Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

MUI Keluarkan Fatma Sobis Kegiatan Haram

MUI menegaskan kegiatan Sobis termasuk dalam kategori penipuan (gharar dan tadlis) yang diharamkan dalam Syariat Islam.

Editor: Ari Maryadi
MUI Sulsel
FATWA SOBIS - Ketua Komisi Fatwa MUI Sulsel Prof Dr KH Rusydi Khalid, MA. MUI Sulsel menetapkan sobis haram. 

TRIBUN-TIMUR.COM -- Majelis Ulama Indonesia Sulawesi Selatan (MUI Sulsel) menerbitkan Fatwa tantang hukum sobis.

Fatwa itu diterbitkan lewat surat bernomor 006 Tahun 2025 Tentang HUKUM SOBIS.

MUI menegaskan kegiatan Sobis termasuk dalam kategori penipuan (gharar dan tadlis) yang diharamkan dalam Syariat Islam.

Kedua, harta yang diperoleh dari kegiatan Sobis adalah haram dan memanfaatkan harta tersebut juga haram.

Ketiga, passobis dapat dikenakan hukuman ta’zir/sanksi sesuai dengan hukum dan aturan perundang-undangan yang berlaku di Negera Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, tak sedikit masyarakat sering menjadi korban passobis.

Baru-baru ini viral tentara menangkap puluhan anak-anak yang diduga pelaku passobis asal Kabupaten Sidrap Sulsel.

Kasus tersebut kemudian dilaporkan kepada Polda Sulsel untuk ditindaklanjuti.

Berikut isi surat fatwa MUI Sulsel yang diterima Tribun Timur Selasa (6/5/2025):

FATWA

MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Nomor: 006 Tahun 2025 Tentang HUKUM SOBIS

ِ ْسِم ه ِّٰللا ال َّر ْح ٰم ِن ال َّر ِحْيِم
ب

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulawesi Selatan, setelah:

MENIMBANG :

1. Sosial Bisnis disingkat dengan Sobis merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut modus penipuan online yang pelakunya mayoritas berasal dari Kabupaten Sidrap dan
sekitarnya di Sulawesi Selatan. Korbannya dapat menyasar pengguna telpon seluler bukan hanya di daerah sekitar tapi juga di seluruh wilayah Indonesia secara umum. Modus
penipuan ini melibatkan penggunaan identitas palsu atau informasi pribadi orang lain untuk melakukan transaksi atau aktivitas ilegal secara daring. Pelaku penipuan biasanya
menggunakan KTP atau identitas pribadi orang lain untuk membuka rekening bank, melakukan transaksi online, atau melakukan aktivitas lain yang memerlukan identifikasi.

2. Pelaku Sobis disebut dengan “Passobis” yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam berkomunikasi dengan korban. Mereka mampu membujuk korban untuk percaya pada
narasi mereka selanjutnya korban memberikan data atau uang yang diminta.

3. Passobis menggunakan berbagai platform online seperti situs jual beli online, pesan instan, telepon, atau aplikasi media sosial seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter (X),
serta Threads untuk menjebak korban.

4. Passobis menggunakan taktik manipulasi psikologis, seperti menciptakan suasana kepanikan atau penawaran menggiurkan, untuk memperoleh informasi pribadi atau uang
dari korban. Modus operandi penipuan online ini sangat beragam dan terus berkembang, seperti phishing (memancing informasi sensitif dengan berpura-pura sebagai entitas
terpercaya), catfishing (menciptakan identitas palsu untuk menjalin hubungan emosional), dan penipuan investasi palsu. Demikian pula dengan modus penipuan pajak, penipuan
pinjaman, atau penipuan terkait dengan kabar duka dan lain-lain.

5. Penipuan menurut KUHP adalah perbuatan dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara melawan hukum baik memakai nama palsu, identitas palsu,
tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan, untuk membujuk orang lain menyerahkan barang, memberikan utang, atau menghapuskan piutang.

6. Dampak kejahatan Sobis merugikan masyarakat umum bukan hanya kerugian finansial, tetapi juga kerugian psikologis. Meskipun dianggap penipuan, sebagian masyarakat melihat kegiatan Sobis sebagai alternatif penghasilan.

