Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Konflik India Pakistan

India dan Pakistan Memanas, Dua Negara Berbagi Salah Satu Perbatasan Paling Berbahaya di Dunia

Wilayah diperebutkan ini telah lama menjadi medan pertempuran bagi rivalitas regional yang tajam dan ambisi teritorial yang seolah tak terpecahkan. 

Editor: Sakinah Sudin
iStock
KONFLIK INDIA DAN PAKISTAN - Potret salah satu sudut Kashmir. Negara bertetangga yang bersenjata nuklir, India dan Pakistan, telah berperang dua kali dan terlibat dalam satu konflik terbatas karena Kashmir. 

Antara 2013 hingga awal 2021, LoC dan IB mengalami tingkat konflik yang tinggi secara berkelanjutan. Gencatan senjata baru pada Februari 2021 menyebabkan penurunan pelanggaran yang cepat dan terus berlangsung hingga Maret 2025.

"Selama periode penembakan lintas perbatasan yang intens, kami melihat ribuan penduduk perbatasan mengungsi selama berbulan-bulan," kata Krishna. Antara akhir September hingga awal Desember 2016, lebih dari 27.000 orang mengungsi dari daerah perbatasan akibat pelanggaran gencatan senjata dan penembakan lintas batas.

 Kini, situasinya kembali mencekam dan tidak menentu.

Ketegangan meningkat setelah serangan di Pahalgam, dengan India menangguhkan perjanjian penting tentang pembagian air dengan Pakistan, yang dikenal sebagai Perjanjian Air Indus (IWT).

Pakistan merespons dengan mengancam keluar dari Perjanjian Simla 1972, yang meresmikan LoC — meski hingga kini belum benar-benar dilaksanakan.

"Ini penting karena Perjanjian Simla adalah dasar dari LoC saat ini, yang disepakati oleh kedua pihak untuk tidak diubah secara sepihak meskipun ada perbedaan politik," ujar Krishna.

Jacob mencatat bahwa pelanggaran gencatan senjata di LoC secara aneh sering kali absen dari diskusi dan perdebatan tentang eskalasi konflik antara kedua negara.

"Sungguh membingungkan bagaimana penggunaan senjata berat secara rutin seperti mortir 105mm, artileri 130 dan 155mm, serta rudal anti-tank oleh dua negara bersenjata nuklir yang telah menyebabkan korban sipil dan militer, bisa luput dari perhatian akademik dan kebijakan," tulis Jacob dalam bukunya "Line On Fire: Ceasefire Violations and India-Pakistan Escalation Dynamics."

Jacob mengidentifikasi dua pemicu utama pelanggaran: Pakistan sering menggunakan tembakan sebagai perlindungan untuk menyusupkan militan ke wilayah Kashmir yang dikuasai India, yang telah mengalami pemberontakan bersenjata selama lebih dari tiga dekade. Sebaliknya, Pakistan menuduh India melakukan penembakan tanpa provokasi ke wilayah sipil.

Ia berpendapat bahwa pelanggaran gencatan senjata di perbatasan India-Pakistan lebih merupakan hasil dinamika militer lokal dibanding strategi politik tingkat tinggi.

Sering kali, permusuhan dimulai oleh komandan lapangan — terkadang dengan, namun seringkali tanpa, persetujuan pusat.

Ia juga menantang anggapan bahwa hanya militer Pakistan yang memicu pelanggaran, dan menunjuk pada campuran kompleks antara kebutuhan militer lokal dan otonomi yang diberikan kepada pasukan perbatasan di kedua sisi.

Beberapa pakar percaya bahwa saatnya untuk menghidupkan kembali ide lama: menjadikan LoC sebagai perbatasan resmi yang diakui secara internasional.

Namun, yang lain menilai gagasan itu sejak awal tidak realistis — dan tetap demikian hingga kini.

"Gagasan itu sama sekali tidak bisa diwujudkan, jalan buntu. Selama beberapa dekade, peta India telah menunjukkan seluruh wilayah bekas negara bagian kerajaan Jammu dan Kashmir sebagai bagian dari India," ujar Sumantra Bose kepada BBC.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved