Harga Minyak Dunia Melonjak Dampak Perang Iran Lawan Israel, Bahlil Pasrah
Harga minyak melonjak sepekan terakhir dampak perang Iran melawan Israel, Bahlil Lahadalia andalkan kekuatan doa
TRIBUN-TIMUR.COM -- Harga minyak dunia terganggu akibat perang Iran melawan Israel dalam satu pekan terakhir.
Perang Iran vs Israel turut berdampak ke Indonesia.
Salah satunya harga minyak mentah.
Apalagi Iran sempat berencana menutup Selat Hormuz pada Senin (23/6/2025) kemarin.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia berpendapat, hanya kekuatan doa yang bisa menyelamatkan Indonesia terkait dampak dari konflik Iran-Israel terhadap harga minyak dunia.
Ketua Umum Golkar itu mengungkapkan, kondisi geopolitik ini menimbulkan masing-masing negara mengamankan negaranya sendiri.
Artinya Indonesia tidak bisa bergantung dengan negara lain.
"Katanya harga minyak akan potensi naik, melebihi asumsi di dalam APBN. Saya katakan berdoa saja. Karena hanya doa dan ikhtiar kita secara internal, yang bisa menyelamatkan kita," kata Bahlil di Jakarta, Selasa (24/6/2025).
"Kita nggak bisa berharap pada negara lain, dalam kondisi seperti ini. Karena apa? Hampir semua negara juga memikirkan tentang negara mereka. Hampir semua," sambungnya.
Bahlil mengungkapkan, harga minyak mentah Brent sempat turun dari level 78 dolar Amerika Serikat (AS) menjadi sekitar 67 dolar AS per barel.
Hal ini menjadi baik untuk Indonesia karena asumsi harga minyak dalam APBN 2025 berada di kisaran 82 dolar AS per barel.
"Nah, terkait dengan ini, kita doakan aja agar perang ini selesailah. Supaya harganya bisa stabil. Jadi 68 dolar sekarang ya. Kemarin sudah di 78 dolar, 79 dolar kemarin. 67 dolar sekarang. Wah ini semakin baik lagi gitu," ujarnya.
Meski begitu, Bahlil meminta agar pemerintah tetap mewaspadai dampak dari dinamika konflik Iran-Israel yang sewaktu-waktu bisa berubah.
"Nah, tapi satu hal yang saya menyampaikan bahwa dinamika di Temur Tengah sampai dengan tadi saya berangkat ke sini, saya mengikuti perkembangannya dengan jaringan yang saya punya, masih apa ya, dinamis, naik turun, naik turun," ucap dia.
"Jadi apa yang hari ini terjadi belum tentu besoknya seperti ini. Kita lihat perkembangannya lagi, baru kemudian kita bisa melakukan kajian," sambungnya.
Anggota Komisi XI DPR Bertu Merlas mengatakan, pemerintah perlu mengantisipasi melonjaknya harga minyak dunia akibat serangan Amerika Serikat (AS) ke Iran.
Salah satu yang akan dirasakan pemerintah Indonesia adalah membengkaknya anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM).
Apalagi Iran bersiap menutup Selat Hormuz yang menjadi jalur perdagangan maritim, khususnya bagi negara-negara Timur Tengah penghasil minyak dan gas.
"Teluk ini merupakan jalur utama raja-raja minyak dan gas dunia seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Irak dan Kuwait dalam perdagangan minyak. Jika ini ditutup pasti akan memicu gejolak ekonomi luar biasa," ujar Bertu lewat keterangan tertulisnya, Senin (23/6/2025).
Ia menjelaskan, saat ini harga minyak dunia sudah menembus 80 dollar AS per barelnya.
Sedangkan pemerintah menggelontorkan anggaran sebesar 26,7 triliun untuk subsidi BBM.
Karenanya, Bertu meminta pemerintah mengantisipasi beban anggaran yang ditimbulkan akibat naiknya harga minyak dunia.
"Kenaikan harga minyak dunia sudah pasti akan menambah beban berat APBN kita, terutama untuk pos subsidi BBM. Kami berharap pemerintah segera melakukan langkah antisipasi agar dampak perang Timur Tengah tidak kian melambatkan pertumbuhan ekonomi yang memang sudah melambat akhir-akhir ini," ujar Bertu.
Di samping itu, ia meminta kementerian/lembaga terkait untuk segera berkoordinasi dalam merumuskan langkah mitigasi dampak konflik antara Iran, Israel, dan AS.
"Pemerintah harus segera bergerak untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat yang dikuatirkan akan menerima dampak dari adanya perang tersebut. Kami minta masyarakat khususnya pelaku usaha kecil dan menengah diberikan pelatihan untuk berdaya dikala berada di situasi seperti ini," ujar Bertu.
Indonesia Akan Kena Dampak
Analis geopolitik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Dina Sulaeman menilai, potensi penutupan Selat Hormuz bakal berdampak pada kenaikan harga barang di Indonesia.
Adapun Selat Hormuz merupakan jalur distribusi strategis pasokan minyak global.
Lebih dari 20 juta barel minyak atau setara dengan 20 persen konsumsi minyak dunia melewati selat itu setiap hari.
"Kalau (Selat Hormuz) benar-benar ditutup, ya dampaknya pasti besar dari sisi ekonomi. Dan semua akan kena termasuk kita Indonesia, karena ketika harga minyak naik, harga gas naik, ya pastilah merembet ke mana-mana," ujar Dina saat dihubungi Kompas.com, Senin (23/6/2025).
Ia tidak memungkiri, kenaikan harga sejumlah komoditas akan membuat daya beli masyarakat menurun.
Akibatnya, pertumbuhan ekonomi akan melambat, dari yang ditargetkan pemerintah.
"Ya (pertumbuhan melambat karena daya beli menurun). Harga-harga semuanya juga akan naik dan perekonomian kita di Indonesia akan semakin sulit," ujar Dina.
Diketahui, eskalasi antara Amerika Serikat, Iran, dengan Israel meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir setelah AS melancarkan serangan udara terhadap sejumlah target militer Iran.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa pasukan militer negaranya telah menghancurkan tiga fasilitas nuklir utama Iran, yakni Isfahan, Natanz, dan Fordow.
(Sumber: Kompas.com/Tribunnews.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.