MENGINGAT :

1. Dalil Al-Qur’an

a. Firman Allah Swt. Dalam Surah An-Nisa' 4/29:
َها
اَيُّ
 ي ِذْي َن ٰٓ
َّ
ْوا
َم ال نُ

ْوا
ا َل ٰٓ
ُ
ُكل
ْ
بَ بَا ِط ِل ْينَ ُكْم اَ ْمَوالَ ُكْم تَأ
ْ
َر تِ َجا َع ْن ا ض َر اِ اَ ْن تَ ُكْو َن ة َّل بِ ٰٓ ال
َو َل ِ م ۗ ْن ُكْم تَ
ْوا
ٰٓ
ُ
تُل
تَق ْ
اَْنفُۗ اِ َّن َس ُكْم
َر بِ ِحْي ما ُكْم َك ّٰللا ا َن َ

Terjemahnya:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali berupa perniagaan atas dasar suka sama suka di antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

b. Firman Allah Swt. Dalam surah Al-Baqarah 1/188:
َو َل
ْوا
ٰٓ
ُ
ُكل
ْ
بَ بَا ِط ِل ْينَ ُكْم اَ ْمَوالَ ُكْم تَأ
ْ
بِ ْوا ال
ُ
َوتُ ْدل
بِ َه اِلَى ُح َّكاِم آٰ
ْ
ال ْوا
ُ
ُكل
ْ
ِلتَأ ا
ِل ِرْيق
ِم اَ النَّا ِس ْمَو فَ ِ م ْن ا
ْ
ْم بِ ا ْلِث
َواَْنتُ

ُمْو َن
تَ ࣖ ْعلَ

Terjemahnya:

“Janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada para hakim dengan maksud
agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa,
padahal kamu mengetahui.”

2. Hadis Nabi Muhammad Saw.

a. Hadis Nabi riwayat Bukhari No. 2387 dari Abu Hurairah r.a berkata:

ِري ُد
ْمَوال النَّا ِس يُ
َ
َخذَ أ
َ
َرةَ رضي هللا عنه، َع ِن النَّبِ يِ صلى هللا عليه وسلم قَال:"َم ْن أ
َرْي
بِي هُ
َ
َع ْن أ
لَفَهُ َّّللاُ".
تْ
َ
َها أ
ِتْالفَ
ِري ُد إ
َخذَ يُ
َ
َو َم ْن أ
َّدى َّّللاُ َعْنه،ُ
َ
َء َها أ
َدا
َ
أ

Artinya:

“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang mengambil harta manusia (berhutang) dengan niat untuk membayarnya semula, maka Allah SWT akan menunaikannya untuknya.

Barangsiapa yang mengambil harta manusia dengan niat untuk menghabiskannya tanpa membayar balik, maka Allah SWT akan membinasakan dirinya.”
b. Hadis Nabi riwayat Muslim No. 146 dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: 

َس
ْي
ْينَا ال ِ س َال َح فَلَ
قَا َل َم ْن َح َم َل َعلَ
َ
م
َّ
َو َسل
ْي ِه
َّى َّّللاُ َعلَ
َصل
َّن َرسُو َل َّّللاِ
َ
َرةَ أ
َرْي
بِي هُ
َ
َو َم ْن َع ْن أ
ِمنَّا
َس ِمنَّا
ْي
َغ َّشنَا فَلَ

Artinya:
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa membawa pedang untuk menyerang kami, maka dia bukan dari golongan kami. Dan barangsiapa menipu kami, maka dia bukan golongan kami.”

c. Hadis riwayat Muslim no. 147:
َ
م
َّ
َو َسل
ْي ِه
َّى َّّللاُ َعلَ
َصل
َّن َرسُو َل َّّللاِ
َ
َرةَ أ
َرْي
بِي هُ
َ
َها فَنَالَ ْت َع ْن أ
ْد َخ َل يَ َدهُ فِي
َ
َطعَا م فَأ
َرةِ
َمَّر َعلَى ُصْب
فَ َال َج
َ
َر ُسو َل َّّللاِ قَا َل أ
َصابَتْهُ ال َّس َما ُء يَا
َ
َّطعَاِم قَا َل أ
َصا ِح َب ال
َصابِعُهُ بَلَ ال فَقَا َل َما َهذَا يَا
ْو َق َ
أ تَهُ فَ
ْ
عَل
ْي
ِي َّطعَاِم َك ْي يَ َراهُ النَّا ُس َم ْن َغ َّش فَلَ
َس ال ِمن

Artinya:

“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya: "Apa ini wahai pemilik makanan?" sang pemiliknya menjawab, "Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian atas makanan agar manusia dapat melihatnya. Barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.”

