Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Agung PJ Wahyuda

Ma'tessang: Kearifan Lokal dalam Pengendalian Penyakit Hewan dan Perlindungan Ekonomi Ternak

Secara harfiah, Ma'tessang berasal dari kata tessang yang berarti "menggandeng" atau "mengaitkan".

Editor: Sudirman
Agung PJ Wahyuda
OPINI - Agung PJ Wahyuda Dosen Prodi KH FK Unhas 

Oleh: Agung PJ Wahyuda

Dosen Prodi KH FK Unhas

TRIBUN-TIMUR.COM - Sulawesi Selatan, dengan keanekaragaman budaya yang mendalam, memiliki berbagai tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.

Salah satunya adalah budaya Ma'tessang, sebuah sistem menggaduh ternak yang mencerminkan kearifan lokal dalam kehidupan sosial masyarakat, khususnya bagi suku Bugis dan Makassar.

Ma'tessang, meskipun mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, sejatinya adalah bentuk dari sistem pengelolaan ternak yang tidak hanya mengedepankan aspek ekonomi, namun juga menguatkan nilai-nilai sosial dan keadilan dalam masyarakat.

Secara harfiah, Ma'tessang berasal dari kata tessang yang berarti "menggandeng" atau "mengaitkan".

Dalam konteks ini, Ma'tessang merujuk pada sistem pengelolaan ternak, di mana dua pihak, yaitu pemilik ternak dan penggembala atau pemelihara ternak, sepakat untuk bekerja sama dalam memelihara ternak tersebut.

Ternak yang dimaksud umumnya adalah sapi, kambing, atau kerbau, yang menjadi bagian dari ekonomi pertanian atau pertanian subsisten masyarakat Bugis dan Makassar.

Budaya Ma'tessang, yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Bugis dan Makassar, tidak hanya mencerminkan prinsip keadilan sosial dalam pemeliharaan ternak.

Tetapi juga dapat menjadi landasan dalam pengelolaan kesehatan ternak yang lebih baik, terutama dalam pengendalian penyakit hewan, termasuk penyakit zoonosis seperti Anthraks.

Dalam hal ini, Ma'tessang bukan hanya tentang pembagian hasil ternak, melainkan juga tentang sistem kolaboratif yang memiliki potensi besar dalam mengurangi risiko penyebaran penyakit yang dapat merugikan ekonomi pemilik ternak, pemelihara ternak, dan masyarakat secara umum.

Keharmonisan dalam Kerja Sama untuk Mengurangi Risiko Penyakit

Pada dasarnya, Ma'tessang menciptakan ikatan yang erat antara pemilik ternak dan penggembala atau pemelihara ternak.

Dalam konteks pengelolaan kesehatan ternak, hubungan ini sangat berperan dalam memastikan bahwa kedua pihak memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjaga kesehatan hewan mereka.

Pemelihara ternak, yang biasanya memiliki pengetahuan lebih mendalam tentang kebiasaan dan kondisi ternak setiap hari, dapat bertindak sebagai pengamat pertama terhadap gejala-gejala penyakit, sedangkan pemilik ternak bertanggung jawab dalam menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk penanganan kesehatan ternak tersebut.

Dengan pendekatan yang berbasis kerja sama ini, jika terjadi kasus penyakit seperti Anthraks, kedua belah pihak dapat segera melakukan tindakan preventif atau pengobatan.

Misalnya, pemelihara ternak yang mengenal tanda-tanda awal dari penyakit ini seperti demam tinggi, lesu, atau pembengkakan pada ternak dapat segera melapor ke pemilik ternak dan mengambil langkah-langkah awal untuk karantina atau pengobatan. Kecepatan dan kewaspadaan ini sangat penting dalam mencegah penyebaran penyakit.

Ma'tessang sebagai Sistem Pemantauan Berkelanjutan

Salah satu keuntungan dari sistem Ma'tessang adalah adanya pemantauan berkelanjutan terhadap kesehatan ternak. Karena hubungan yang terjalin antara pemilik dan pemelihara ternak cenderung lebih dekat, pemelihara ternak akan lebih teliti dalam memperhatikan kondisi fisik ternak dan melaporkan setiap kelainan yang terjadi.

Dengan demikian, fenomena penyakit zoonosis yang dapat menjalar ke manusia seperti Brucellosis atau Anthraks dapat lebih cepat ditanggulangi.

