Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Headline Tribun Timur

Tak Mesti Dipanggil Haji

Haji tak lagi identik dengan usia senja. Di Sulsel, anak muda mulai menapaki jejak Nabi ke Tanah Suci sejak usia 20-an tahun.

TRIBUN TIMUR
TREN HAJI MUDA - Tangkapan layar halaman utama Tribun Timur edisi hari ini, Minggu (6/7/2025) mengulas fenomena tren haji muda di Sulawesi Selatan. Mereka berhaji di usia 20-an, membawa semangat baru dalam menapaki jejak Nabi. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dua pemuda Sulawesi Selatan, Fiko Adyaksa dan Sultan Airlangga di bawah langit Mekkah yang menyala oleh semangat jutaan umat Islam. 

Mereka berdiri melafalkan talbiyah penuh haru: Labbaik Allahumma Labbaik. 

Di usia 22 dan 24 tahun, mereka menjalani perjalanan spiritual yang belum tentu bisa dialami oleh banyak orang seumur hidupnya.

Bagi Fiko dan Sultan, berhaji bukan hanya sekadar ritual keagamaan. 

Ini adalah puncak dari mimpi yang telah lama dirajut oleh keluarga mereka.

Mimpi yang dimulai lebih dari satu dekade lalu. 

Pada 2012, saat Fiko masih duduk di bangku sekolah dasar, orang tua mereka mendaftarkan keduanya ke dalam antrean panjang calon jemaah haji. 

Hari itu, menjadi awal dari perjalanan panjang menuju Tanah Suci.

Bersama sang ibu, mereka akhirnya diberangkatkan pada 2025, tergabung dalam Kloter 16 Embarkasi Kota Makassar, bersama jemaah dari Kabupaten Pangkep. 

Lebih dari sebulan mereka jalani rangkaian ibadah haji, dari thawaf hingga melempar jumrah, dari berdiri di padang Arafah hingga menapaki jejak Nabi.

Kepulangan mereka pada Senin, 23 Juni 2025, disambut hangat di Rumah Jabatan Bupati Luwu, Kecamatan Belopa Utara. 

Sejak subuh, keluarga dan kerabat telah menunggu. Fiko dan Sultan turun dari bus mengenakan gamis putih dan sorban, hasil belanja mereka di Arab Saudi. 

“Tadi baru ganti pakaian di Siwa, Wajo,” ujar Sultan sambil tersenyum.

Fiko bukan tipikal remaja yang tenggelam dalam hingar-bingar pergaulan. 

Ia tumbuh dalam lingkungan yang sederhana namun sarat nilai. 

Baca juga: Haji Muda Jadi Gaya Hidup Baru di Sulsel

Sejak lulus dari SMA Negeri 5 Luwu, ia memutuskan untuk tidak kuliah, memilih untuk membantu usaha keluarga di pasar Bajo.

Toko emas milik orang tuanya hanya buka dua kali seminggu, setiap Selasa dan Sabtu. 

Dari toko kecil itulah Fiko menyerap pelajaran tentang kerja keras dan keikhlasan.

Menjelang keberangkatan, Fiko menunjukkan kesungguhan luar biasa. 

Ia rajin mengikuti bimbingan manasik, menghafal doa-doa, memahami rukun dan larangan selama ihram. 

Semua ia lakukan dengan penuh ketulusan dan kedisiplinan. 

Kini, sepulang dari Tanah Suci, ia menyimpan kenangan luar biasa, berhaji bersama sang ibu dan kakaknya.

Meskipun ia sesekali membagikan momen berharganya melalui media sosial, Fiko memastikan bahwa fokus utama adalah ibadah. 

Baginya, gelar ‘Haji’ bukanlah sebuah status sosial yang harus dipamerkan. 

Ia dan Sultan tak mempermasalahkan jika orang-orang memanggil mereka tanpa embel-embel apa pun.

Dari Bone, kisah serupa datang dari Mirna Baharuddin. 

Di usianya yang ke-31, ia telah menjalani ibadah haji yang dirintis sejak umur 16 tahun. 

Ia berangkat bersama orang tua, tergabung dalam Kloter 9 Embarkasi Makassar. 

Meski masih muda, Mirna menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah dengan baik, bahkan tetap semangat membagikan ceritanya kepada teman-teman di media sosial.

“Banyak yang kaget saya bisa haji di usia segini,” tuturnya. Pulang ke tanah air, ia merasakan haru dan syukur yang mendalam. Ia bahkan memendam harapan untuk kembali ke Tanah Suci di masa depan.

Fenomena haji muda seperti Fiko, Sultan, dan Mirna bukanlah kebetulan. 

Di Sulawesi Selatan, tren ini mulai menguat dalam beberapa tahun terakhir. 

Tahun ini, Embarkasi Makassar mencatat ada 15.856 jemaah haji dari 41 kloter, sebagian di antaranya adalah generasi muda yang belum genap 25 tahun.

Menurut Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Sulsel, Ikbal Ismail, fenomena ini lahir dari kesadaran kolektif masyarakat akan panjangnya antrean haji. 