d. Hadis riwayat Muslim no. 2564:
َحا َس ُدْوا،
َرةَ رضي هللا عنه قَا َل: قَا َل َرسُ ْو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم: )لَ تَ
بِ ْي ُه َرْي
َ
َع ْن أ
ْوا ِعبَا َد ِهللا
َو ُكْونُ
بَ ْع ض،
ِ
ْم َعلَى بَ ْيع
َولَ يَبِ ْع بَ ْع ُضكُ
َولَ تَ َدابَ ُر ْوا،
َولَ تَبَا َغ ُضْوا،
ْوا،
َولَتَنَا َجشُ
ُم
ُم ْسِل
ْ
ِخَوانَا ، ال
َو إ ى َهاهُنَا
َوليَ ْحِق ُره،ُ التَّقْ
ْكِذبُه،ُ
َولَ يَ
ُه،ُ
ل
ْخذُ
َولَ يَ
ِم، لَ يَظِل ُمه،ُ
ُم ْسِل
ْ
ُخ ْو ال
َو أ – يُ ِشْي ُر َ
لَى َص ْدِرِه ثَالَ َث َمَّرا ت
ِ
ِم إ –
ُم ْسِل
ْ
ِم َعلَى ال
ُم ْسِل
ْ
،َ كُ ُّل ال
ُمسِلم
ْ
َخاهُ ال
َ
َر أ
ْن يَ ْحِق
َ
بِ َح ْس ِب ا ْمِر ئ ِم َن ال َّش ِ ر أ
ٌم
َر َواهُ ُم ْسِل
َو ِع ْر ُضهُ(.
ُهُ
َو َمال
ٌم َدُمهُ
َح َرا

Artinya: 
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Janganlah kalian saling dengki, saling menawar tinggi, saling membenci, saling membelakangi dan jangan sebagian dari kalian menjual apa yang dijual saudaranya. Jadilah kalian semua hamba–hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, sehingga dia tidak boleh menzhaliminya, menghinanya, mendustakannya dan merendahkannya. Takwa itu letaknya di sini –sambil menunjuk ke dadanya
sebanyak tiga kali– cukuplah seseorang itu dalam kejelekan selama dia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnyaharam dan terjaga darah, harta dan kehormatannya.”

e. Hadis Nabi riwayat Imam Ahmad r.a dalam musnadnya:

وفي مسند أحمد عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال: من اقتطع مال امرئ مسلم بغير حق لقي هللا عز
وجل وهو عليه غضبان. أخرجه البخاري

Artinya:
“Barangsiapa mengambil harta orang muslim dengan jalan yang bathil, maka ia akan menemui Allah SWT dan Allah SWT dalam keadaan murka kepadanya.”

f. Hadis Nabi riwayat Ibnu Hibban dari Ibnu Mas’ud dan disahkan oleh Al-Bani:
ِر
ِخ َداعُ فِي النَّا
ْ
َم ْكُر َوال
ْ
َوال
َس ِمنَّا،
ْي
َم ْن َغ َّشنَا فَلَ
Artinya:
“Barangsiapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami. Orang yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka.” (HR. Ibnu Hibban).”

g. Hadis Nabi riwayat Imam Ahmad: 
ل يحل مال امرئ مسلم إل بطيب نفسه منه. رواه أحمد
Artinya:
“Tidak halal bagi seseorang (muslim) untuk mengambil harta orang lain (muslim) kecuali dengan kerelaan dari orang tersebut.”

3. Pendapat Ulama:

Berdasarkan kerusakan dan tipu muslihat yang terdapat pada suatu transaksi yang ditawarkan seseorang yang mengarah pada dosa, kerugian, gharar (muslihat), tadlis
(pemalsuan) maka para fuqaha mengkategorikan tindakan sejenis penipuan itu dengan istilah gussyun (manipulasi) maka hal itu dikategorikan sebagai berikut:

a. Penipuan mencakup segala jenis tipu daya, seperti: pengkhianatan (misalnya, kebohongan dalam jumlah harga), tanaajush (menunjukkan minat membeli untuk memancing orang lain agar membeli), taghrir (memikat dengan cara yang palsu untuk menarik minat pada transaksi), tadlis al-‘aib (menyembunyikan cacat tersembunyi pada objek yang diperdagangkan), dan ghaban fâhisy (kerugian yang mencapai setengah dari harga barang pada barang bergerak, sepuluh persen pada hewan, dan lima persen pada properti). Salah satu bentuk ghaban adalah situasi di mana orang kota membeli barang dari kafilah pedagang yang datang dari desa-desa atau pedalaman dengan harga yang sangat murah, jauh di bawah harga pasar, yang mengakibatkan kerugian besar.

b. Imam Ibnu Hajar al-Haitami Rahimahullah berkata:
ِيَةُ
ُمَوف
ْ
َرةُ ال
َكبِي
ِر ال ِه ْ
ِ َو َغْي
بَ ْيع
ْ
ِغ ُّش فِي ال
ْ
ِن: ال
ِمائَتَْي
ْ
ال

Maksudnya:
“Dosa besar yang kedua ratus adalah penipuan/pemalsuan dalam jual beli dan lainnya.” (Ibnu Hajar al-Haitami, az-Zawajir ‘an Iqtirafil Kabair, [Beirut, Darul Fikr: 1987], juz II, halaman 123).
c. Imam Al-Ghazali Rahimahullah berkata:
وقال الغزالي:
"والغش حرام في البيوع والصنائع جميعا ، ول ينبغي أن يتهاون الصانع بعمله على وجه لو عامله
به غيره لما ارتضاه لنفسه، بل ينبغي أن يُحسن الصنعة ويحكمها، ثم يبين عيبها إن كان فيها عيب،
فبذلك يتخلص."
)إحياء علوم الدين، ج٢ ص 85 تقريبا (
Maksudnya:
Al-Ghazali berpendapat:“Penipuan (ghasy) hukumnya haram dalam seluruh bentuk jual beli dan pekerjaan (kerajinan). Tidak sepantasnya seseorang meremehkan pekerjaannya dengan cara yang jika orang lain melakukannya yang bersangkutan tidak menginginkannya. Justru seharusnya ia menyempurnakan pekerjaannya dan memperbaikinya,
lalu menjelaskan cacatnya jika terdapat cacat padanya, dengan begitu ia bisa terbebas (dari dosa).” (Ihya' Ulumuddin, Jilid 2, hal. 85).

d. Muhammad Bin Allan Al-Bakry al-Shadiqiy Al-Syafii Rahimahullah berkata:
يقول العالمة محمد بن عالن البكري الصديقي الشافعي في "دليل الفالحين لطرق رياض
ِإل الصالحين" )/8 421 يذاء: الغش؛ لما فيه من تزيين
( بعد ذكر اآلية الكريمة: ]ومن أشد ا غير
المصلحة، والخديعة؛ لما فيها من إيصال الشر إليه من غير علمه[ اهـ.
Maksudnya:
“Yang Sangat Alim Muhammad Bin Allan Al-Bakriy al-Shadiqiy AlSyafii Dalam kitab Dalil Falihin Lituruqi Riyadhis Shalihin, juz 8/421 berkata: “Di antara yang paling menyakitkan adalah menipu karena menipu adalah mengiming-imingkan adanya maslahat didapatkan”.

e. Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ bahwa transaksi yang mengandung tipuan itu adalah transaksi dalam kemaksiatan, sementara Imam As-Syafi’i dalam kitab Al-Mukhtasar, bahwa transaksi dengan dasar tadlis/mengelabui adalah hukumnya haram.

f. Al-Mawardi berpendapat dalam Adab Ad-Dunya wa Ad-Din 1/77:

َر ما
َس َّر غي
َمَر بما ل يأتَِمُر فقد َخ َدع، و َمن أ
ُل فقد َم َكر، و َمن أ
َو ْرد ُّي: )إ َّن َمن قال ما ل يفعَ
قال الما
م أنَّه قال: ))المكُر والخديعةُ وصا ِحباهما في
َّ
َّى هللاُ عليه وسل
 يِ صل
َي عن النَّب
يُظِهُر فقد نافَ َق. وقد ُر ِو
َره ما ل يُن ِكُره ِمن نف ِسه ُمستقبَ ٌح(
ِر(( . على أ َّن أ ْمَره بما ل يأتَ ِمُر ُم َّط َر ٌح، وإنكا
النَّا
Maksudnya:

Al-Mawardi berkata: “Sesungguhnya orang yang mengatakan sesuatu yang tidak ia lakukan, maka ia telah menipu. Dan orang yang memerintahkan sesuatu yang
tidak ia lakukan, maka ia telah berkhianat. Serta orang yang menyembunyikan sesuatu yang berbeda dengan apa yang ia tampakkan, maka ia telah munafik”.
Telah diriwayatkan dari Nabi صلى الله عليه وسلم bahwa beliau bersabda: “Tipu daya, pengkhianatan, dan para pelakunya berada di neraka. Adapun memerintahkan
sesuatu yang tidak ia lakukan adalah hal yang ditolak, dan mengingkari sesuatu yang ia sendiri tidak mengingkarinya adalah perbuatan yang tercela”.
4. Kaidah Fiqh:

a. Kaidah umum:
الضرر يزال
Maksudnya:
“Bahaya harus dihilangkan.”
درء المفاسد مقدم على جلب المصالح .
Maksudnya:
“Menolak mafsadah (kerusakan) didahulukan daripada mengambil kemaslahatan.”
ما حرم فعله حرم طلبه
Maksudnya:
“Sesuatu yang haram untuk dikerjakan maka haram pula mencarinya.”
ما حرم اخذه حرم اعطاؤه
Maksudnya:
“Sesuatu yang haram diambil, maka haram pula memberikannya.”
5. Peraturan Perundang-undangan

a. bahwa dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) telah diatur ketentuan mengenai tindak pidana penipuan, yaitu perbuatan dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu, martabat palsu, tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan, untuk membujuk orang lain menyerahkan barang, memberikan utang, atau menghapuskan piutang;

b. bahwa dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 19 

Web: https://muisulsel.com Email: oficial.muisulsel@gmail.com IG: officialmuisulsel FB: officialmuisulsel
Tahun 2016, juga sebagaimana telah diubah dengan undang-undang RI Nomor 1 Tahun 2004
Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik telah diatur larangan menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
yang merugikan konsumen dalam transaksi elektronik, termasuk perbuatan penipuan secara
daring (online) yang dapat merugikan masyarakat luas;
MEMPERHATIKAN :
a. Dalil Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad Saw;
b. Pendapat Para Ulama tentang Penipuan;
c. Pendapat, saran dan masukan yang berkembang dalam Diskusi dan Muzakarah Komisi
Fatwa MUI Provinsi Sulawesi Selatan pada hari Jum’at 21 Maret 2025;
d. Dampak ekonomi dan kerugian materil serta psikologis yang ditimbulkan
kegiatan tersebut.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : HUKUM SOBIS
Pertama : Ketentuan Hukum
1. Kegiatan Sobis termasuk dalam kategori penipuan (gharar dan tadlis)
yang diharamkan dalam Syariat Islam;
2. Harta yang diperoleh dari kegiatan Sobis adalah haram dan
memanfaatkan harta tersebut juga haram;
3. Passobis dapat dikenakan hukuman ta’zir/sanksi sesuai dengan hukum
dan aturan perundang-undangan yang berlaku di Negera Kesatuan
Republik Indonesia.
Kedua : Rekomendasi
1. Penguatan pendidikan dan literasi digital dengan cara meningkatkan
program edukasi tentang bahaya penipuan online dan literasi digital
di semua tingkat masyarakat.
2. Penegakan hukum yang tegas dengan memberi sanksi kepada
Passobis sebagai efek jera.
3. Kolaborasi multisektor dengan mendorong kerjasama antara
pemerintah, aparat penegak hukum, tokoh agama, dan masyarakat
dalam upaya pencegahan dan penanganan kejahatan Sobis.
4. Peningkatan kesadaran agama dengan memperkuat peran ulama
dan tokoh agama setempat dalam memberikan pemahaman yang
mendalam tentang larangan penipuan dalam Islam.
5. Pengembangan teknologi dan peningkatan sistem keamanan digital
dan regulasi yang lebih ketat untuk melindungi masyarakat dari
kejahatan siber.
6. Program pemberdayaan generasi muda dengan menyediakan
pelatihan keterampilan dan peluang kerja untuk mencegah
keterlibatan mereka dalam praktik Sobis.
MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) PROVINSI SULAWESI SELATAN
WADAH MUSYAWARAH PARA ULAMA, ZU’AMA DAN CENDEKIAWAN MUSLIM
Jalan Masjid Raya Nomor Satu (Masjid Raya Makassar, Lantai Satu) Telepon : 08114133787
Web: https://muisulsel.com Email: oficial.muisulsel@gmail.com IG: officialmuisulsel FB: officialmuisulsel
7. Melakukan kampanye masif untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang bahaya penipuan dan konsekuensi hukum dari
praktik kejahatan penipuan Sobis.
Ketiga : Ketentuan Penutup
1. Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
jika pada kemudian hari ternyata dibutuhkan perbaikan, akan
diperbaiki dan disempurnakan sebagaimana mestinya;
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlukan dapat
mengetahuinya, mengimbau semua pihak untuk menyebarluaskan
fatwa ini.

Ditetapkan di : Makassar

Pada tanggal : 06 Dzulqaidah 1446 H

 04 Mei 2025 M

MAJELIS ULAMA INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

KOMISI FATWA

Ketua Prof. Dr. KH. Rusydi Khalid, M.A.

Sekretaris

Dr. KH. Syamsul Bahri Abd Hamid, Lc., M.A.

Mengetahui,

DEWAN PIMPINAN

MAJELIS ULAMA INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Ketua Umum Sekretaris Umum

Prof. Dr. KH. Najamuddin AS, M.A. Prof. Dr. KH. Muammar Bakry, Lc., M.Ag.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved