Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ciptakan Lingkungan Bersih, Pelaku Usaha Dukung SUS Environment Pembangkit Listrik dari Sampah

Mereka berharap sumber energi listrik alternatif seperti dari sampah, mampu menjaga ketersediaan pasokan listrik khususnya pada bulan-bulan tertentu.

dok pribadi
Penandatangan kerjasama PSEL oleh Wali Kota Makassar, Danny Pomanto bersama, CTO of Sus Shanghai, Jiao Xuejen, serta Direktur Utama PT Sarana Utama Synergy, Yee Wai Kuen disaksikan oleh Asisten Deputi Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Ridha Yasser, di Kantor Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Selasa (24/9/2024). 

TRIBUN-TIMUR.COM - Berbagai dukungan terus mengalir pada pembangunan Proyek Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik/PSEL (Waste-to-Energy) yang sementara dikerjakan Shanghai SUS Environment Co., Ltd dan konsorsium.

Dukungan ini termasuk dari kalangan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Makassar.

Mereka berharap sumber energi listrik alternatif seperti dari sampah, mampu menjaga ketersediaan pasokan listrik khususnya pada bulan-bulan tertentu.

Hermansyah (37), pelaku usaha percetakan di Jl Perintis Kemerdekaan menyebutkan pada bulan-bulan tertentu kerap terjadi pemadaman bergilir, apalagi kalau periode musim kemarau tiba.

Alasannya, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang jadi sumber uyama sistem kelistrikan Sulsel tidak berproduksi maksimal.

"Biasa kalau sudah masuk musim kemarau, kita sudah harus siapkan genset agar usaha bisa tetap beraktivitas. Ini membuat pengeluaran naik, jadi kalau ada sumber listrik baru dan bisa digunakan, tentu baik dan kami dukung," terang Hermansyah.

Pandangan berbeda diungkap Batara Kusuma (43), pelaku usaha agribisnis.

Dia menyebut hadirnya PSEL menjadi solusi untuk pengelolaan sampah berkelanjutan di Makassar yang efeknya adalah perbaikan kualitas lingkungan.

"Sampah akan didaur ulang jadi listrik, ini seperti di Singapura. Sumber utama pasokan listriknya dari sampah yang diolah dengan teknologi canggih. Manfaatnya banyak, hasilkan listrik dan lingkungan lebih bersih," terangnya.

Kendati demikian, dia memberi catatan agar hadirnya PSEL ini bisa disertai dengan regulasi pengolahan sampah dari rumah dan pemerintah berperan aktif, agar nantinya sampah-sampah rumah tangga tidak lagi bertumpuk di pinggir jalan.

"Kalau ada PSEL tapi sampah tetap berserakan di jalan, ya percuma juga," ujar Batara.

Dia menegaskan, infrastruktur pembangkits listrik berteknologi canggih tapi ramah lingkungan disebut sudah menjadi kebutuhan.

Diketahui, pembangunan PSEL di Makassar diperkirakan menelan biaya investasi sekitar Rp3,1 triliun, tapi dari pengelolaan sampah menjadi listrik tersebut akan menghasilkan tenaga listrik sebesar 35 megawatt (MW).

Proyek PSEL Makassar bukan hanya menjadi unsur penting dalam strategi global SUS Environment, melainkan juga pencapaian penting dalam transisi Indonesia menuju energi hijau, serta inovasi sistem pengelolaan sampah.

Proyek yang sementara dalam proses pembangunan insfrastruktur ini diperkirakan akan mulai beroperasi pada tahun 2027, dan diharapkan akan menjadi proyek percontohan penting di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved