Teropong
Sadarlah!
Berbagai persoalan kehidupan hingga kematian dibahas dari masjid ke masjid.
Oleh: Abdul Gafar
Pendidik di Departemen llmu Komunikasi Unhas Makassar
TRIBUN-TIMUR.COM - Ramadan baru saja berlalu. Seluruh umat Islam di seluruh dunia merayakan Hari Raya Idul Fitri 1446 H. Selama sebulan kita memperoleh pencerahan dari para ustadz dan da’i.
Berbagai persoalan kehidupan hingga kematian dibahas dari masjid ke masjid.
Hubungan dengan Tuhan Mahapencipta serta antarmanusia tuntas dibahas. Namun yang terjadi keharmonisan itu tidak muncul dalam keseharian kita.
Ada orang hubungannya dengan Allah sangat luar biasa intensifnya.
Sementara hubungannya dengan sesama manusia justeru mengalami hambatan.
Menurut ustadz Sanusi yang biasa mengisi pencerahan kalbu ahad subuh di masjid dekat rumah penulis mengatakan bahwa hal itu akan menghambat perjalanan seseorang ke surga (kalau masuk surga).
Sebaliknya mungkin kalau ke neraka akan langsung saja masuk.
Kalau kita di negara yang aman –aman saja, merayakan idul fitri betul-betul meriah dan dinikmati bersama keluarga.
Sedangkan mereka yang diperangi semisal warganegara Palestina sangat menderita. Tidak ada waktu untuk bersenang-senang.
Semua dalam ketidakpastian yang entah kapan berkesudahan. Gencatan senjata yang dinyatakan, ternyata seenaknya dilanggar oleh Zionis Israel.
Korban tewas dan luka-luka terus berjatuhan tanpa perikemanusiaan.
Bantuan kemanusiaan untuk korban kezaliman diblokade oleh tentara Israel. Sebuah pembunuhan yang terencana oleh Zionis Israel.
Dunia hanya menonton kekejian dan pembantaian Israel terhadap rakyat sipil.
PBB tidak berdaya menahan kebengisan dan kebrutalan tentara Israel yang didukung oleh beberapa negara semisal Amerika.
Dunia mengalami kegoncangan yang hebat. Situasi perpolitikan dan ekonomi yang dikacaukan melanda banyak negara. Pemimpin negara yang gila dengan kegila-gilaannya terus membuat kegilaan di mana-mana.
Tidak ada yang dapat menyetop kegilaannya. Tetapi tunggu saatnya pasti akan berakhir dengan tragis.
Keadaan yang terjadi di ‘luar sana’ terus berlangsung tanpa solusi.
Sementara di kita, persoalan yang muncul juga tidak kalah seksi dan genitnya. Ibarat pepatah :”mati satu tumbuh seribu” itulah yang terjadi.
Perlombaan sengit berlangsung di semua sektor. Mengejar rekor korupsi yang terbanyak.
Kalau dahulu para koruptor ‘hanya’ bermain di sekitaran milyaran. Kini sudah berubah drastis menjadi triliunan.
Sebuah capaian yang ‘prestisius’. Dapat didaftarkan dalam Guinnes World Record.
Kolaborasi yang apik dengan banyak pihak hingga terjadi pemecahan rekor ini.
Inilah wujud nyata hubungan antarmanusia dalam kejahatan terencana.
Kerusakan di muka bumi karena dirasuki sifat tamak dan rakus.
Sumber daya alam dikuras demi mengejar kepuasan duniawi. Hutan pun dibabat habis. Gunung digundulkan. Tidak ketinggalan laut dijadikan daratan.
Perilaku ketidakwajaran ini terjadi di depan mata telanjang kita. Aturan yang ada mudah ‘dilanggar’ tanpa pengawasan melekat atau pengawasan malaikat.
Para pengawas telah ‘dibutakan’ matanya oleh gelimangan uang dalam jumlah besar dan menggiurkan.
Iman rontok dan terkalahkan dengan mudah. Kata pak ustadz, tidak akan terjadi pelanggaran jika masih ada iman di dada.
Ujian bagi manusia karena iman itu terkadang naik dan terkadang pula turun.
Seharusnya ramadan yang mulia bagi umat Islam menjadi senjata pamungkas agar terhindarkan dari perbuatan tercela.
Kebohongan, kemunafikan, kecurangan dan semua perilaku yang merugikan sirna dengan tempaan ramadan.
Harapan kita kepada para pejabat yang mengurusi kepentingan rakyat dan negara bekerjalah dengan baik dan benar.
Kepada yang pernah menjabat, sadarlah dengan mengakui perbuatan salahnya.
Misalnya berijasah palsu, gelar palsu dan segala kepalsuan. Kata Jenderal Sudirman : “Kejahatan akan menang, bila orang yang Benar tidak melakukan apa-apa !
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.