KOLOM ANDI SURUJI
PSM dan Cinta yang Terluka
PSM Makassar terpaksa tutup buku musim kompetisi 2024/2025 dengan tambahan beban finansial lewat dua sanksi denda bernilai ratusan juta.
Di antaranya, flare, smoke bomb, petasan dan senjata tajam.
Ia menyampaikan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kepolisian Resort (Polres) Parepare terkait keinginan suporter menyalakan flare setelah pertandingan berakhir.
Akan tetapi, pihak kepolisian tak mengizinkan hal tersebut.
Begitu juga dalam pertandingan sebelumnya.
Ketika PSM menjamu Cong Anh Ha Noi FC .
Pertandingan ini mempertaruhkan reputasi bangsa, bukan sekadar nama baik daerah dan PSM.
Menurut AFC, PSM dihukum denda karena pelanggaran regulasi.
Ada flare yang menyala. Ada pula penonton yang menyerobot masuk lapangan (pitch invation).
Begitu gigihnya manajemen PSM memacu penyelesaian Stadion BJ Habibie agar dapat digunakan menjamu Cong Anh Ha Noi FC.
Hal-hal di luar tanggungjawabnya pun diurus. Meyakinkan AFC bahwa PSM bisa kalau dikasi kesempatan.
Ambisi itu, tak hanya untuk mempersembahkan pertandingan kelas regional ASEAN kepada suporternya.
Juga demi nama baik daerah, dan sepakbola Sulsel. Ingat di sini ada klub tertua di Asia, PSM Makassar namanya, yang belum juga dibangunkan stadion.
Bahkan manajemen PSM sebelumnya, secara khusus mengundang perwakilan suporter bersilaturahmi di bulan puasa.
Lahirlah konsensus dan komitmen untuk menjaga pertandingan, dan PSM. Tanpa kejadian yang dapat merugikan klub.
Nyatanya itu hanya tertulis di atas kertas tak berharga. Flare tetap menyala.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.