Opini Mubha Kahar Muang
Pilpres 2024 dan Tantangan RI
Wiranto membuat Partai Hanura 2006, Prabowo Subianto dirikan Partai Gerindra 2008, Surya Paloh dirikan Nasdem 2011, MSP lanjutkan PDI jadi PDIP 1999
Sementara kesadaran sebagian masyarakat akan keterkaitan siapa yang dipilih dalam pemilu dengan pengelolaan negara dan masa depan negara belum sepenuhnya terbangun, sehingga sebagian rakyat Indonesia mencoblos ketika pemilu bukan karena pemahaman untuk menggunakan haknya sebagai warga negara.
Menjadi pemimpin untuk mengambil alih pengelolaan kekuasaan menurut aturan per-Undang Undangan yang dibuat sejak 2003,
tidak sederhana.
Calon pemimpin harus diusung oleh partai yang memiliki kursi di dewan minimal 20 % atau presidential threshold.
Berarti harus membuat koalisi partai.
Setelah reformasi SBY mendirikan Partai Demokrat 2001.
Wiranto membuat Partai Hanura 2006, Prabowo Subianto mendirikan Partai Gerindra 2008, Surya Paloh mendirikan Partai Nasdem 2011, Megawati Soekarnoputri (MSP) melanjutkan PDI menjadi PDIP 1999.
Dalam praktik UU 2002, selama dua periode Jokowi sebagai presiden, PDIP sebagai partai pengusung utama sekaligus memimpin koalisi dan berperan sebagai bouheer atau bohir.
Jokowi walau presiden, tetapi bukan berasal dari darah biru partai karena itu mungkin dianggap sebagai pekerja partai.
Anggapan tersebut sebenarnya bertentangan dengan semangat sumpah presiden ketika pelantikan "yang akan memenuhi kewajiban sebagai Presiden RI dengan sebaik- baiknya dan seadil-adilnya , , , dan berbakti kepada nusa dan bangsa".
Semua ini adalah konsekuensi dari penggunaan presidential threshold dalam pencalonan presiden, sehingga calon presiden harus ada partai pengusung dan jika bukan tokoh partai, partai pengusung utama yang menjadi pemimpin koalisi yang pada akhirnya menjadi bohir atau oligarki.
Prabowo menghadapi pilpres 2024, merujuk pengalaman pilpres 2019 dimana Prabowo berhadapan dengan Jokowi yang didukung oleh koalisi yang cukup besar, hasilnya kalah tipis kalau bukan menang?
Karena itu pilpres 2024 Prabowo optimis menang yang penting jangan dicurangi.
Untuk berbuat curang, sekalipun Prabowo didukung oleh Jokowi tidak mudah selain karena itu mencederai prinsip Prabowo dalam mencapai tujuan, disamping itu yang menjadi motor pemenangan pilpres 2014 dan 2019 adalah PDIP dan Nasdem.
Berpengalaman memenangkan pilpres dan kali ini sama-sama mengusung paslon sehingga tentu sangat paham jika ada yang melakukan kecurangan.
Kekuatan utama Prabowo dalam pilpres 2024 adalah modal sosial politik yang dimiliki yang jauh melampaui kedua paslon yang ada.
Hal ini terlihat dari survey yang ada sebelum adanya pasangan cawapres, Oktober 2023 dimana posisinya sudah berada di kisaran angka 45,7 % -51,2 % .
Kemudian di perkuat lagi dengan koalisi partai yang mencapai 45, 39 % artinya kedua paslon tinggal berbagi sisanya yaitu 44, 61 % .
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.