuah.
“Dulu saya pernah mengusulkan gerakan Haji Muda Indonesia ke beberapa perbankan syariah, supaya mereka mendukung. Sekarang kelihatan mulai ada kelanjutan dari ide itu. Saya lihat beberapa bank sudah aktif menjangkau pasar muda,” paparnya.
Tabungan Haji Sejak Dini
Selain menyasar anak muda secara langsung, pendekatan juga dilakukan melalui sekolah dengan menyasar orang tua murid. Tujuannya agar anak-anak bisa dipersiapkan sejak dini untuk mendapatkan porsi haji di masa depan.
“Pendekatannya bisa lewat sekolah. Bukan hanya ke siswa, tapi ke orang tua murid, supaya mereka bisa mulai merencanakan keberangkatan anak sejak dini,” ujarnya.
Salah satu instrumen yang bisa digunakan, kata Azhar, adalah produk tabungan haji terencana yang kini mulai ditawarkan oleh sejumlah bank syariah.
Skema ini memungkinkan masyarakat menabung secara bertahap untuk mendapatkan porsi haji di masa mendatang.
“Bisa lewat tabungan haji terencana. Sekarang beberapa bank sudah menyediakan, tinggal bagaimana konsistensinya disosialisasikan,” ujarnya.
Azhar berharap, ekosistem haji muda terus tumbuh dan mendapat dukungan lebih luas, agar generasi mendatang bisa merencanakan ibadah haji secara lebih matang dan terencana.
Irma Penjual Kosmetik Takalar Sulsel Wujudkan Impian Naik Haji Sebelum 30 Tahun
Tak harus menunggu uban menua, tak harus menanti pensiun tiba.
Di usia 28 tahun, Irma telah lebih dulu menjejakkan kaki di Tanah Suci.
Ia jadi salah satu jemaah haji termuda asal Kabupaten Takalar yang tergabung dalam Kloter keberangkatan tahun 2025.
Sebanyak 259 jemaah haji asal Takalar resmi diberangkatkan ke Makkah pada 15 Mei 2025, melalui Embarkasi Makassar.
Di antara ratusan wajah penuh harap dan doa itu, Irma hadir dengan semangat muda dan jiwa sudah matang secara spiritual.
“Agar bisa menunaikan rukun Islam kelima selagi masih sehat dan kuat,” ucap Irma saat dikonfirmasi tribun, Jumat (7/5/2025).
Irma merupakan warga Dusun Kampung Beru, Desa Biring Kassi, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.
Ia mendaftar haji sejak 2011, di usia 14 tahun.
Setelah menanti selama 14 tahun melalui jalur reguler, namanya akhirnya masuk dalam daftar keberangkatan tahun ini.
Campur Aduk saat Keberangkatan
Gugup, haru, dan tidak percaya jadi tiga rasa yang mengiringi hari-hari menjelang keberangkatan.
Namun, begitu menjejakkan kaki di Makkah, perasaan itu segera berganti menjadi ketenangan dan rasa syukur.
“Awalnya campur aduk antara gugup dan haru. Tapi saat sudah di sana, lebih tenang dan penuh rasa syukur,” ungkap Irma.
Ibadah haji, baginya, bukan sekadar menunaikan kewajiban sebagai muslim, tapi juga perjalanan spiritual yang mengubah cara pandangnya terhadap hidup.
“Pulang itu rasanya beda. Ada semangat baru, hati lebih damai. Seperti diberi bekal untuk memperbaiki diri ke depannya,” ucap perempuan yang sehari-hari berdagang kosmetik ini.
Haji Tak Harus Tua
Irma tak pernah memusingkan pandangan orang terhadap usianya yang masih muda saat berangkat haji.
Ia justru ingin menjadi contoh bahwa berhaji tak harus menunggu usia senja.
“Keluarga sangat bangga. Teman-teman juga kagum, banyak yang jadi termotivasi. Dan alhamdulillah, tidak pernah ada penilaian negatif,” ujarnya.
Di sela pelaksanaan ibadah, Irma membagikan beberapa momen berharganya di media sosial.
Ia sadar, ada banyak mata yang memperhatikan.
Tapi lebih dari itu, ia ingin membagikan semangat positif dan rasa syukur.
“Teman-teman banyak kasih doa dan semangat. Mereka ikut bahagia, bahkan ada yang bilang jadi ikut termotivasi juga,” tutur lulusan SMAN 1 Galesong Utara itu.
Boleh Dipanggil Haji
Soal gelar ‘haji’ yang biasanya disematkan kepada jemaah sepulang dari Tanah Suci, Irma tak terlalu ambil pusing.
Dipanggil ‘haji’ atau tidak, yang penting adalah bagaimana kualitas hidupnya setelah berhaji.
“Boleh saja kalau dipanggil ‘haji’. Tapi saya lebih fokus pada perubahan diri setelah berhaji. Itu yang lebih penting,” katanya.
Tahun ini, Embarkasi Makassar mencatat ada 15.856 jemaah haji dari 41 kloter.
Sebagian di antaranya adalah generasi muda yang belum genap 25 tahun.
Menurut Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Sulsel, Ikbal Ismail, fenomena ini lahir dari kesadaran kolektif masyarakat akan panjangnya antrean haji.
Dengan masa tunggu yang bisa mencapai 30 tahun, banyak orang tua mendaftarkan anak-anak mereka sejak usia dini.
Data dari satudata.kemenag.go.id mencatat, jemaah calon haji (JCH) Sulsel berusia di bawah 20 tahun mencapai 5.145 orang.
Meskipun secara umum jemaah masih didominasi oleh mereka yang berusia 40 tahun ke atas, kehadiran para jemaah muda menjadi angin segar bagi pelaksanaan ibadah haji di masa mendatang.
Tren ini juga membawa harapan baru.
Generasi muda yang religius, tangguh secara fisik, dan memiliki semangat ibadah tinggi akan menjadi tulang punggung regenerasi spiritual bangsa.
Namun, sebagaimana diingatkan Ikbal, mereka juga harus menjaga niat, menjadikan ibadah sebagai tujuan utama, bukan sekadar perjalanan eksotis penuh foto dan oleh-oleh.
Di balik sorban putih dan gamis yang mereka kenakan, tersimpan harapan besar.
Harapan dari keluarga sabar menunggu, dari mimpi yang tak lekang waktu, dan dari generasi kini menapaki jejak Nabi dengan langkah-langkah penuh kesadaran. (*)
Azhar Gazali: Calon Haji Muda Mulai Dilirik Perbankan Syariah di Sulsel |
![]() |
---|
2 Bersaudara dari Luwu Fiko dan Sultan Berhaji di Usia 20-an, Tak Mesti Dipanggil 'Haji" |
![]() |
---|
Haji Khusus Makin Diminati Anak Muda Sulsel, Ini Alasannya |
![]() |
---|
Haji Muda Jadi Gaya Hidup Baru di Sulsel |
![]() |
---|
Daftar di Usia 14, Irma Penjual Kosmetik Takalar Sulsel Wujudkan Impian Naik Haji Sebelum 30 Tahun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.