Syiar Ramadhan 2025
7 Tingkatan Nafsu dalam Tercantum dalam Al-Qur'an
Puasa itu bukan sekadar menahan makan dan minum tetapi sebetulnya yang terpenting adalah bagaimana mengendalikan hawa nafsu.
Dia juga selalu tawakkal apa dia lakukan, apa dia usahakan, dia selalu sandarkan kepada Allah SWT.
Dia tidak melihat dirinya hebat tetapi selalu menyandarkan seluruh pekerjaannya kepada Allah SWT.
Tugasnya adalah berusaha semaksimal mungkin ikuti pensyaratan-persyaratannya kemudian tawakkal berarti orang seperti ini memiki namanya nafsul Mutmainah.
Ciri berikutnya adalah lemah lembut.
Seorang guru lemah lembut kepada muridnya berarti guru tersebut memiliki nafsul Mutmainah.
Kelima, nafsu radhiyah cirinya adalah tidak mengeluh, menurutnya adalah kaya dan miskin sama saja.
Dipuji dicaci maki tidak ada masalah.
Keenam, nafsu mardhiyyah cirinya sudah sampai kepada mukasyafah atau ma'rifatullah.
Biasanya penganut tarekat, misalnya Al-Hallaj, Abu Yazid al-Bustami, Rabiah Adawiyah.
Ketujuh, Nafsu Kamilah yaitu nafsu yang paling sempurna itu adalah nafsunya para nabi.
Intinya bahwa kalau kita berpuasa bukan sekadar menahan makan dan minum tetapi harus kita bagaimana mengendalikan nafsu.
(Tribun-Timur.com/Hasriyani Latif)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.