Perspektif
Banjir Datang Lagi
Mereka berasal dari delapan kelurahan yang berada di empat kecamatan yakni, Kecamatan Biringkanaya, Manggala, Panakkukang, dan Kecamatan Tamalanrea.
Oleh: Syamril ST MPd
Direktur Sekolah Islam Athirah
TRIBUN-TIMUR.COM - Makassar banjir lagi. Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto mengatakan banjir yang terjadi tahun ini cukup parah.
Jumlah warga terdampak banjir terus bertambah. Sampai Ahad malam (22/12/2024) jumlah warga mengungsi di 28 titik pengungsian tercatat sebanyak 1.969 jiwa.
Mereka berasal dari delapan kelurahan yang berada di empat kecamatan yakni, Kecamatan Biringkanaya, Manggala, Panakkukang, dan Kecamatan Tamalanrea.
Banjir di Kota Makassar sepertinya sudah menjadi rutinitas tahunan. Dampaknya sangat besar bagi masyarakat.
Kerugian material karena air masuk ke dalam rumah akan merusak barang-barang yang ada di dalamnya. Kesehatan juga terganggu karena sanitasi dan air bersih yang kurang.
Kesehatan mental juga bisa terganggu. Jika air semakin tinggi maka warga harus mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Maka kita pun saksikan beberapa masjid dan bangunan menjadi tempat pengungsian. Tentu tinggal di pengungsian akan berdampak kepada fisik dan mental warga.
Berkumpul dalam jumlah banyak dengan fasilitas terbatas akan mudah tertimpa penyakit. Jika dalam waktu yang lama juga bisa mengganggu kesehatan mental karena stress, sedih, khawatir dan takut.
Menghadapi banjir tahunan perlu langkah responsif dan antisipatif. Responsif bersifat jangka pendek yaitu keselamatan dan kesehatan warga.
Bagaimana warga memiliki tempat tinggal sementara yang aman dan tersedia kebutuhan makanan pokok sehari-hari. Penyediaan dapur umum membutuhkan biaya.
Selain dana dari pemerintah bisa juga dari penggalangan dana masyarakat untuk memupuk solidaritas dan gotong royong. Perusahaan juga bisa turut membantu melalui dana CSR.
Selanjutnya perlu langkah antisipatif agar kejadian ini tidak terjadi setiap tahun.
Pemerintah Kota Makassar perlu bermitra dengan Perguruan Tinggi, asosiasi profesi dan lembaga swadaya masyarakat untuk mencari akar masalah banjir ini.
Apakah karena perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan sehingga drainase tersumbat serta aliran sungai tidak lancar?
Apakah karena pembangunan perumahan yang menggunakan lahan yang tidak sesuai peruntukannya sehingga daerah resapan berkurang?
Apakah karena erosi di daerah pegunungan yang menyebabkan pendangkalan sungai? Atau mungkin ada penyebab lain yang belum diketahui sehingga perlu dicari bersama.
Masa sekarang adalah saat yang tepat untuk memikirkan langkah-langkah untuk mengatasi masalah banjir tahunan ini.
Apalagi akan ada pergantian Walikota pada bulan Februari 2025. Walikota baru perlu mulai dilibatkan karena beliau yang akan melanjutkan memimpin kota Makassar lima tahun ke depan.
Masalah banjir juga lintas sektoral dan lintas wilayah. Sumber masalah banjir di Makassar bisa jadi ada di kabupaten sekitarnya khususnya Gowa. Untuk itu perlu sinergi dan kerja sama antar wilayah.
Tentu disertai koordinasi yang kuat dari Provinsi Sulsel agar masalah banjir bisa diatasi bersama.
Semoga dengan langkah yang tepat dan cepat dari seluruh pihak, masalah banjir segera teratasi dan tidak terjadi lagi di masa datang.
Kasihan masyarakat yang setiap akhir tahun dan saat hujan deras, hidup dalam kecemasan dan kekhawatiran. Takut banjir datang lagi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.