Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PPDB

Orang Tua di Maros Sambut Positif Penghapusan Zonasi, Namun Khawatirkan Sekolah Desa

Wacana penghapusan sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru disambut baik oleh orang tua di Maros, meski ada kekhawatiran terhadap sekolah-sekolah.

|
Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN TIMUR
Ilustrasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). 

MAROS, TRIBUN-TIMUR.COM - Wacana penghapusan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) direspon positif orangtua di Kabupaten Maros, Sulsel.

Salah satu orangtua murid SD, Arini Nurul Fajar mengungkapkan, dirinya mendukung wacana penghapusan sistem zonasi karena sistem tersebut telah membatasi anak untuk mengenyam pendidikan di sekolah favorit.

Zonasi membatasi anak-anak yang tinggal di desa untuk bersekolah di sekolah unggulan yang biasanya terletak di pusat kota.

“Bagus kalau sistem zonasi dihapus, karena semua anak berhak mendapatkan pendidikan di sekolah unggul. Selama ini, kalau kita tinggal di desa, ya hanya bisa bersekolah di desa juga. Pilihan sekolah jadi terbatas, padahal anak-anak bisa saja punya potensi yang besar untuk berkembang di sekolah yang lebih baik,” katanya saat ditemui pada Rabu (22/1/2024).

Arini percaya dengan penghapusan zonasi, anak-anak akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk memilih sekolah yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.

Ia berharap kebijakan ini benar-benar diterapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa dan keluarga.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Najmi Limonu, orangtua dari siswa SMP di Maros.

Baca juga: Disdik Makassar Masih Tunggu Petunjuk Soal Penghapusan Jalur Zonasi

Ia mengatakan penghapusan zonasi memberikan peluang bagi anak-anaknya untuk mengakses pendidikan yang lebih baik di sekolah favorit.

“Selama ini, kami merasa terbatas karena sistem zonasi. Saya bahkan memilih menyekolahkan anak saya di sekolah swasta karena lebih berkualitas. Seperti yang kita tahu sekolah negeri yang berkualitas itu biasanya ada di pusat kota, dan jauh dari rumah saya,” kata.

Namun, di sisi lain, Najmi menyampaikan kekhawatirannya terhadap sekolah-sekolah di wilayah pedesaan atau terpencil.

Menurutnya, penghapusan zonasi bisa berdampak pada berkurangnya jumlah siswa di sekolah-sekolah tersebut, yang selama ini menjadi tumpuan masyarakat lokal.

“Bagus kalau anak-anak bisa memilih sekolah sesuai keinginan, tapi bagaimana dengan sekolah-sekolah di desa? Bisa saja sekolah itu kekurangan siswa karena semua orang memilih pindah ke sekolah unggulan di kota,” kata Najmi.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved