Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ngobrol Virtual Tribun

Suami Pukul Istri Pakai Barbel, Hadi Saputra: Ada Korelasi Tekanan Ekonomi dan KDRT

Dosen Pendidikan Sosiologi Unismuh Makassar, Hadi Saputra menyampaikan korelasi kondisi ekonomi dan kekerasan dalam rumah tangga.

Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Muh Hasim Arfah
Istimewa/Polsek Tanralili
KORBAN PEMBUNUHAN - Seorang wanita di Dusun Carangki Utara, Desa Lekopancing, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, ditemukan tewas diduga akibat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), Sabtu (12/4/2025). Korban diduga dibunuh oleh suaminya sendiri dengan cara dipukul menggunakan barbel. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAROS - Program Ngobrol Virtual Tribun Timur menghadirkan bintang tamu Dosen Pendidikan Sosiologi Unismuh Makassar, Hadi Saputra, Selasa (15/4/2025). 

Bersama Host Annisa Husnizhan, Hadi membahas terkait korelasi kondisi ekonomi dan kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ).

Tema ini diangkat usai kasus kekerasan yanh dilakukan seorang suami di Maros, Zainal Abidin hingga mengakibatkan istrinya Sri Qihidayanti meninggal dunia, Sabtu (12/4/2025).  

Hadi mengatakan relasi antara kekerasan dan kondisi ekonomi memang sudah tervalidasi dalam sejumlah riset. 

Salah satunya dilakukan Komnas Perempuan pada awal masa Covid-19.

Ketika banyak perusahaan bangkrut, melakukan PHK, dan angka pengangguran melonjak. 

“Hasilnya, ditemukan korelasi antara tekanan ekonomi dan meningkatnya angka kekerasan dalam rumah tangga,” katanya.

LBH APIK Jakarta juga mencatat, sekitar 22 persen perempuan mengalami kekerasan pertama kali dalam rumah tangga justru pada masa pandemi. 

“Ini menunjukkan bahwa rumah tangga yang sebelumnya baik-baik saja bisa berubah ketika tekanan ekonomi datang. Suami yang sebelumnya penuh perhatian, dalam situasi tekanan berat, bisa berubah menjadi pelaku kekerasan,” terangnya.

Ia mengatakan masalah ekonomi tidak hanya menciptakan ketegangan, tetapi juga memperkuat struktur sosial patriarki yang telah mengakar kuat. 

“Kekerasan yang terjadi bukan semata-mata karena masalah pribadi, melainkan sebagai kompensasi atas kegagalan memenuhi tuntutan ekonomi yang diharapkan. Sayangnya, ketika perempuan tidak memiliki kemandirian ekonomi, mereka cenderung terjebak dalam siklus kekerasan,” tambahnya.

“Dalam kasus di Maros, misalnya, pelaku disebut sebagai buruh lepas. Ketidakstabilan ekonomi ini kemungkinan menimbulkan ketegangan ketika peran tradisional sebagai pencari nafkah utama terganggu. Gugatan istri pada posisi ini menjadi semacam penghinaan simbolik yang memicu kekerasan,” bebernya.

Ia pun mengimbau agar pemerintah segera mengambil langkah strategis guna mengurangi dampak krisis ekonomi yang berujung pada kekerasan dalam rumah tangga. 

Ia juga menyebutkan jika ada bantuan sosial baiknya harus dilengkapi dengan program pemberdayaan ekonomi yang nyata, terutama bagi perempuan, agar mereka memiliki kemandirian. 

Menututnya,  semacam ini sangat diperlukan untuk menciptakan stabilitas rumah tangga dan menekan angka KDRT.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved