Opini
Wisuda Anak Sekolah: Antara Kebanggaan dan Kontroversi
Di balik kemeriahan acara wisuda, muncul berbagai pandangan yang mempertanyakan urgensi dan manfaatnya.
Oleh: Muhammad Nasir Suddin SS
Wakil Kepala Madrasah Bagian Humas MTsN Gowa dan Mahasiswa S2 Prodi MPI Uninur Lampung
TRIBUN-TIMUR.COM - WISUDA atau penamatan anak sekolah telah menjadi tradisi dan kebiasaan yang dinantikan oleh
banyak siswa dan orang tua di negeri ini.
Bahkan momen tersebut sering kali dianggap sebagai simbol keberhasilan akademik dan menjadi titik awal perjalanan menuju jenjang pendidikan berikutnya.
Kebahagiaan dan kebanggaan memenuhi suasana, diiringi dengan seremonial khas yang menciptakan kenangan tak terlupakan bagi para siswa.
Wisuda adalah momentum perpisahan yang emosional bagi siswa, namun jangan sampai perayaan ini justru menjadi beban bagi keluarga.
Di balik kemeriahan acara wisuda, muncul berbagai pandangan yang mempertanyakan urgensi dan manfaatnya.
Beberapa orang melihatnya sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras siswa selama bertahun-tahun, sementara yang lain menganggapnya hanya sebagai formalitas yang tidak membawa manfaat nyata bagi masa depan akademik mereka.
Aspek finansial menjadi salah satu perdebatan yang akhir-akhir ini cukup ramai dan tajam.
Biaya yang harus dikeluarkan orang tua, mulai dari sewa gedung, pakaian wisuda, hingga dokumentasi acara, kerap menjadi beban tersendiri.
Tidak semua keluarga mampu mengalokasikan dana untuk acara ini, sehingga tak jarang ada yang merasa terbebani secara ekonomi.
Muncul pertanyaan, apakah wisuda harus selalu digelar di gedung mewah dengan berbagai atribut tambahan?
Dalam banyak kasus, ada sekolah yang menjadikan wisuda sebagai ajang prestisius, tanpa mempertimbangkan kondisi ekonomi seluruh siswanya.
Hal ini berpotensi menciptakan kesenjangan sosial di antara para peserta didik.
Di sisi lain, wisuda memiliki makna penting dalam perjalanan seorang siswa.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.