Selain itu, dalam budaya Ma'tessang, ada prinsip komunikasi yang terbuka antara pemilik ternak dan pemelihara ternak.

Jika penyakit atau gejala berbahaya muncul, kedua belah pihak dapat langsung berkoordinasi dengan dinas yang membidangi kesehatan hewan atau petugas Kesehatan hewan terkait, sehingga penanganan dan pengobatan atau vaksinasi dapat segera dilakukan.

Kolaborasi semacam ini sangat berguna dalam mengurangi kerugian ekonomi yang disebabkan oleh wabah penyakit.

Prinsip Keadilan dalam Menghadapi Kerugian Ekonomi

Penyakit zoonosis dan penyakit hewan lainnya seringkali mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar bagi pemilik dan pemelihara ternak.

Misalnya, dalam kasus Anthraks, tidak hanya kehilangan ternak akibat penyakit, ancaman penularan kepada pemelihara dan masyarakat lainnya juga menjadi perhatian, demikian juga biaya yang terkait dengan pengobatan dan penanganan kesehatan ternak yang lebih luas dapat menjadi beban finansial yang besar.

Sistem Ma'tessang yang berbasis pada pembagian hasil yang adil antara pemilik dan pemelihara ternak, dapat memungkinkan kedua belah pihak untuk berbagi risiko ekonomi yang ditimbulkan akibat wabah penyakit.

Dengan adanya pembagian yang adil, pemelihara ternak dapat merasa lebih terdorong untuk merawat ternak dengan lebih baik dan lebih waspada terhadap potensi risiko penyakit.

Selain itu, pemilik ternak pun akan merasa lebih terbantu dalam menghadapi biaya-biaya yang timbul akibat penyakit ternak, mengingat mereka memiliki kewajiban untuk menjaga ternak tetap sehat demi kelangsungan ekonomi keluarga.

Peran Pemerintah dan Teknologi dalam Mendukung Ma'tessang

Sebagai sistem yang berbasis pada kearifan lokal, Ma'tessang juga dapat dipadukan dengan teknologi dan kebijakan pemerintah untuk pengendalian penyakit hewan.

Teknologi pemantauan kesehatan ternak berbasis aplikasi mobile atau penggunaan alat deteksi penyakit dapat membantu pemelihara ternak dan pemilik ternak untuk lebih efektif memantau kondisi kesehatan ternak mereka.

Pemerintah dapat memainkan peran penting dalam mendukung sistem Ma'tessang dengan menyediakan pelatihan kepada pemelihara ternak tentang pencegahan penyakit, vaksinasi yang tepat, serta cara-cara menjaga kebersihan lingkungan ternak.

Hal ini dapat mengurangi penyebaran penyakit zoonosis yang merugikan kesehatan manusia dan ekonomi masyarakat.

Mengintegrasikan Kearifan Lokal dengan Pendekatan Modern

Ma'tessang adalah sistem pengelolaan ternak yang tidak hanya bermanfaat secara sosial dan ekonomi, tetapi juga dapat menjadi alat efektif dalam pengendalian penyakit hewan, khususnya penyakit zoonosis yang sangat merugikan.

Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip kearifan lokal ini dengan teknologi modern dan dukungan pemerintah, Ma'tessang bisa menjadi model yang efektif dalam menjaga kesehatan ternak dan mengurangi kerugian ekonomi yang disebabkan oleh penyakit hewan.

Dalam jangka panjang, Ma'tessang dapat menjadi pilar utama dalam menciptakan sistem peternakan yang berkelanjutan, adil, dan bebas dari ancaman penyakit yang dapat merugikan baik pemilik ternak maupun masyarakat luas.

Masyarakat Sulawesi Selatan, dengan kearifan lokalnya, dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam menerapkan prinsip kerja sama yang berbasis pada keadilan dan saling menghormati untuk mengatasi tantangan kesehatan ternak yang semakin kompleks di era modern ini. 

Dalam aspek ekonomi, misalnya saja seorang pengusaha atau masyarakat yang ingin beternak dapat menyiapkan pembiayaan yang sesuai secara teknis dan manajemen peternakan, sedangkan masyarakat pemelihara harus memenuhi kriteria yang ditetapkan secara teknis.

Selanjutnya perjanjian kerja sama disepaki bersama dengan semangat ‘Ma’tessang’, yaitu; adil, bertanggung jawab, bekerja sama, saling menguntungkan dan berkelanjutan.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved