Ngobrol Virtual Tribun
Dulu Ditentang Ayah Tinggalkan Kuliah, Kini Nurlinda Dwi Buktikan Berpenghasilan Miliaran Rupiah
Perjalanan Nurlinda Dwi Sukti (27) jadi pengusaha muda sukses rupanya menempuh jalan terjal.
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Perjalanan Nurlinda Dwi Sukti (27) jadi pengusaha muda sukses rupanya menempuh jalan terjal.
Tidak mudah bagi Dwi untuk jadi owner perusahaan kosmetik seperti sekarang ini.
Perempuan kelahiran 20 Desember 1993 itu rupanya punya jiwa petarung.
Pilihannya bekerja saat masih kuliah rupanya ditentang oleh sang ayah.
Ketika duduk di bangku kuliah semester 3, Dwi rupanya sudah menyambi bekerja mencari uang.
Ia mengaku tidak ingin lagi membebani orang tua, ia ingin makan dari hasil keringatnya sendiri.
Bahkan Dwi ingin menempuh jalan hidup sendiri, termasuk membuktikan bahwa tidak harus menjadi pegawai negeri sipil (PNS) untuk sukses.
"Papi arahkan tetap lanjutkan kuliah, tapi saya merasa saya harus kerja. Padangan saya kalau kuliah tamat lalu jadi sarjana pasti nantinya akan cari kerja," kata Dwi dalam Ngobrol Virtual di Tribun Timur, Rabu (28/7/2021) kemarin.
"Kenapa saya harus kuliah baru kerja, saya pikirannya kerja dulu sambil kuliah, kalau ada dana saya kuliahi diriku sendiri tanpa bebani orang tua lagi," sambungnya.
Dwi bercerita pernah merantau ke Kendari. Ia juga pernah berjualan air mineral di pinggir jalan hingga orang tuanya marah dan menentang.
Kepada Dwi, sang ayah menegaskan masih bisa membiayayi putrinya tanpa harus berjualan di pinggir jalan.
"Papi bilang apa gunanya saya jadi orang tua, saya masihi bisa biayai, tapi saya bilang saya bisa bentuk diriku sendiri, belum tentu apa yang dipelajari di bangku kuliah itu yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, bergitu pandangan saya," lanjut Dwi.
Kepada kedua orang tuanya saat itu, Dwi menyatakan punya tekad untuk berpenghasilan Rp100 juta perbulan.
Respon orang tua saat itu tidak percaya. Bahkan Dwi dicap punya pemikiran gila dan mustahil.
"Mami bilang pongoro-pongoro (gila-gila) ini Dwi kapang, tapi saya bilang kita terlalu rendah standar penghasilan ta," kenangnya.