117 Tahun Harkitnas: Digitalisasi Jalan, Tapi Pengantar RT Tak Tergantikan
Ironisnya meskipun sistem tersebut sangat terorganisir dan termanajemen di atas kertas, dokumennya masih acapkalai tertahan hanya karena pejabat lokal
Tampilan biasa hanya sanggup menatap kosong di depan meja, sementara tampilan elegan sanggup berakselarasi lincah 'di bawah meja'.
Bangkit Dari Pelayanan Versi 1.0 ke 5.0
Di saat dunia sudah lama bicara Industri 5.0, kita bahkan masih kesana-kemari hanya sekedar mencari WiFi gratisan di warkop-warkop oleh karena keterbatasan daya beli masyarakat kita, dimana beras dan lauk semata jauh lebih penting dari paket kuota data.
Upaya bangkit bangsa ini mengharuskan kita untuk kembali pergi balik ke dasar nilai yang mempersangkutkan secara dialektis antara kebaikan, kebenaran, dan keindahan sikap dan perilaku anak negeri seperti warisan nenek moyang kita.
Nilai-nilai bangsa berbudaya ini tak boleh hilang, kita tak boleh tercerabut dari akar budaya kita. Justru ini modal yang baik dalam berakselarasi dengan kemajuan zaman.
Sebab jika ini terabaikan, kita memang berada di era 5.0 tapi pelayanan kita tetap sekelas 1.0.
Kita tak bermaksud menyepelekan Surat Pengantar RT ataupun Kelurahan. Kita hanya mengharapkan sebuah sistem baru yang jauh lebih mencerminkan era digitalisasi ini.
Kartu Tanda Penduduk elektronik mestinya sudah serentak berteknologi NFC bahkan dilengkapi chip canggih agar semua persoalan syarat administrasi bisa terselesaikan hanya dengan sekali tempel antara KTP dan Smartphone kita.
Di 117 tahun Kebangkitan Nasional kita, walau semangat Kolektif masih kadang dibayangi tender kolektif proyek-proyek besar para elit, namun kita tak boleh berkecil hati.
Biarkanlah para elit berdebat di podcast meski petani kita kadang masih kesulitan sinyal di gubuknya agar tak buffering menonton di link videonya.
Spirit kebangkitan ini jika kita mampu upgrade, maka akan mengubah kehidupan bangsa ini di masa depan.
Kalaupun tak mampu mengupgradenya, minimal jangan mendowngradenya dengan perilaku tak terpuji seperti pelayanan setengah hati.
Sebab bisa berdampak pada kondisi "digital dalam tampilan, manual dalam kenyataan".
Sessajaki..!!
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.