Opini Muhammad Tariq
Idul Fitri: Hari Raya Kemenangan
Pada Ramadhan itu, kaum Muslim melakukan jihad akbar mengendalikan hawa nafsunya.
Oleh: Muhammad Tariq
Pegiat Literasi Sulsel
Idul Fitri dapat disebut hari raya kemenangan. Pada hari itu, kaum beriman yang telah menunaikan ibadah Ramadhan meraih kemenangan dengan dilahirkan kembali kepada fitrah kemanusiaan yang suci dan kuat hati.
Secara khusus Idul Fitri disebut hari raya kemenangan karena pada hari itu, shoimin dan shoimat dapat terlahir kembali sebagai orang-orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu setelah sebulan penuh berpuasa.
Pada Ramadhan itu, kaum Muslim melakukan jihad akbar mengendalikan hawa nafsunya.
Selain hari raya kemenangan, Idul Fitri juga dapat dimaknai sebagai hari raya kesucian dan kekuatan.
Fitrah tidak hanya bermakna suci, tetapi juga kekuatan. Usai sebulan penuh berpuasa, kaum beriman diharapkan dapat dilahirkan kembali dengan fitrah kemanusiaan yang suci, bersih dari dosa, dan mendapat kekuatan baru.
Sejatinya ibadah-ibadah Ramadhan mengandung dua arti, yaitu tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) dan tarbiyatun nafs (penguatan diri).
Penulis berharap momentum hari raya Idul Fitri bukan sekadar meraih kemenangan, tetapi seharusnya umat Islam harus mempertahankannya.
Seringkali, untuk menjadi pemenang tidaklah begitu susah, namun untuk mempertahankan kemenangan pun tidaklah mudah mereka yang tidak mampu mempertahankan kemenangan akan terjatuh pada predikat pecundang.
Hal itu sering kali tampak di kalangan umat yang tidak mampu memelihara nilai-nilai Ramadhan pada bulan berikutnya.
Orang yang menang di hari raya adalah mereka yang meraih ketakwaan. Ini tidaklah mudah untuk diraih karena ketakwaan membutuhkan perjuangan
Namun, kemenangan penulis yang dibicarakan pada hari raya adalah milik mereka yang menang dalam mengendalikan hawa nafsu. Kemenangan itu, menjadikan kita senantiasa berpikir dan berperilaku positif.
Dengan kemenangan itu pula, kita menjadi pribadi hamba yang paripurna.
Seseorang yang menang adalah mereka yang mampu meraih nilai-nilai Ramadhan.
Perwujudan atau pengejawantahan kemenangan itu akan terlihat pada sejauh mana hablum minallah berupa penunaian ibadah dapat menjelma dalam hablum minannas.
Sehingga predikat sebagai pemenang menuntut kemampuan untuk mempertahankan.
Caranya, dengan memelihara tradisi-tradisi positif yang telah dikerjakan selama bulan suci Ramadhan.
Meski Ramadhan telah usai, kita harus selalu menjaga kuantitas dan kualitas ibadah kepada Allah swt.
Oleh karena itu mari kita senantiasa untuk selalu bertaqarrub kepada Allah swt, mempertahankan semangat mendalami agama dengan tadarus dan tadabbur.
Selain itu, jangan lupa pula berbagi pada sesama lewat zakat ,infak, dan sedekah.
Nilai-nilai kebaikan itulah yang diharapkan dapat kita pertahankan pada bulan-bulan selepas Ramadhan.
Semoga nilai-nilai Ramadhan setelah merayakan hari raya Idul Fitri kita dapat dipertahankan dan diwujudkan dalam kehidupan nyata, baik sebagai individu, dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, maupun berbangsa dan bernegara.(*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.