Lipsus Tren Haji Muda
Haji Muda Jadi Gaya Hidup Baru di Sulsel
Fenomena haji muda marak di Sulsel. Jemaah usia 20-an mulai naik haji. Gaya hidup, identitas sosial, dan perencanaan orang tua jadi pemicu utama.
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Sukmawati Ibrahim
Menurutnya, jemaah muda berangkat berhaji bisa jadi atas inisiatif pribadi, tetapi sebagian besar tetap atas perencanaan dan dukungan orang tua sejak awal.
Simbol Kesuksesan dan Identitas
Ketika ditanya apakah tren ini adalah bentuk perubahan nilai dalam beragama atau justru bagian dari gaya hidup, Idham menilai keduanya bisa berjalan beriringan.
Naik haji di usia muda, kata dia, bisa menjadi penguatan identitas keagamaan sekaligus simbol status sosial.
“Sebagian merupakan perubahan nilai religius yang lebih aktif, personal, dan simbolik. Tapi tidak bisa dipungkiri juga ada unsur gaya hidup dan simbol status sosial yang diadopsi oleh kalangan muda,” paparnya.
Ia menjelaskan, perkembangan media sosial turut memperkuat citra berhaji sebagai bentuk pencapaian spiritual sekaligus eksistensi sosial.
“Gaya hidup religius ini seringkali dikomunikasikan dan dijadikan bagian dari identitas sosial di era digital. Tapi, kembali lagi pada motif dan kadar kesalehan sosial masing-masing,” lanjutnya.
Dampak Sosial dan Usulan Regulasi
Idham juga mengingatkan bahwa fenomena ini membawa dampak lain, khususnya pada sistem antrean haji.
Dengan semakin banyaknya usia muda yang mendaftar lebih awal, antrean berpotensi semakin panjang.
"Jika tidak diimbangi dengan regulasi yang menjaga keseimbangan antar kelompok usia dan kemampuan ekonomi, maka kelompok lansia dan masyarakat ekonomi terbatas bisa makin sulit mengakses," ucapnya.
Ia mengusulkan agar prioritas bagi lansia tetap dipertahankan.
Selain itu, perlu dipertimbangkan penyesuaian batas usia minimal keberangkatan, mengingat regulasi dari Arab Saudi yang kerap berubah setiap tahun.
“Perlu memprioritaskan juga calon jemaah yang sudah dalam masa antrean tetapi usianya sudah mencapai batas minimal, tanpa harus menunggu sesuai jadwal antrian,” imbuhnya.
Dari aspek ekonomi, Idham menyarankan agar subsidi Ongkos Naik Haji (ONH) tidak disama ratakan, tetapi disesuaikan secara berjenjang berdasarkan kemampuan ekonomi masing-masing jemaah.
“Dengan begitu, keadilan sosial dalam berhaji bisa lebih terasa, dan semua kalangan tetap punya akses,” tutupnya. (*)
Mirna Asal Bone Sulsel Simpan Nomor Porsi Haji Sejak SMA, Berangkat di Usia 31 Tahun |
![]() |
---|
Azhar Gazali: Calon Haji Muda Mulai Dilirik Perbankan Syariah di Sulsel |
![]() |
---|
2 Bersaudara dari Luwu Fiko dan Sultan Berhaji di Usia 20-an, Tak Mesti Dipanggil 'Haji" |
![]() |
---|
Haji Khusus Makin Diminati Anak Muda Sulsel, Ini Alasannya |
![]() |
---|
Daftar di Usia 14, Irma Penjual Kosmetik Takalar Sulsel Wujudkan Impian Naik Haji Sebelum 30 Tahun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.