KOLOM ANDI SURUJI
Cerita PSM dan Pinisi yang Tegar Berlayar
PSM kembali membuktikan sejarahnya. Melanjutkan tradisinya sebagai tim yang tak mau mempermalukan fansnya karena jatuh terdegradasi.
Tanpa stadion, PSM seperti pinisi tanpa dermaga.
Bermarkas di Parepare saja jauh dari Makassar.
Apalagi harus berlabuh di Batakan, Balikpapan, Kaltim.
Penonton hanya terhitung ratusan.
Kontras dengan di Parepare, ribuan jumlahnya.
Apalagi dibandingkan Mattoanging setiap kali tim ayam jantan ini bertarung menunjukkan jati diri dan menjaga siri na pacce.
Membela harkat dan martabat penggemarnya.
Itu pula salah satu beban berat yang harus dipikul pengurus PSM. Biaya membengkak.
Pemasukan dari pertandingan minim.
Harga tiket dinaikkan, penonton protes. Ada yang ngambek.
Malah ada provokasi mengosongkan stadion.
Itu bukan sikap pencinta sejati. Hakikat pencinta (fans) sejati ukurannya keikhlasan.
Tulus menerima dan mensupport sepenuhnya kepada yang dicintai.
Dalam kondisi apa pun.
Manajemen dan tim PSM hanya butuh dukungan, bukan sanjungan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.