Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Budayawan Muda Ulas Makna Botting Passampo Siri Viral di Jeneponto, Adik Gantikan Kakak

Budayawan Muda Sulawesi Selatan sekaligus peneliti pernaskahan Universitas Indonesia, Abdi Mahesa menilai sebagai dengan istilah Botting Passampo Siri

|
Editor: Ari Maryadi
Istimewa
PENELITI MUDA - Budayawan Muda Sulawesi Selatan sekaligus peneliti pernaskahan Universitas Indonesia, Abdi Mahesa. Ia menilai pernikahan viral di Jeneponto sebagai dengan istilah Botting Passampo Siri. 

TRIBUN-TIMUR.COM, JENEPONTO -- Pernikahan yang terjadi di Dusun Ta'lambua, Desa Paitana, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto pada Selasa (11/2/2025), menjadi heboh.

Hal itu dikarenakan salah satu pasangan mempelai yang bernama Imelda Handayani terpaksa menggantikan posisi kakaknya, Wilda.

Sang kakak kabur sehari sebelum akad nikah dengan calon suami yang telah dijodohkan oleh keluarga.

Peristiwa tersebut terjadi karena mereka telah dijodohkan oleh keluarga.

Wilda tidak terima sehingga ia kabur sehari sebelum akad nikah.

Keluarga Asdar datang meminang Wilda di Kalimantan.

Wilda awalnya menolak. Namun ia terpaksa setuju dengan lamaran tersebut karena desakan orang tuanya.

Menanggapi Hal tersebut, Budayawan Muda Sulawesi Selatan sekaligus peneliti pernaskahan Universitas Indonesia, Abdi Mahesa menilai sebagai dengan istilah Botting Passampo Siri.

Menurutnya Botting Passampo Siri adalah pernikahan yang terpaksa diadakan untuk menutup malu.

Sebab acara sudah dimatangkan jauh hari dan akan mencoreng siri jika dibatalkan. 

“Tentu ini mencoreng siri dalam internal keluarga mereka namun lebih mencoreng siri lagi jika resepsi dibatalkan apalagi undangan sudah tersebar, biaya oprasional sudah dikeluarkan, kesepakatan dengan masing-masing pihak keluarga telah mengikat dan terlebih orang bugis-makassar pantang mengingkari janji dan komitmen,” pangkasnya.

Menurut Abdi Mahesa, upaya mitigasi yang dilakukan orang-orang dulu untuk menyikapi persoalan ini adalah dengan adanya Pabbunga Sibali atau pasangan remaja yang mendampingi mempelai.

Selain sebagai pelengkap dan memiliki fungsi estetika, Pabbunga Sibali dalam kondisi krusial bisa saja menjadi pengganti mempelai jika salah satu mempelai ada yang lari, atau insiden karena siri dan hal-hal diluar perkiraan.

“Ini memang hal yang krusial sebab pernikahan orang terdahulu kebanyakan dijodohkan sehingga beberapa kasus ada yang silariang," kata Abdi.

Ia melanjutkan ada insiden baku tikam antara pasangan lain dari yang dinikahkan dengan pasangan yang dijodohkan oleh mempelai pria.

Lalu ada upaya mitigasi dengan adanya Pabbunga Sibali yang diambil dari keluarga dekat mempelai agar sewaktu-waktu terjadi insiden yang tidak diinginkan mau tidak mau mereka harus menemani mempelai yang duduk di pelaminan.

"Langkah itu sebagai penutup aib keluarga yang melaksanakan hajat pernikahan tersebut," kata Abdi.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved