Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Menimbang Plus Minus Wacana Ujian Nasional

Kembalinya UN diharapkan dapat memberikan standar evaluasi yang lebih jelas dan terukur, namun juga menimbulkan berbagai pro dan kontra

Editor: Sudirman
zoom-inlihat foto Menimbang Plus Minus Wacana Ujian Nasional
IST
Inosensius Enryco Mokos, M I Kom, Peneliti Komunikasi Pendidikan, Politik, dan Publik

Oleh: Inosensius Enryco Mokos, M I Kom

Peneliti Komunikasi Pendidikan, Politik, dan Publik

TRIBUN-TIMUR.COM - ISU berlakunya kembali Ujian Nasional (UN) di Indonesia menjadi sorotan utama dalam dunia pendidikan saat ini.

Kembalinya UN diharapkan dapat memberikan standar evaluasi yang lebih jelas dan terukur, namun juga menimbulkan berbagai pro dan kontra di kalangan masyarakat.

Di satu sisi, UN dianggap sebagai alat untuk mengukur kualitas pendidikan secara objektif, sementara di sisi lain, banyak yang berpendapat bahwa ujian ini justru menambah beban bagi siswa dan tidak mencerminkan kemampuan mereka secara
menyeluruh. 

Dalam konteks ini, penting untuk mengeksplorasi dampak positif dan negatif dari pelaksanaan UN untuk bisa membantu menentukan sikap yang tepat terhadap isu ini, lebih khusus kepada siswa dan guru yang akan merasakan dampak langsung dari berlakunya kembali UN.

Menimbang yang Positif

Ujian Nasional (UN) diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan dalam dunia pendidikan.

Salah satu manfaat utamanya adalah peningkatan motivasi siswa dan guru untuk belajar dan mengajar dengan lebih baik, serta memberikan standar evaluasi yang objektif untuk mengukur pencapaian akademis di seluruh negeri.

Dengan adanya Ujian Nasional, siswa merasa terdorong untuk mempersiapkan diri secara lebih serius, yang pada
gilirannya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Selain itu, UN juga berfungsi sebagai alat untuk mendorong pengembangan kurikulum yang lebih relevan dan sesuai dengan
kebutuhan pendidikan di Indonesia.

Sehingga menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi semua pihak yang terlibat. Ada beberapa dampak positif yang dapat dibahas.

Pertama, standarisasi penilaian. Ujian Nasional (UN) dapat membantu pemerintah dalam memetakan kualitas pendidikan dengan menyediakan data yang akurat mengenai pencapaian siswa di berbagai daerah.

Hasil UN memungkinkan identifikasi daerah yang memerlukan intervensi khusus, serta membantu dalam merencanakan dan mengarahkan kebijakan pendidikan untuk meningkatkan mutu secara merata.

Dengan adanya UN, pemerintah dapat mengukur efektivitas program pendidikan yang diterapkan di setiap daerah, sehingga dapat dilakukan penyesuaian yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. 

Kedua, motivasi siswa. UN dapat mendorong siswa untuk lebih fokus dan disiplin dalam belajar. Dengan adanya ujian yang jelas sebagai tujuan, siswa cenderung lebih termotivasi untuk mempersiapkan diri dengan baik.

Hasil UN yang baik dapat memberikan pengakuan bagi siswa, yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi mereka untuk terus belajar dan berprestasi di bidang akademik lainnya.

Sifat kompetitif dari UN dapat memicu siswa untuk berusaha lebih keras, berkolaborasi dengan teman, dan saling mendukung dalam belajar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar secara keseluruhan.

Ketiga, evaluasi kualitas pendidikan. Hasil UN dapat menjadi masukan untuk perbaikan kualitas pendidikan di berbagai daerah, membantu identifikasi area yang memerlukan perhatian lebih.

Hasil UN dapat menjadi dasar untuk program pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru, membantu mereka meningkatkan metode pengajaran dan strategi pembelajaran.

Sekolah dapat menggunakan hasil UN untuk mengajukan permohonan dana atau sumber daya tambahan untuk area yang membutuhkan perhatian lebih, seperti fasilitas belajar atau materi ajar.

Mana yang Terbaik?

Sebenarnya jika kita berbicara tentang dampak buruk paling signifikan terhadap berlakunya kembali UN adalah dampak psikologis baik yang dirasakan oleh siswa, guru dan juga orang tua.

Dampak psikologis itu karena beban pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa, kemudian guru juga dibebani untuk mampu mempersiapkan siswa.

Beban pelajaran yang meningkat dapat menyebabkan tekanan mental yang berdampak pada kesehatan mental semua pihak yang terlibat. 

Orang tua juga terbebani dengan UN yang berlaku kembali. Orang tua khawatir tentang masa depan anak mereka, yang dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan keluarga.

Selain itu, adanya ekspektasi yang tinggi dapat mengakibatkan kurangnya motivasi dan minat belajar di kalangan siswa, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi hasil akademis mereka.

Tekanan tinggi dalam persiapan Ujian Nasional (UN) dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental pada siswa, seperti stres, kecemasan, dan depresi.

Siswa sering merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi akademis, yang dapat mengganggu kesejahteraan emosional dan fisik mereka, serta mengurangi motivasi belajar.

Beban pelajaran yang terfokus pada UN juga dapat mengakibatkan pengabaian terhadap aspek pendidikan lainnya yang penting, seperti pengembangan karakter, keterampilan sosial, dan kreativitas.

Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang sempit, di mana siswa hanya diajarkan untuk menghafal dan mempersiapkan ujian, bukan untuk memahami konsep secara mendalam.

Dengan penekanan pada UN, siswa mungkin kehilangan kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakat di bidang lain, seperti seni atau olahraga.

Pendidikan yang terlalu terfokus pada UN seringkali mengabaikan pengembangan keterampilan penting seperti berpikir kritis, kolaborasi, dan komunikasi.

Penting untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih seimbang, yang tidak hanya menekankan pada hasil ujian tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan sosial siswa.

Orang tua dan guru perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, dimana siswa merasa aman
untuk belajar dan berkembang tanpa tekanan yang berlebihan.

Penting juga untuk fokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan infrastruktur yang sangat penting untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Pendidikan yang berkualitas akan membentuk sumber daya manusia yang unggul, sementara infrastruktur yang baik mendukung aksesibilitas dan pengembangan ekonomi, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan dan inovasi.

Pendidikan karakter berperan dalam membentuk nilai-nilai moral dan etika siswa, yang sangat penting untuk menciptakan generasi yang bijaksana.

Penggunaan teknologi dalam pendidikan dapat meningkatkan metode pengajaran dan pembelajaran, membuatnya lebih interaktif dan menarik.

Teknologi memungkinkan siswa untuk mengakses informasi dan sumber belajar yang lebih luas, mendukung pembelajaran
mandiri.

Peningkatan kualitas pendidikan, pembangunan infrastruktur, dan reformasi teknologi harus berjalan beriringan untuk mencapai tujuan Indonesia Emas 2045. Semoga!

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved