Kapan 1 Syawal 1446 H? Muhammadiyah Tetapkan Hari Lebaran 31 Maret 2025, Ini Prediksi Kemenag
Hal ini berdasarkan perhitungan hisab dan rukyatul hilal yang menunjukkan bahwa hilal mungkin tidak terlihat pada 29 Maret.
Lebih lanjut, penggunaan metode hisab dan rukyat dalam penentuan awal Syawal merupakan pelaksanaan dari ajaran Islam.
Menurut Abu Rokhmad, hal ini sejalan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 Tahun 2024 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Dalam fatwa itu disebutkan, penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode hisab dan rukyah oleh Pemerintah RI cq Menteri Agama dan berlaku secara nasional.
Secara hisab atau perhitungan astronomi, ijtimak atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 jam 17.57.58 WIB.
Karenanya, berdasarkan data astronomi, saat terbenam matahari, posisi hilal berkisar antara minus tiga di Papua dan minus satu di Aceh.
"Data-data astronomi ini kemudian kita verifikasi melalui mekanisme rukyat," tegas Abu Rokhmad.
Dikatakan Abu Rokhmad, setidaknya ada dua dimensi dari proses pelaksanaan Rukyatul Hilal.
Pertama, dimensi ta'abbudi.
"Rukyat sejalan sunnah Nabi yang sudah dilakukan sejak dulu untuk melakukan rukyat saat akan mengawali atau mengakhiri puasa," ujarnya.
"Sunnah ini dipertegas oleh Fatwa MUI bahwa penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah berdasarkan metode hisab dan rukyat," sambungnya.
"Ini juga bagian dari Syiar Islam. Ini penting," tambahnya.
Kedua, dimensi pengetahuan. Rukyat merupakan proses konfirmasi atas data-data hisab dan astronomis.
"Apa yang telah dihitung secara astronomi, kita konfirmasi di lapangan melalui rukyat," sebut Abu Rokhmad.
"Sebagaimana awal Ramadan, kita akan gunakan alat yang canggih dalam proses rukyat," jelasnya.
Penentuan Hari Raya Idul Fitri 1446 H
-Sidang Isbat Digelar 29 Maret 2025
-Sidang isbat akan digelar sekitar pukul 18.45 WIB yang berlangsung secara tertutup
-Pemantauan Hilal Dilaksanakan di 33 Titik Minus Pulau Bali
-Jika Hilal Tak Terlihat di 29 Maret 2025 Ramadan Digenapkan 30 Hari
Jadwal Idul Fitri versi Muhammadiyah dan NU
Idul Fitri 2025 menurut Muhammadiyah
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan bahwa Idul Fitri 1446 Hijriah jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.
Keputusan ini didasarkan pada metode hisab hakiki wujudul hilal, yang berarti jika hilal sudah berada di atas ufuk, maka hari baru dalam kalender Hijriah sudah dimulai.
Sekretaris PP Muhammadiyah, Sayuti, menyampaikan bahwa perhitungan ini juga berlaku untuk Hari Raya Idul Adha, yang ditetapkan jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025.
Dengan demikian, warga Muhammadiyah sudah dapat menentukan tanggal perayaan Idul Fitri tanpa menunggu hasil pemantauan hilal.
Idul Fitri 2025 Menurut Nahdlatul Ulama (NU)
Berbeda dengan Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) belum menetapkan tanggal Idul Fitri 2025.
NU menggunakan metode rukyatul hilal, yaitu observasi langsung terhadap keberadaan bulan sabit di berbagai wilayah di Indonesia.
Walaupun metode ini berbasis pengamatan, NU tetap mempertimbangkan perhitungan astronomi dalam menentukan awal bulan Syawal.
Karena metode ini bergantung pada pengamatan hilal, keputusan resmi dari NU juga baru akan diumumkan setelah Sidang Isbat yang digelar oleh pemerintah pada 29 Maret 2025.
Itulah tadi ulasan Kapan Hari Raya Idul Fitri 2025 dan Lebaran 2025 tanggal berapa, jadwal Sidang Isbat Pemerintah, info terkini NU dan Muhammadiyah.
Muhammadiyah
Muhammadiyah telah menetapkan bahwa 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret 2025 M.
Keputusan ini didasarkan pada hisab hakiki wujudul hilal, metode penentuan awal bulan Hijriah yang telah lama menjadi pedoman Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Keputusan 1 syawal 1446 H seperti dikutip muhammadiyah.or.id, Minggu (23/3/2025).
Dengan metode ini, awal bulan ditetapkan jika hilal sudah wujud, yaitu setelah terjadi ijtimak sebelum matahari terbenam, bulan terbenam setelah matahari, dan piringan atas bulan berada di atas ufuk saat matahari terbenam.
Jika salah satu dari kriteria ini tidak terpenuhi, maka bulan digenapkan menjadi 30 hari.
Dalam menentukan 1 Syawal 1446 H, data astronomis menunjukkan bahwa pada Sabtu Kliwon, 29 Ramadan 1446 H atau 29 Maret 2025 M, ijtimak terjadi pada pukul 17:59:51 WIB.
Namun, saat matahari terbenam di Yogyakarta (07° 48′ LS dan 110° 21′ BT), tinggi bulan masih berada di -01° 59′ 04⊃2;, yang berarti hilal belum wujud.
Di seluruh wilayah Indonesia, bulan juga masih berada di bawah ufuk, sehingga tidak memenuhi kriteria wujudul hilal.
Oleh karena itu, umur bulan Ramadan 1446 H disempurnakan menjadi 30 hari, dan 1 Syawal 1446 H pun jatuh pada Senin Pahing, 31 Maret 2025 M.
Keputusan ini sekaligus menjadi penanda berakhirnya penggunaan hisab hakiki wujudul hilal dalam penentuan awal bulan Hijriah oleh Muhammadiyah.
Mulai tahun 1447 H, Muhammadiyah akan beralih ke Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT).
Dalam sistem KHGT, bumi dianggap sebagai satu kesatuan matlak global sehingga seluruh dunia akan menetapkan awal bulan Hijriah pada hari yang sama.
Perubahan ini diharapkan membawa kesatuan umat Islam dalam aspek waktu dan ibadah, menjawab tantangan modernitas, serta memperkuat integrasi umat di tingkat global.
JK: Muhammadiyah Australia College Tunjukkan Muhammadiyah Duta Pendidikan di Panggung Global |
![]() |
---|
Mahasiswa FKIK Unismuh Dibekali Keterampilan Media di Era Digital |
![]() |
---|
Ketum Muhammadiyah: BPKH Harus Independen, Dana Haji Harus Berdayakan Umat |
![]() |
---|
Jadi Narasumber di Unismuh, Mendikdasmen Dorong Ulama Muhammadiyah Kuasai Ruang Publik Digital |
![]() |
---|
Senyuman Gubernur Sulsel Sambut Agenda Strategis Muhammadiyah Sulsel |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.