Dengan masa tunggu yang bisa mencapai 30 tahun, banyak orang tua mendaftarkan anak-anak mereka sejak usia dini.

Data dari satudata.kemenag.go.id mencatat, jemaah calon haji (JCH) Sulsel berusia di bawah 20 tahun mencapai 5.145 orang. 

Meskipun secara umum jemaah masih didominasi oleh mereka yang berusia 40 tahun ke atas, kehadiran para jemaah muda menjadi angin segar bagi pelaksanaan ibadah haji di masa mendatang.

Tren ini juga membawa harapan baru. Generasi muda yang religius, tangguh secara fisik, dan memiliki semangat ibadah tinggi akan menjadi tulang punggung regenerasi spiritual bangsa. 

Namun, sebagaimana diingatkan Ikbal, mereka juga harus menjaga niat, menjadikan ibadah sebagai tujuan utama, bukan sekadar perjalanan eksotis penuh foto dan oleh-oleh.

Di balik sorban putih dan gamis yang mereka kenakan, tersimpan harapan besar.

Harapan dari keluarga sabar menunggu, dari mimpi yang tak lekang waktu, dan dari generasi kini menapaki jejak Nabi dengan langkah-langkah penuh kesadaran.

Aji Lolo Jadi Titik Balik Hidup Irma

Tak harus menunggu uban menua, tak harus menanti pensiun tiba. 

Di usia 28 tahun, Irma telah lebih dulu menjejakkan kaki di Tanah Suci. 

Ia jadi salah satu jemaah haji termuda asal Kabupaten Takalar yang tergabung dalam Kloter keberangkatan tahun 2025.

Sebanyak 259 jemaah haji asal Takalar resmi diberangkatkan ke Makkah pada 15 Mei 2025, melalui Embarkasi Makassar. 

Di antara ratusan wajah penuh harap dan doa itu, Irma hadir dengan semangat muda dan jiwa sudah matang secara spiritual.

“Agar bisa menunaikan rukun Islam kelima selagi masih sehat dan kuat,” ucap Irma saat dikonfirmasi tribun, Jumat (7/5/2025). 

Irma merupakan warga Dusun Kampung Beru, Desa Biringkassi, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar

Ia mendaftar haji sejak 2011, di usia 14 tahun. 

Setelah menanti selama 14 tahun melalui jalur reguler, namanya akhirnya masuk dalam daftar keberangkatan tahun ini.

Campur Aduk saat Keberangkatan

Gugup, haru, dan tidak percaya jadi tiga rasa yang mengiringi hari-hari menjelang keberangkatan. 

Namun, begitu menjejakkan kaki di Makkah, perasaan itu segera berganti menjadi ketenangan dan rasa syukur.

“Awalnya campur aduk antara gugup dan haru. Tapi saat sudah di sana, lebih tenang dan penuh rasa syukur,” ungkap Irma.

Ibadah haji, baginya, bukan sekadar menunaikan kewajiban sebagai muslim, tapi juga perjalanan spiritual yang mengubah cara pandangnya terhadap hidup.

“Pulang itu rasanya beda. Ada semangat baru, hati lebih damai. Seperti diberi bekal untuk memperbaiki diri kedepannya,” ucap perempuan yang sehari-hari berdagang kosmetik ini.

Haji Tak Harus Tua

Irma tak pernah memusingkan pandangan orang terhadap usianya yang masih muda saat berangkat haji. 

Ia justru ingin menjadi contoh bahwa berhaji tak harus menunggu usia senja.

“Keluarga sangat bangga. Teman-teman juga kagum, banyak yang jadi termotivasi. Dan alhamdulillah, tidak pernah ada penilaian negatif,” ujarnya.

Di sela pelaksanaan ibadah, Irma membagikan beberapa momen berharganya di media sosial. 

Ia sadar, ada banyak mata yang memperhatikan. 

Tapi lebih dari itu, ia ingin memberikan semangat positif dan rasa syukur.

“Teman-teman banyak kasih doa dan semangat. Mereka ikut bahagia, bahkan ada yang bilang jadi ikut termotivasi juga,” tutur lulusan SMAN 1 Galesong Utara itu.

Boleh Dipanggil Haji

Soal gelar ‘haji’ yang biasanya disematkan kepada jemaah sepulang dari Tanah Suci, Irma tak terlalu ambil pusing. 

Dipanggil ‘haji’ atau tidak, yang penting adalah bagaimana kualitas hidupnya setelah berhaji.

“Boleh saja kalau dipanggil ‘haji’. Tapi saya lebih fokus pada perubahan diri setelah berhaji. Itu yang lebih penting,” katanya.

Profil

Nama: Irma

Usia: 28 tahun

Tempat, Tanggal Lahir: Kampung Beru, 6 Mei 1998

Alamat: Dusun Kampung Beru, Desa Biringkassi, Kecamatan Galesong, Takalar

Pendidikan:

SD Negeri 99 Kampung Beru

SMP Negeri 2 Galesong

SMA Negeri 1 Galesong Utara

Pekerjaan: Penjual Kosmetik

Orang Tua:

Ayah: H. Sangkala Nai

Ibu: Hj. Salaman Dg Puji. (*)

 

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved