Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hardiknas 2025

Mahasiswa UNM: Indonesia Butuh Pendidikan Gratis, Bukan Program Makan Gratis

Koordinator Lapangan (Korlap) AMORAS, Dani (22), dalam orasinya menegaskan bahwa yang dibutuhkan saat ini bukanlah program makan bergizi gratis.

Penulis: Erlan Saputra | Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM/Erlan Saputra
DEMO HARDIKNAS - Koordinator Lapangan (Korlap) AMORAS UNM, Dani (22) usai orasi di depan kampus UNM, Jl AP Pettarani Makassar, Jumat (2/5/2025) sore. Dalam orasinya ia menegaskan bahwa yang dibutuhkan saat ini bukanlah program makan bergizi gratis. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 di Makassar diwarnai dengan aksi protes dari mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM). 

Aliansi Mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan (AMORAS) UNM turun ke jalan untuk menyuarakan tuntutannya, yaitu pendidikan gratis bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Aksi ini digelar di depan Gedung Pinisi UNM, Jl AP Pettarani, Makassar, pada Jumat, (2/5/2025) sore.

Koordinator Lapangan (Korlap) AMORAS, Dani (22), dalam orasinya menegaskan bahwa yang dibutuhkan saat ini bukanlah program makan bergizi gratis.

Namun, yang lebih dibutuhkan masyarakat saat ini adalah pendidikan gratis yang dapat dinikmati oleh semua kalangan.

Utamanya di daerah-daerah yang masih kekurangan akses pendidikan yang layak.

"Poin tuntutan kita adalah wujudkan pendidikan gratis, bukan makan bergizi gratis," tegas Dani. 

Baca juga: Alasan WR III UNM Arifin Manggau Pakai Baju Petani saat Upacara Hardiknas

Olehnya, Dani ingin pemerintah hadir untuk memastikan setiap anak bangsa bisa menikmati pendidikan tanpa beban biaya.

Ia menyatakan, saat ini banyak anak-anak bangsa yang terhalang untuk mengakses pendidikan karena tingginya biaya pendidikan, baik di tingkat dasar hingga perguruan tinggi. 

Hal ini, menurut Dani, membuat pendidikan menjadi barang dagangan, bukan lagi hak bagi setiap warga negara.

Ia menilai kebijakan pemerintah saat ini justru menimbulkan ketidakstabilan sosial karena lebih berpihak pada kepentingan elit ketimbang kebutuhan rakyat. 

Dani juga menyinggung adanya paradoks dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang terlihat lebih fokus "menggemukkan" struktur kabinet daripada memperjuangkan hak dasar masyarakat seperti pendidikan.

“Kita melihat paradoks yang menyedihkan. Pemerintah sibuk membesarkan tubuh kekuasaan mereka, sementara rakyat yang harus menanggung dampaknya. Ini bukti nyata bahwa rakyat dikorbankan demi kepentingan politik,” katanya.

Dalam aksi ini, AMORAS UNM menyuarakan tuntutan utama mereka, yakni wujudkan pendidikan gratis. 

Dani menegaskan, pendidikan gratis bukan hanya soal biaya, tetapi merupakan langkah menuju keadilan ekonomi yang akan mendorong terciptanya keadilan sosial.

“Pendidikan gratis harus menjadi prioritas. Karena untuk mencapainya, diperlukan pemerataan ekonomi. Keadilan sosial hanya bisa terjadi jika semua orang punya kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan,” tegasnya.

Para peserta aksi membawa spanduk dan poster berisi kritik tajam terhadap kebijakan pemerintah. 

Aksi ini berlangsung damai dan mendapat pengawalan dari pihak kepolisian.

Mahasiswa UNM berharap melalui aksi ini, pemerintah, mulai menyadari bahwa masa depan bangsa hanya bisa dibangun melalui pendidikan yang adil dan bebas dari komersialisasi.(*) 

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved