Kasus TBC di Jeneponto
12 Bulan 40 Orang Meninggal karena TBC di Jeneponto Sulsel
TBC di Jeneponto tercatat meningkat dengan 1.076 kasus pada 2024. Meski begitu, angka kematian berhasil ditekan.
Penulis: Muh. Agung Putra Pratama | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, JENEPONTO - Sebanyak 1.076 kasus Tuberkulosis (TBC) ditemukan di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel) sepanjang tahun 2024.
Sebanyak 40 orang di antaranya dilaporkan meninggal dunia, menurut Dinas Kesehatan (Dinkes) Jeneponto dalam 12 bulan terakhir (Januari-Desember).
Jumlah kematian tersebut relatif lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.
"TBC tahun 2023 ada 863 kasus dan 48 orang meninggal, tahun 2024 sebanyak 1.076 kasus dengan 40 orang meninggal," kata Kepala Bidang P2P Dinkes Jeneponto, Suryaningrat, Selasa (21/1/2025).
Tingginya angka penderita TBC menjadi bukti kesadaran masyarakat Jeneponto akan pentingnya memeriksa kesehatan.
Banyak warga terjangkit TBC namun enggan memeriksakan diri ke rumah sakit.
"Banyak yang batuk-batuk di luar sana, tapi tidak ketahuan karena tidak diperiksa dahaknya, mereka anggap biasa saja," ucapnya.
Meski jumlah TBC tahun 2024 terkonfirmasi tinggi, Dinkes Jeneponto berhasil menekan angka kematian.
"Artinya, jika bisa menekan angka kematian, berarti tingkat kepatuhan minum obat itu bagus," ungkapnya.
Gejala awal TBC antara lain sering berkeringat pada malam hari, penurunan berat badan, dan batuk berdahak tak kunjung berhenti.
Salah satu upaya dilakukan Dinkes Jeneponto adalah penanganan dini agar orang-orang terdekat penderita TBC tidak tertular.
"Kami melakukan Kontes, Kontak Serumah. Jika ditemukan positif, akan diobati, namun jika negatif tetap diberikan obat Terapi Pencegahan TBC (TPT)," jelasnya.
Suryaningrat juga menjelaskan, penyakit TBC tidak hanya menular melalui udara, tetapi juga bisa menyebar melalui penggunaan wadah air minum yang sama.
"TBC bisa menular melalui percikan air liur (bersin), dan tempat minum yang digunakan bersama," terangnya.
Dia menambahkan, tingkat kesembuhan penderita TBC memiliki peluang yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan HIV/AIDS.
"Penderita TBC harus berobat 6 bulan tanpa putus, sedangkan HIV harus berobat seumur hidup," pungkasnya.(*)
Laporan Jurnalis Tribun-Timur.com, Muh Agung Putra Pratama
Stadion BJ Habibie Bergemuruh, PSM Bungkam Persija dan Pecah Telur |
![]() |
---|
2 Gol, 3 Poin, PSM Akhiri Puasa Kemenangan |
![]() |
---|
Deretan Pelanggaran Dilakukan Kepala Daerah Disanksi Kemendagri, Haji Arlan Bukan Orang Pertama |
![]() |
---|
Prabowo Membawa Marwah Ibu Pertiwi ke Pentas Dunia |
![]() |
---|
Media Sosial dan Kesenjangan Ekonomi: Ketika Pamer Kekayaan Digital Memicu Konflik Sosial |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.