Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hardiknas 2025

Sejarah Hardiknas 2 Mei, Tanggal Peringatan dari Hari Kelahiran Ki Hadjar Dewantara

Sejarah Hardiknas diperingati pertama kali pada 66 tahun silam untuk mengenang kembali perjuangan Ki Hajar Dewantara.

Editor: Ansar
Kompas.com
HARDIKNAS - Para siswa di Taman Siswa yang merupakan lembaga pendidikan alternatif sebagai bentuk respon kolonialisme dan imperialisme Belanda( Edited by Dzaky Adinata / Wikimedia Commons) 

TRIBUN-TIMUR.COM - Sejarah Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas.

Hardiknas selalu diperingati setiap tanggal 2 Mei. 

Tahun ini, Hardiknas bertepatan Jumat 2 Mei 2025.

Peringatan Hardiknas untuk mengingat kembali betapa pentingnya pendidikan dalam membangun sebuah bangsa. 

Sejarah Hardiknas diperingati pertama kali pada 66 tahun silam untuk mengenang kembali perjuangan Ki Hajar Dewantara.

Penetapan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas tertuang dalam Keputusan Presiden No. 316/1959, sebagaimana dijelaskan oleh Suhartono Wiryopranoto, dkk Dalam buku Perjuangan Ki Hajar Dewantara: Dari Politik ke Pendidikan (2017).

Penetapan Hari Pendidikan Nasional itu dilakukan tak lama setelah meninggalnya tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, pada 26 April 1959 silam.

Sementara itu, tanggal peringatan Hardiknas diambil dari tanggal lahir Ki Hadjar Dewantara sendiri pada 2 Mei 1889.

Ki Hadjar Dewantara dibesarkan di lingkungan bangsawan Pakualaman.

Meski begitu, dia hidup sederhana dan cenderung dekat dengan rakyat.

Sepak Terjang Ki Hajar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara yang sewaktu muda bernama Soewardi Soerjaningrat semula terlibat dalam aktivisme politik.

Soewardi turut mendirikan Indische Partij (IP) pada 1912 bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo.

Melalui wadah itu, ia menyuarakan aspirasi kemerdekaan Indonesia.

Kritik Soewardi Soerjaningrat terhadap kolonialisme Belanda cukup keras.

Hal ini terbukti melalui artikelnya berjudul "Als Ik Een Nederlander Was" (Seandainya Aku Seorang Belanda), sehingga menyebabkan dirinya diasingkan ke Belanda.

Pada 6 September 1919, Soewardi Soerjoningrat kembali ke tanah air.

Perjuangan Soewardi pada kemerdekaan Indonesia lantas dicurahkan ke bidang pendidikan.

Sowardi mendirikan Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta pada 1922.

Ia kemudian juga mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara

Taman Siswa dibentuk sebagai sekolah yang melawan hegemoni pendidikan kolonial.

Sekolah ini juga menjadi alternatif bagi para siswa bumiputra yang tak bisa mengenyam pendidikan Eropa.

Terdapat tiga prinsip yang dipegang oleh Taman Siswa, yakni Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi teladan), Ing madyo mangun karso (di tengah membangun semangat), Tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan).

Eksistensi Taman Siswa dianggap mengancam pemerintah kolonial.

Belanda pun mengeluarkan aturan "Ordonansi Sekolah Liar" yang membelenggu sekolah-sekolah nonpemerintah.

Akan tetapi, Ki Hadjar Dewantara mampu menghimpun dukungan dari berbagai kalangan untuk menentang ordonansi ini.

Pada masa kemerdekaan, Ki Hadjar Dewantara ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan Pertama Indonesia periode 19 Agustus 1945-14 November 1945.

Refrensi:

Suhartono Wiryopranoto, dkk. 2017. Perjuangan Ki Hajar Dewantara: Dari Politik ke Pendidikan. Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Purwoko, D. (1994). "Semangat Taman Siswa dan Perlawanannya terhadap Undang-Undang Sekolah Liar". Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol. 1(2), 125-135. 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Hardiknas Setiap Tanggal 2 Mei"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved