Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Refleksi Reformasi

Refleksi Reformasi dan 27 Tahun Aktivis 98 Makassar: Bukan Reformasi, Kami Dulu Teriak Revolusi

kata reformasi mulai muncul dalam wacana di Makassar era 1997-1998 ketika tokoh-tokoh dari Jakarta berdatangan ke Makassar, seperti Amien Rais.

Penulis: Muslimin Emba | Editor: AS Kambie
dok.tribun
REFLEKSI REFORMASI - Enam aktivis 1998 duduk melantai di panggung. Mereka bersila di atas karpet BRAINSTORM REFORMASI RAKYAT GELAP REFLEKSI GERAKAN '98 di halaman Kopi Aspirasi, Jalan AP Pettarani, Makassar, Jumat, 23 Mei 2025, malam. Mereka adalah Wahab Tahir, Sawaluddin Arief, AS Kambie, Moses Mustagfir Sabri, Syamsir Anchi, dan Alto Makmuralto. 

Kami tidak tahu apa itu reformasi. Yang kami tahu hanya revolusi,” tambah Sawaluddin Arief.

Dalam paparan kenangannya, Sawaluddin Arief menggambarkan betapa gentingnya suasana reformasi yang memaksa presiden 32 tahun berkuasa (Soeharto) untuk mundur.

"Saya sama kakak Wahab ke Jakarta naik kapal laut, lalu bergabung dengan teman-teman mahasiswa dari Jawa. Sampai-sampai kita sempat demo di Cendana waktu itu," ucap Wahab Tahir.

Kata dia, keberhasilan gerakan 98 menumbangkan rezim Orde Baru tidak terlepas dari kesadaran kolektif mahasiswa atas kondisi negara saat itu.

Kesadaran itu tumbuh dari forum-forum diskusi yang massif di lakukan mahasiswa di kampus-kampus.

"Contohnya saja di Makassar ini, hanya karena persoalan kenaikan tarif angkutan umum saat itu, tiga rekan kita gugur yang dikenal dalam peristiwa Amarah," ujarnya.

Ia pun mengaku prihatin atas kondisi mahasiswa saat ini, yang hanya terpaku pada gadget dan minim berdiskusi.

Olehnya itu, Sawaluddin Arief menyarankan kepada mahasiswa di generasi Z ini agar benyak mengenal sejarah dan intens menggelar diskusi.

"Karena hanya dengan forum diskusi, keberagaman berfikir itu dapat tersalurkan. Tapi jangan juga hanya menghabiskan waktu dengan diskusi tanpa turun ke jalan," kata Sawaluddin Arief.

Setelah panjang lebar mengisahkan kondisi gerakan 98 dan realita mahasiswa saat ini, refleksi selanjutnya dipaparkan Wahab Tahir.

Wahab Tahir memaparkan bahwa istilah "reformasi" bukan berasal dari mahasiswa, melainkan dipaksakan oleh elite politik pasca kejatuhan Orde Baru.

Istilah itu kata dia, dimunculkan agar tidak terjadi penghukuman sipil terhadap kejahatan elite orde baru.

"Kami tidak pernah teriak ‘reformasi’. Yang kami suarakan adalah revolusi. Kata ‘reformasi’ disusupkan karena elite takut pada revolusi rakyat," ungkapnya.

Abdul Wahab Tahir pun menegaskan semangat perjuangan dari Aktivis 98, hingga kini masih berkobar untuk mengawal cita-cita reformasi.

"Saya menolak disebut mantan aktivis 98 atau alumni 98. Karena sampai hari ini, saya masih merasa sebagai aktivis yang tentunya masih siap turun ke jalan jika kondisinya mengharuskan kami turun," tegasnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Medium

    Large

    Larger

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved